Sebuah insiden mengejutkan terjadi di desa Abdelghaya Souahel, Provinsi Al Hoceima, Maroko, ketika seorang turis asal Jerman diduga melakukan tindakan tidak senonoh terhadap sejumlah perempuan setempat. Aksi tidak terpuji itu memicu amarah warga hingga berujung pada kekerasan brutal terhadap pelaku.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Dilaporkan oleh surat kabar lokal Akhbar-Rif pada Jumat (23/5), turis pria yang identitasnya dirahasiakan itu menjadi sasaran amuk massa setelah dituding melakukan pelecehan terhadap beberapa perempuan di desa tersebut.
Amarah warga mencapai puncaknya pada Selasa (20/5), ketika mereka secara spontan melakukan aksi main hakim sendiri. Selain memukuli pelaku hingga babak belur, warga dilaporkan melakukan amputasi terhadap alat kelamin turis tersebut-tindakan yang mengguncang komunitas setempat dan menarik perhatian otoritas.
Segera setelah kejadian, Pasukan Gendarmerie Kerajaan dikerahkan ke lokasi insiden. Mereka langsung mengevakuasi korban kekerasan ke Rumah Sakit Regional Mohammed VI guna mendapatkan perawatan medis intensif.
Pihak berwenang telah menetapkan turis tersebut sebagai tersangka utama atas dugaan tindakan pelecehan. Penahanan dilakukan berdasarkan perintah dari kantor kejaksaan yang berwenang, sembari menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut.
“Sebuah penyelidikan telah diluncurkan untuk menentukan keadaan dan motif pasti di balik insiden tersebut,” tulis laporan resmi.
Peristiwa ini menjadi sorotan karena mencerminkan tren yang mengkhawatirkan: meningkatnya kasus pelecehan oleh turis asing terhadap komunitas lokal, terutama di wilayah-wilayah adat dan terpencil.
Kejadian serupa terjadi di desa San, Namibia, ketika seorang turis asal Inggris dituduh melakukan pelecehan terhadap anak-anak lokal untuk kepentingan konten perjalanan pribadi.
Menurut Inspektur Senior Maureen Mbeha, Kepala Urusan Masyarakat di wilayah Otjozondjupa, tersangka diduga menganiaya 16 gadis remaja. Tidak hanya itu, “Empat belas remaja laki-laki dan tiga anak laki-laki yang lebih muda juga diduga dilecehkan,” ungkapnya. Turis tersebut dilaporkan memberikan permen dan sejumlah uang kepada para korban sebagai bentuk manipulasi.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Lingkungan Hidup dan Pariwisata Namibia, Ndeshipanda Hamunyela, menyatakan bahwa insiden tersebut adalah pelanggaran berat terhadap nilai-nilai budaya dan hak anak.
“Insiden itu merupakan pelanggaran berat terhadap hak privasi, martabat, dan perlindungan anak-anak, serta menunjukkan rasa tidak hormat yang mendalam terhadap warisan budaya komunitas San,” tegasnya.
Artikel ini telah tayang di .