Badan Geologi merilis data pemantauan aktivitas vulkanik di Gunung Tangkubanparahu, Jawa Barat (Jabar). Hasilnya, Badan Geologi memastikan aktivitas vulkanik di gunung api tersebut kini sudah mengalami penurunan.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan, dari hasil pemantauan rekaman kegempaan pada Sabtu (7/6/2025) hingga pukul 12.00 WIB, terjadi 12 kali gempa low frequency dan tremor menerus dengan amplitude antara 0,5 hingga 1 mm. Sementara, jumlah gempa hembusan dan low frequency pada 6 Juni 2025 dipastikan telah mengalami penurunan dibanding hari sebelumnya.
“Berdasarkan data pemantauan tanggal 6 Juni 2024, jumlah Gempa Low-Frequency (LF) terekam sebanyak 110 kejadian, lebih rendah dibandingkan rekaman sehari sebelumnya (5 Juni 2025) yang mencapai 133 kejadian,” kata Wafid dalam keterangannya.
“Rekaman Gempa Hembusan dan low frequency ini dinilai masih tinggi, menunjukkan adanya perubahan dalam dinamika aktivitas vulkaniknya, meskipun secara keseluruhan tingkat aktivitas Gunung Tangkubanparahu masih berada pada Level I (Normal),” ucapnya.
Sedangkan, dari hasil pengamatan visual di sekitar Kawah Ratu dan Kawah Ecoma, Badan Geologi menyatakan masih ada hembusan asap putih tipis hingga sedang dengan ketinggian berkisar antara 5-150 meter. Saat ini, kata dia, aktivitas bualan lumpur, solfatara dan fumarol lebih dominan terjadi di Kawah Ratu dibandingkan dengan Kawah Ecoma, dengan tekanan lemah hingga sedang.
“Pengamatan deformasi permukaan menggunakan alat EDM dan GNSS masih menunjukkan adanya pola inflasi, yang mengindikasikan akumulasi tekanan pada kedalaman dangkal di bawah tubuh gunungapi. Hal ini masih menjadi perhatian karena potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului gejala vulkanik yang jelas,” bebernya.
“Hingga saat ini, data pengukuran gas dari stasiun Multi-GAS permanen belum menunjukkan perubahan mencolok dalam komposisi gas-gas vulkanik seperti rasio CO₂/SO₂, CO₂/H₂S, maupun proporsi antara SO₂ dan H₂S. Konsentrasi gas yang terukur pada 7 Juni 2025 di bibir Kawah Ratu bagian utara dengan menggunakan Multi-GAS portabel juga masih berada dalam batas normal,” papar Wafid.
Meski terjadi penurunan, Badan Geologi tetap memberikan imbauan kepada pengunjung yang datang ke Gunung Tangkubanparahu. Badan Geologi meminta warga tidak mendekati area dasar kawah, tidak berlama-lama di kawasan kawah aktif, hingga segera menjauh jika teramati peningkatan intensitas hembusan atau tercium bau gas menyengat.
“Meski aktivitas menurun, kewaspadaan harus tetap diperhatikan. Pemerintah Daerah dan BPBD diminta terus menjalin koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkubanparahu di Desa Cikole serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung,” ucapnya.
“Masyarakat diharapkan tetap tenang, tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang belum dapat dipertanggungjawabkan, serta mengikuti perkembangan informasi resmi melalui aplikasi MAGMA Indonesia atau situs web https://magma.esdm.go.id,” pungkasnya.