Storytelling atau kegiatan bercerita kepada anak bukan sekadar tradisi sebelum tidur. Kini, berbagai studi menunjukkan bahwa storytelling memiliki manfaat besar bagi perkembangan kognitif, emosional, sosial, dan bahasa anak. Di tengah era digital yang membuat anak semakin akrab dengan layar, kegiatan bercerita menjadi aktivitas sederhana namun penuh nilai untuk mendukung tumbuh kembang mereka.
Artikel ini membahas manfaat storytelling untuk anak berdasarkan riset ilmiah, perbedaan cerita fiksi dan nonfiksi bagi perkembangan anak, hingga cara paling efektif melakukan storytelling di rumah menggunakan metode PEER.
Storytelling adalah kegiatan menyampaikan cerita-baik berupa dongeng, cerita rakyat, cerita fiksi modern, maupun kisah sehari-hari-melalui suara, ekspresi, dan interaksi. Tidak harus menggunakan buku; orang tua dapat bercerita menggunakan boneka, gambar, atau imajinasi sendiri.
Menurut American Journal of Pedagogical and Educational Research, storytelling adalah bentuk karya naratif yang menggabungkan alur, karakter, imajinasi, dan bahasa. Cerita membantu anak mengembangkan pemahaman tentang dunia melalui cara yang menyenangkan.
1. Mengembangkan Kemampuan Bahasa
Penelitian dari Public Medical Central (PMC) menemukan bahwa storytelling mengaktifkan area otak yang berhubungan dengan bahasa dan pemrosesan verbal. Dibandingkan hanya membaca buku bergambar, bercerita merangsang pemahaman bahasa yang lebih kompleks.
2. Memperkuat Imajinasi dan Kreativitas
Dongeng dan cerita fiksi menghadirkan dunia magis yang merangsang imajinasi anak. Paparan cerita membantu mereka menciptakan dunia fantasi dan memperkaya kreativitas dalam keseharian.
3. Meningkatkan Empati dan Kemampuan Sosial
Menurut Scientific Studies of Reading, cerita fiksi mampu meningkatkan theory of mind yaitu kemampuan memahami perasaan dan sudut pandang orang lain. Anak yang sering mendengar cerita cenderung lebih mudah berempati.
4. Membantu Pengelolaan Emosi
Studi pada Journal Mother and Child menunjukkan bahwa dongeng dapat membantu anak memahami emosi, mengelola trauma, dan belajar metafora emosional seperti keberanian, kesabaran, dan kejujuran.
5. Mengurangi Dampak Negatif Paparan Digital
Di era gadget, storytelling menjadi offline activity yang menyeimbangkan stimulasi digital. Cerita membantu anak fokus, meningkatkan memori, dan mengurangi stres akibat informasi yang berlebihan.
6. Menguatkan Bonding Orang Tua dan Anak
Kegiatan bercerita menciptakan momen intim yang penuh interaksi. Ketika orang tua dan anak saling bertanya dan menanggapi, kelekatan emosional (attachment) semakin berkembang.
Baik fiksi maupun nonfiksi punya peran masing-masing dalam perkembangan anak.
Mengembangkan:
empati
kreativitas
imajinasi
kemampuan sosial
bahasa verbal
Cocok untuk membangun nilai moral dan karakter.
Meningkatkan:
pengetahuan faktual
pemahaman dunia nyata
pemahaman sains dan alam
kemampuan kognitif dan analitis
Keduanya penting dan sebaiknya diberikan secara seimbang sesuai usia anak.
Salah satu metode yang direkomendasikan ahli adalah Dialogic Reading dengan teknik PEER. Metode ini membuat anak ikut berpartisipasi dalam proses bercerita, bukan hanya mendengarkan.
1. Prompt (Ajak Anak Berbicara)
Ajukan pertanyaan tentang gambar atau cerita untuk mengetahui pemahaman anak.
Contoh:
“Menurut kamu, apa yang sedang dilakukan kucing ini?”
2. Evaluate (Evaluasi Jawaban Anak)
Tanggapi jawaban anak dengan komentar positif atau klarifikasi.
Contoh:
“Benar, kucing itu sedang bermain bola.”
3. Expand (Kembangkan Jawaban Anak)
Perluas jawaban anak dengan menambahkan informasi baru agar kosakata bertambah.
Contoh:
“Iya, kucing itu bermain bola merah yang sangat besar.”
4. Repeat (Ulangi untuk Memperkuat Pemahaman)
Minta anak mengulangi atau menambah ide baru.
Contoh:
“Coba ceritakan lagi, bola seperti apa yang dimainkan kucing itu?”
Metode PEER dapat dilakukan setiap hari untuk membangun kebiasaan membaca dan meningkatkan kemampuan komunikasi anak.
Gunakan intonasi suara yang variatif
Sertakan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
Biarkan anak memilih buku atau cerita yang ingin didengar
Gunakan properti seperti boneka atau gambar sederhana
Ceritakan pengalaman pribadi yang relevan
Bercerita tidak harus sebelum tidur-bisa kapan saja
Storytelling memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak, mulai dari kemampuan bahasa, empati, kreativitas, hingga kemampuan sosial dan pengelolaan emosi. Dengan metode yang tepat seperti PEER, orang tua dapat menjadikan momen bercerita sebagai aktivitas edukatif sekaligus mempererat hubungan emosional dengan anak.
Di tengah dunia digital yang serba cepat, storytelling adalah cara paling sederhana namun paling efektif untuk membantu anak tetap tumbuh secara sehat dan seimbang-baik secara kognitif maupun emosional.
