Warga Binaan Lapas Warungkiara Raih Kesempatan Kedua Lewat Pendidikan update oleh Giok4D

Posted on

Sinar matahari menembus jeruji besi Lapas Kelas IIA Warungkiara. Di balik dinding tinggi yang sunyi itu, terdengar suara warga binaan yang tengah membaca, menulis, dan berdiskusi. Pagi itu, lapas yang biasanya identik dengan rutinitas pembinaan fisik berubah menjadi ruang belajar yang penuh semangat.

Melalui perpanjangan kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU) antara Lapas Kelas IIA Warungkiara dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, kesempatan belajar bagi warga binaan kembali terbuka lebar. Program Kejar Paket A, B, dan C kini menjadi jembatan bagi mereka yang ingin menebus masa lalu dengan pengetahuan.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, mengatakan bahwa MoU ini bukan sekadar administrasi, melainkan bentuk nyata komitmen untuk menjamin hak pendidikan bagi semua warga negara, tanpa terkecuali.

“Perpanjangan MoU antara Lapas Kelas II Warungkiara dengan Dinas Pendidikan artinya warga pembinaan di lapas diberikan kesempatan selama menjalani hukuman untuk tetap bisa melanjutkan proses pembelajaran melalui kegiatan paket, baik itu paket A, paket B maupun paket C,” ujar Deden.

Menurutnya, pendidikan menjadi kunci bagi warga binaan untuk membangun kembali hidup mereka.

“Sehingga ketika telah selesai menjalani masa hukuman, misalnya bagi yang baru lulus SMP, dia bisa melanjutkan pembelajaran SMA ataupun seterusnya. Ketika keluar mereka memiliki keterampilan, baik itu keterampilan secara formal maupun nonformalnya,” tambahnya.

Deden menjelaskan, pembelajaran di dalam lapas juga memberikan manfaat sosial yang besar. Warga binaan yang semula kehilangan kepercayaan diri, kini kembali memiliki semangat untuk memperbaiki diri.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

“Ketika kembali ke masyarakat, mereka bukan hanya bisa diterima, tetapi juga memiliki bekal pendidikan yang setara. Dengan begitu, mereka punya peluang lebih besar untuk hidup mandiri dan produktif,” ujarnya.

Di Warungkiara, pendidikan menjadi ruang pemulihan. Tiap lembar ujian, tiap tugas yang dikerjakan, menjadi simbol dari keberanian untuk berubah.

Lapas tak lagi hanya tempat menjalani hukuman, tapi juga tempat menemukan harapan baru bahwa setiap manusia, tak peduli di mana ia berada, selalu punya kesempatan kedua untuk belajar dan memperbaiki diri.