Hari-hari Kelabu Pedagang Pasar Baru Bandung

Posted on

Lorong-lorong Pasar Baru Bandung kini hanya tampak bercampur dengan debu. Sudah sejak lama, tak terdengar lagi suara tawar-menawar antara pembeli dengan pedagang di sana akibat kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian selama ini.

Padahal, Pasar Baru Bandung dulu sempat jadi magnet bagi wisatawan, terutama dari mancanegara. Namun sekarang, fenomena itu seolah sudah hilang lantaran kondisi global yang memaksa semua orang diterpa keterbatasan.

Bahkan yang memilukan, pedagang Pasar Baru Bandung sudah sepekan tak bisa merasakan keuntungan dari barang dagangan yang mereka jajakan. Alhasil, mereka hanya bisa bertahan demi bisa melanjutkan kehidupannya.

Ketua Himpunan Pedagang Pasar Baru Bandung, Iwan Suhermawan menyatakan, saat ini kondisi Pasar Baru penuh dengan ketidakpastian. Setelah pedagang harus bersaing dengan pedagang daring, kini mereka merasakan daya beli masyarakat yang sedang mengalami penurunan.

“Apalagi pas kemarin ada aksi-aksi masa, sehingga itu juga menimbulkan kekhawatiran orang-orang luar kota yang datang ke Bandung, khususnya Pasar Baru,” katanya, Jumat (12/9/2025).

Padahal menurut Iwan, pengunjung ke Pasar Baru mayoritas berasal dari luar Kota Bandung. Bahkan, Pasar Baru sudah dari lama menjadi destinasi wisata bagi pengunjung dari luar negeri, salah satunya Malaysia.

“Jadi ketika kondisi negeri kita sedang tidak baik ya itu berpengaruh, yang kedua memang Pasar Baru ini kan pasar wisata. Kita itu sudah punya trademark sebagai pasar wisata belanja, orang itu ingin datang ngeliat sambil jalan-jalan adu tawar dan lain sebagainya, beda dengan pasar biasa,” ucapnya.

“Cuman memang kondisi sekarang jauh dari normal. Tingkat kunjungan itu memang berkurangnya sekitar 70-60 persen kan, nah ini juga kan sangat berpengaruh terhadap, kondisi pedagang di sana,” tambahnya.

Kemudian, kata Iwan, dari 4.200 kios, sekitar 65 persen sudah terisi pedagang di Pasar Baru. Meskipun kondisinya lebih baik dibanding ITC Kebon Kalapa bahkan Pasar Tanah Abang, Jakarta, tapi ia membeberkan kondisinya jauh berbanding terbalik dibanding prosesnya.

Iwan menyatakan, sudah sepakan, para pedagang di Pasar Baru Bandung belum mendapatkan untung. Ia berharap ada kebijakan yang bisa menguntungkan pedagang supaya Pasar Baru bisa terus bertahan.

“Long weekend kemarin juga sama, kurang. Dulu long weekend saking padatnya kan, sekarang mah biasa-biasa aja. Pengunjung mah memang ada, tapi dengan penglarisan ini seminggu, belum. Kan kasihan sama yang dagang,” pungkasnya.

Suara keresahan serupa disampaikan Wawan (55) salah seorang pedagang di Pasar Baru Bandung. Ia mengatakan, kondisi saat ini membuat pedagang sudah jarang mendapatkan ‘penglaris’, istilah di kalangan pedagang soal keuntungan dan untuk menutupi biaya operasionalnya selama beberapa hari ke depan.

“Jauh pisan lah sekarang mah. Kalau dulu mah dagang teh ada rajin pakai tanggal, penglaris, dulu mah aman penglaris teh, sekarang mah tegang. Ada yang zonk sehari, dua hari, seminggu, itu faktnya,” kata Wawan saat berbincang dengan infoJabar.

Pedagang saat ini hanya bisa bersabar menghadapi kondisi tersebut. Namun, mereka tetap punya harapan kondisi ekonomi bisa kembali pulih, seraya meminta ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk solusinya.

“Istilah kita, kalau enggak hari ini, mungkin besok. Kalau enggak besok, mungkin minggu depan atau tahun depan. Harapan itu mah masih ada supaya ekonomi kembali normal lagi. Dan mudah-mudahan ada kebijakan dari pemerintah supaya pasar-pasar tradisional ini enggak sampai mati,” pungkasnya.