Di balik profesi yang kerap disalahpahami, ada sosok perempuan tangguh bernama Regina Ramadhanti (27). Setiap pagi, ia harus melintasi jalan-jalan di wilayah Cililin dan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat sebagai sebagai debt collector alias penagih utang.
Tugasnya menagih cicilan kendaraan bermotor yang menunggak, pekerjaan yang tak semua orang sanggup jalani. Tapi bagi Regina, ini bukan sekadar pekerjaan, melainkan bagian dari perjuangannya menjaga asa dan merawat mimpi.
Awal 2025 menjadi titik balik bagi Regina di dunia debt collector. Ia sebenarnya masuk ke perusahaan leasing sebagai supervisor. Tapi karena ada kekosongan di bagian penagihan, atasannya meminta bantuan.
“Awalnya nggak niat jadi debt collector. Cuma memang pas waktu awal Januari, masuk jadi supervisor dulu. Kebetulan di bidang collector lagi kosong, terus ditariklah sama atasan gitu untuk isi dulu,” ucap Regina saat berbincang dengan infoJabar belum lama ini.
Pengalaman Regina sebelumnya bekerja di sektor mikrofinance dan bank pembiayaan membuatnya tak terlalu asing dengan medan tugas ini. “Riwayat kerjanya pernah kerja di bank-bank mekar gitu yang biasa nagihin. Jadi udah familiar sama ritmenya,” ujarnya.
Hari-hari Regina dimulai dari kantor, mengambil bahan penagihan, daftar nasabah yang menunggak cicilan dua sampai tiga bulan. Setelah itu, ia langsung turun ke lapangan.
Kadang hanya 15 rumah yang harus didatangi, tapi kadang bisa sampai 25 titik. Soal waktu istirahat, Regina hampir tidak memilikinya. Tak jarang, ia pun harus memanfaatkan waktu di sela-sela tugasnya untuk sekedar meluruskan pinggang.
“Kalau misalkan 15 konsumen itu paling kita selesai jam setengah 5 sore, tapi kalau misalkan bahan penagihannya lagi banyak, sehari sampai 20 atau 25, jam 7 malam baru beres,” tuturnya.
“Itupun enggak ada jeda istirahat, paling istirahatnya pas di rumah nasabah,” imbuh Regina.
Menjadi debt collector walau berat secara fisik dan mental, tetap memberi pemasukan yang layak bagi Regina. Apalagi jika target penagihan dalam sebulan terpenuhi, ia bisa mendapat bonus dan insentif untuk tambahan penghasilan.
“Kalau dari penghasilan alhamdulillah mencukupi, kerja kayak gini memang gajinya besar. Kalau misalkan target kita dapat selain gaji, juga dapat insentif, bonus semacamnya gitu,” kata Regina.
Namun ada sisi lain yang membuatnya berpikir ulang untuk menjadikan profesi ini sebagai jalan hidup permanen. Meski tak bicara gamblang, namun bagi Regina saat ini melanjutkan hidup dengan pekerjaan halal jadi hal utama.
“Tapi untuk mempertahankan kehidupan alhamdulillah bisa, kasarnya mah manjangkeun hirup ceunah (manjangin hidup),” ucap dia.
Bekerja sebagai debt collector bukan cita-cita. Dia harus menempuh jalan ini karena paksaan kondisi. Namun di sisi lain, Regina tak lupa untuk menyiapkan masa depan. Ia tak berniat selamanya bertahan di dunia leasing.
“Memang kerja kayak gini niatnya hasilnya mau ditabungin dulu buat modal usaha. Jadi enggak mau selamanya ada di dunia leasing,” jelasnya.