Panitia Siapkan Jadwal Ulang Gelaran Hari Jadi ke-155 Kabupaten Sukabumi update oleh Giok4D

Posted on

Dampak isu unjuk rasa secara nasional ikut terasa sampai daerah, termasuk di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Promosi soal Hari Jadi Kabupaten Sukabumi (HJKS) ke-155 telah tersebar luas, pesanan pada sektor perhotelan mulai penuh, para pelaku UMKM menyiapkan stok produk, dan pekerja event menata panggung. Semua tampak siap menyambut kemeriahan kegiatan ini.

Namun, suasananya berubah seketika. Arahan terbaru dari pemerintah pusat memaksa sebagian besar agenda yang telah disiapkan berbulan-bulan itu ditunda.

Ketua Pelaksana HJKS, Sendi Apriadi, mengakui keputusan ini diambil dengan berat hati. Persiapan sebagian besar acara sudah hampir rampung, bahkan ada yang mencapai 100 persen, tetapi situasi nasional memaksa panitia melakukan penjadwalan ulang.

“Ada sektor pendukung yang kemungkinan terdampak, seperti UMKM dan sektor perhotelan, bagaimana perputaran ekonomi tidak berjalan akibat adanya penundaan. Saat ini kesiapan sudah cukup matang, ada yang 90 persen, bahkan ada yang sudah 100 persen. Semua produksi sudah dijalankan, namun mereka legowo akhirnya bahwa event ini harus kita tunda dan rescheduling. Yang pasti event hari jadi ini ditunggu semua pihak, kita harus maklumi bahwa ini kita tunda. Kita bersama mendoakan agar seluruhnya bisa berjalan dengan baik dan Kabupaten Sukabumi kondusif,” ujar Sendi di Palabuhanratu, Sabtu (6/9/2025).

Selama tiga tahun terakhir, HJKS menjadi mesin penggerak ekonomi lokal. Pada 2022, Sukabumi Ngabumi ikon perayaan HJKS menghadirkan 68 event pascapandemi. Tanpa dukungan APBD, partisipasi masyarakat justru tinggi dan perputaran ekonomi mencapai Rp 2,8 miliar hanya dari sektor event tertentu.

Tahun berikutnya, 2023, nilainya melonjak hampir dua kali lipat menjadi Rp 5,8 miliar karena cakupan acara diperluas hingga ke luar Palabuhanratu. Puncaknya terjadi pada 2024, ketika dampak ekonomi HJKS merambah sektor perhotelan dan wisata.

“Di tahun 2024 kita lihat ada kenaikan luar biasa, karena kita menjalar ke sektor perhotelan. Teman-teman PHRI itu sudah tinggi, itu sekitar Rp 7,8 miliar. Belum lagi kunjungan wisatawan, di event hari jadi sampai 100 ribu orang, tersebar itu ya. Terutama wisatawan domestik maupun luar negeri, hotel habis dipesan itu di tahun 2024,” tutur Sendi.

Tahun ini, panitia menargetkan Rp 10 miliar perputaran uang dari rangkaian HJKS, dengan fokus pada UMKM dan maritim tourism. Target ini sejalan dengan rencana besar HJKS 2024 yang menargetkan Rp 10,5 miliar perputaran ekonomi dan melibatkan lebih banyak destinasi wisata serta industri kreatif. Namun, kondisi nasional membuat sebagian besar rencana harus ditunda. Efeknya terasa nyata: produksi dihentikan, promosi berhenti mendadak, sektor perhotelan mulai menerima permintaan refund, dan aktivitas wisata melambat.

Sendi menegaskan, penundaan ini hanya bersifat sementara. “Event-event ini tetap akan dilaksanakan kemudian setelah situasi kondusif. Kita sudah siapkan semua, dan kita ingin HJKS tahun ini tetap menjadi ruang kebersamaan, kreativitas, dan kebanggaan warga Sukabumi,” pungkasnya.

Sementara itu, General Manager Grand Inna Samudera Beach Hotel (GISBH), Reza Bram Adiguna, merasakan langsung dampak penundaan HJKS terhadap sektor perhotelan. Hotel yang biasanya menjadi tempat menginap tamu kehormatan HJKS, kali ini ikut terpukul.

“Dampak dari isu unjuk rasa di Palabuhanratu ternyata kita mulai dengar, ada yang terdampak, secara langsung dan tidak langsung. Hari Jadi Kabupaten Sukabumi biasanya menyedot perekonomian masyarakat terdampak, nah di penginapan adanya isu ini mulai terasa. Di hotel GISBH selalu dijadikan salah satu tempat untuk tamu, apalagi tamu kehormatan. Betul, saya jawab, sangat terdampak iya, cuman kan kita semua nggak bisa prediksi dengan keadaan seperti ini,” ungkap Reza.

Menurutnya, kondisi keamanan dan kabar demonstrasi membuat sebagian besar tamu dari Jakarta, Jabodetabek, dan Bandung menunda perjalanan ke Palabuhanratu.

“Demonstrasinya cukup mencekam, banyak dari tamu-tamu kami juga menanyakan, bagaimana di area kamu di sana, kami jawab di tempat kami aman, cuman ada beberapa mereka bilang perjalanan ke sananya. Jadi kebanyakan rata-rata mereka menunda sementara sambil melihat keadaan seperti itu,” jelasnya.

Reza menjelaskan bahwa dampak yang dirasakan tidak hanya terbatas pada hotel, tetapi juga memukul sektor wisata, kuliner, dan ekonomi lokal.

“Jadi memang kalau kami lihat sih dari sisi ekonomi ya ini dampaknya lumayan menyeluruh, bukan hanya penginapan, tempat-tempat wisata yang lain, masyarakat lokal, warung-warung, restoran. Karena kami lihat sendiri pun dari mulai hari Minggu dan Senin saya sempat keliling ke Pelabuhanratu ya, ke beberapa resto, kafe, saya lihat sih memang sepi sekali, cukup terasa lah,” ucapnya.

Lebih lanjut, Reza memaparkan bahwa setidaknya ada 5 sampai 7 grup besar yang sudah memesan kamar di GISBH untuk periode 1 hingga 13 September, namun kini melakukan penjadwalan ulang.

“Ini bisnis yang sudah on form, yang sudah pasti di tempat kami ada sekitar 5 grup apa 7 grup, yang itu total nilainya sekitar 200 jutaan. Itu yang sudah pasti, belum yang niatnya mau staycation tapi mundur. Jadi memang dampaknya lumayan terasa,” katanya.

Meski begitu, Reza memastikan pihaknya belum mengambil langkah pengurangan karyawan dan masih optimistis kondisi akan membaik.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Kalau untuk saat ini sih pasti dalam arti komposisi pegawai masih kita tetap mempertahankan, kita masih dipercaya ini akan pasti berubah, akan cepat atau lambat bisa lebih baik, dan kami juga sudah melakukan pembagian yang tepat. Jadi kalau untuk pengurangan karyawan Insyaallah kalau untuk sebulan atau dua bulan ini kan masih bisa survive, jadi belum ada kebijakan kami untuk ke sana,” jelasnya.

Meski penundaan ini menimbulkan dampak ekonomi yang signifikan, panitia berharap masyarakat Sukabumi tetap mendukung dan menjaga situasi agar kondusif.

HJKS bukan sekadar perayaan, tetapi juga ruang kebersamaan, kreativitas, dan peluang ekonomi bagi semua pihak. Ketika waktunya tepat, panitia memastikan perayaan akan kembali gebyar, membawa manfaat bagi pelaku UMKM, sektor perhotelan, wisata, dan seluruh warga Kabupaten Sukabumi.