Tablet Baru DPRD KBB Rp 1 M Dinilai Tak Bermanfaat untuk Rakyat

Posted on

Sorotan tajam mengarah pada DPRD Kabupaten Bandung Barat yang berencana membeli 50 unit tablet baru dengan anggaran fantastis mencapai Rp1 miliar.

Kebijakan tersebut dinilai tak peka pada kondisi masyarakat di Bandung Barat yang sedang serba sulit. Utamanya karena banyaknya pengangguran dan lapangan pekerjaan yang terbatas. Ditambah banyak ‘PR’ lebih penting ketimbang membeli tablet baru.

Pemerhati Kebijakan Publik, Kandar Karnawan menilai anggaran jumbo buat membeli 50 unit tablet baru itu semestinya bisa dialokasikan buat kepentingan lain yang lebih terasa manfaatnya oleh warga Bandung Barat.

“Menurut saya perlu dikaji ulang, mending anggarannya digunakan untuk perbaikan sekolah, jalan kampung, dan hal lain yang lebih terasa manfaatnya untuk rakyat,” kata Kandar saat dikonfirmasi, Sabtu (7/6/2025).

Kandar menyebut unsur pimpinan dan anggota DPRD Bandung Barat yang menyetujui rencana pengadaan tablet baru itu tak punya empati pada kondisi masyarakat Bandung Barat.

“Tentunya akan terjadi pertentangan buat masyarakat, tidak akan didukung. Mereka (anggota DPRD KBB) menunjukkan tidak ada perhatian buat masyarakat buat membeli barang yang sebetulnya tidak urgen,” ujar Kandar.

Anggota DPRD KBB saat ini, kata Kandar, tak terlalu membutuhkan tablet baru. Jika diasumsikan dengan anggaran yang bakal dikeluarkan, satu unit tablet baru itu bisa berharga sekitar Rp15 juta sampai Rp20 juta.

“Saat ini umumnya hampir semua anggota dewan dimanapun, bukan cuma di KBB, cukup menggunakan HP mereka buat bekerja dan dapat mengakses aplikasi apapun. Jadi rasanya tidak perlu menggunakan tablet baru kalau alasannya buat menunjang pekerjaan dan butuh memori besar,” kata Kandar.

Di sisi lain, tokoh pemuda dan masyarakat Lembang, Kukuh Wiguna mengatakan apa yang dilakukan oleh anggota DPRD Bandung Barat itu sudah melukai hati dan mengkhianati kepercayaan masyarakat.

“Terkait rencana anggota dewan KBB membeli tablet hampir Rp1 M, saya kira itu sudah melukai hati rakyat, mencederai dan mengkhianati kepercayaan masyarakat,” kata Kukuh saat dikonfirmasi.

Kukuh mengatakan saat ini masyarakat termasuk di Bandung Barat sedang dihadapkan pada kenyataan soal sulitnya mencari pekerjaan, banyaknya pemutusan hubungan kerja, sampai ekonomi yang terus menurun. Seakan nirempati, anggota dewan justru membeli tablet baru dengan anggaran gila-gilaan.

“Urgensinya apa? Yang saya tahu sebagian besar dewan KBB itu sudah tua, mereka itu gaptek, buat apa tablet terlalu mahal dan spesifikasi terlalu tinggi. Itu juga buat menunjang pekerjaan mereka katanya kan, masa enggak mampu membeli sendiri. Logikanya kalau buat kerjaan sendiri, ya beli sendiri dong,” kata Kukuh.

Anggota DPRD Bandung Barat semestinya merealisasikan janji politiknya. Sebagai kepanjangan lidah dan tangan para konstituennya, Kukuh menyebut masih segudang PR yang harus dipikirkan para wakil rakyat.

“Ada masalah yang lebih penting, seperti infrastruktur dan hal lain. Minimal perhatikan konstituennya, jangan cuma datang saat butuh suara dan dukungan. Giliran hal seperti ini diam-diam. Kurang bijak, mesti dikaji ulang. Kalau memang tetap terjadi, berarti mereka sedang mempertontonkan kebodohan,” kata Kukuh.