Mereka yang Butuh Uluran di ‘Kampung Pandemi’ Tasikmalaya

Posted on

Lingkungan RW 02 Kelurahan Argasari, Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya, boleh saja menjadi kampung unik. Hal itu menyusul penamaan gang-gang di kampung ini yang menggunakan istilah-istilah bertema pandemi COVID-19.

Di sini ada Gang Lockdown, Gang Masker, Gang Jaga Jarak, Gang Hand Sanitizer, Gang Isolasi, dan Gang PSBB.

Tapi di balik keunikannya, terdapat pula persoalan sosial di masyarakatnya. Masalah kemiskinan menjadi salah satu yang butuh sentuhan pemerintah atau para dermawan.

Di lingkungan ini setidaknya ada empat rumah yang dianggap tidak layak huni. Para penghuninya berharap ada bantuan, karena mereka tak mampu merenovasi huniannya sendiri.

“Rumah saya sering bocor, sudah kumuh. Minta bantuannya, barang kali program bedah rumah atau rutilahu. Tolong atuh sampaikan ke Pak Dedi (Gubernur Jabar Dedi Mulyadi),” kata Mela, salah seorang warga penghuni rumah semi permanen.

Kondisi serupa dialami Anih, warga Lansia di RT 04. Bangunan rumah Anih sudah rusak parah di bagian atapnya. Jika hujan turun, rumah Anih bukan lagi bocor tapi kebanjiran.

“Mohon bantuannya, karena kerusakannya sudah parah. Ini layak diprioritaskan, rumah Ibu Anih di RT 04. Atapnya sudah jebol,” kata Ketua RT 04, Syarif Gunawan.

Syarif mengatakan selama ini pihaknya selalu berusaha mencari-cari peluang untuk bisa mengakses program bantuan rumah tinggal layak huni (rutilahu), namun sampai sekarang belum membuahkan hasil.

“Setiap ada peluang selalu saya ajukan, tapi belum ada rejekinya. Khawatir ini butuh bantuan segera, rumahnya sudah rusak parah,” kata Syarif.

Ketua RW setempat, Dayat Suhendar mengatakan dua rumah tidak layak huni lainnya dihuni lansia yang merawat anak disabilitas. “Ada warga namanya Ibu Tika, dia lansia merawat anak disabilitas. Sama, rumahnya juga sudah rusak, butuh bantuan,” kata Dayat.

Terlepas dari deretan warga yang membutuhkan bantuan untuk renovasi rumah, kampung berpenghuni 1.886 jiwa ini juga memiliki banyak potensi. Warga di sini tergolong pekerja keras yang berkiprah di berbagai sektor usaha.

Misalnya di sektor usaha kuliner atau produksi makanan dan minuman. Di wilayah RW ini ada 45 warga yang berusaha di ceruk bisnis ini. Jumlah serapan tenaga kerjanya cukup lumayan, mencapai 338 orang. Mereka bergerak di produksi tahu, makaroni dan produk makanan lainnya.

Di kampung ini juga ada industri kerajinan skala rumahan, yakni perajin sair bongkok alias penjaring ikan, serta usaha konveksi. Sisanya, warga di Kampung Pandemi ini berprofesi sebagai pegawai dan usaha sektor jasa.