Sungai Cidadap di Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, berubah haluan dan menggerus lahan warga. Area sawah dan kebun yang selama ini jadi sumber penghidupan warga kini hilang ditelan arus deras.
“Sebelumnya sawah, sawah ini lebarnya sekitar 20 meter ke sana sudah masuk persawahan sekarang sudah habis. Ada sekitar satu hektar, kalau titik ini habis setengah hektar. Sungai awalnya sebelah sana, airnya sebelah sana,” ujar Japar, warga Kampung Sawah Tengah, Kawungluwuk, Rabu (12/11/2025).
Japar menunjuk bekas area pertanian yang kini sudah berubah menjadi aliran sungai selebar belasan meter. Ia menyebut, perubahan itu terjadi cepat, hanya dalam beberapa hari terakhir.
“Sungai Cidadap ini mulai dari malam Minggu kemarin, yang dahsyatnya malam kemarin, malam tadi juga hujannya dari sore sampai subuh. Dampaknya ya seperti ini, musibah untuk warga,” tuturnya.
Ia menambahkan, jarak sungai yang sebelumnya jauh kini sudah mendekati rumah-rumah warga. “Udah nyampe dari ujung ini sudah sampai 15 meter, sebelumnya 40 meter dari perkampungan ini ke sungai, sebelah sana sebelumnya 100 meter,” ucap Japar.
Erosi terus terjadi setiap malam, terutama saat hujan turun. Ditambah dengan arus sungai yang liar menghantam tebing sungai.
“Kejadian kemarin dua meter lagi ke permukiman. Yang sudah ambruk, masjid ini, MCK-nya, madrasahnya, majelisnya. Bawahnya sudah gorowong parah,” katanya.
Menurut Japar, beberapa warga sudah melapor ke pemerintah desa, tetapi belum mendapat tanggapan.
“Kayanya kalau untuk orang-orang lain sebagian sudah, belum di-acc. Dari pihak desa belum ada,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan, bukan hanya memberikan bantuan darurat, tetapi juga memperbaiki arah aliran sungai agar tidak terus menggerus lahan warga.
“Harapannya pengen bantuannya bukan untuk pembangunan bukan bantuan makanan, yang diinginkan masyarakat ini arus sungai bisa diluruskan sampai ke asalnya,” kata Japar.
Dari pantauan infoJabar di lokasi, bekas lahan sawah kini berubah jadi arus sungai keruh kecokelatan. Tanah di tepian tampak bolong dan rapuh. Pohon-pohon di pinggir tebing mulai tumbang satu per satu. Warga masih berjaga, sebagian memilih mengungsi, khawatir arus sungai kembali menghantam daratan malam ini.
Erosi terus terjadi setiap malam, terutama saat hujan turun. Ditambah dengan arus sungai yang liar menghantam tebing sungai.
“Kejadian kemarin dua meter lagi ke permukiman. Yang sudah ambruk, masjid ini, MCK-nya, madrasahnya, majelisnya. Bawahnya sudah gorowong parah,” katanya.
Menurut Japar, beberapa warga sudah melapor ke pemerintah desa, tetapi belum mendapat tanggapan.
“Kayanya kalau untuk orang-orang lain sebagian sudah, belum di-acc. Dari pihak desa belum ada,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan, bukan hanya memberikan bantuan darurat, tetapi juga memperbaiki arah aliran sungai agar tidak terus menggerus lahan warga.
“Harapannya pengen bantuannya bukan untuk pembangunan bukan bantuan makanan, yang diinginkan masyarakat ini arus sungai bisa diluruskan sampai ke asalnya,” kata Japar.
Dari pantauan infoJabar di lokasi, bekas lahan sawah kini berubah jadi arus sungai keruh kecokelatan. Tanah di tepian tampak bolong dan rapuh. Pohon-pohon di pinggir tebing mulai tumbang satu per satu. Warga masih berjaga, sebagian memilih mengungsi, khawatir arus sungai kembali menghantam daratan malam ini.
