IQ atau Intelligence Quotient umumnya diukur melalui tes yang menilai kemampuan berhitung, bahasa, serta daya ingat. Skor IQ menggambarkan kapasitas kognitif seseorang dalam memecahkan masalah, bernalar, berpikir kompleks, hingga memahami bahasa.
Meski begitu, banyak yang berpendapat bahwa IQ rendah tidak selalu berarti kurang tekun, tidak kreatif, atau gagal membangun hubungan sehat. Hal-hal seperti itu justru lebih dipengaruhi oleh Emotional Quotient (EQ). Namun, sebagaimana dilansir dari infoHealth, penelitian yang dimuat dalam Journal of Clinical Child Psychology menunjukkan bahwa IQ rendah dapat memengaruhi kemampuan dasar seseorang dalam bersosialisasi.
Berikut beberapa kalimat yang sering diucapkan oleh orang dengan IQ rendah. Jika disertai dengan tanda-tanda lain seperti pemrosesan lambat atau kesulitan sosial, hal ini dapat membuat mereka sulit menjalin hubungan yang sehat dan mendalam dengan orang lain, dikutip dari Your Tango.
Kesadaran diri memang lebih banyak dipengaruhi oleh kecerdasan emosional, tetapi kemampuan berpikir dan menganalisis juga berperan besar dalam menentukan tujuan hidup serta memahami kebutuhan diri.
Orang dengan IQ rendah sering kali kesulitan melakukan refleksi diri. Akibatnya, mereka pun sulit mengembangkan keterampilan sosial dan membangun hubungan sehat yang bergantung pada komunikasi terbuka.
Penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa pola pikir berkembang (growth mindset) tidak selalu meningkatkan kecerdasan, namun pola pikir tetap (fixed mindset) bisa membuat seseorang terhambat mencapai tujuan.
Orang dengan IQ rendah cenderung kesulitan membayangkan potensi diri, terutama karena minimnya pengalaman mendapatkan validasi akademik di sekolah. Sebaliknya, orang dengan IQ tinggi biasanya mampu merancang strategi untuk mencapai hal-hal yang tampak ‘mustahil’.
Masalah utamanya bukan karena mereka tidak tahu, melainkan karena tidak mau mengakui ketika mereka tidak tahu. Mereka sering kali tidak memiliki kerendahan hati intelektual dan bersikap defensif terhadap kritik atau perbedaan pendapat.
Akibatnya, mereka menutup peluang untuk berdiskusi atau berdebat secara sehat, padahal, hal itu bisa menumbuhkan wawasan baru.
Orang dengan IQ rendah biasanya lebih fokus mencari jawaban benar daripada menikmati proses belajar.Menurut penelitian tahun 2012, kurangnya rasa ingin tahu intelektual sering ditemukan pada individu dengan IQ rendah.
Padahal, keterbukaan terhadap hal baru merupakan ciri khas orang dengan kemampuan kognitif tinggi. Karena itu, mereka cenderung lebih tertutup dan hanya mencari kepastian daripada mengejar pemahaman mendalam.
Banyak orang dengan IQ rendah merasa tidak nyaman dalam percakapan mendalam atau diskusi intelektual. Kalimat seperti ini sering kali bukan tanda ketidaksabaran, melainkan bentuk pertahanan diri karena merasa tertinggal.
Penelitian tahun 2020 juga menunjukkan bahwa individu dengan IQ rendah lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan rasa tidak aman, yang memperkuat perilaku defensif tersebut.
Meski mereka mungkin memiliki kepekaan emosional, orang dengan IQ rendah sering merasa hidupnya kurang bermakna atau tidak bahagia. Tanpa kemampuan kognitif yang cukup untuk memahami emosi dan hubungan secara mendalam, mereka kesulitan menjaga relasi yang sehat.
Penelitian dalam Psychological Medicine juga menemukan bahwa individu dengan IQ rendah melaporkan tingkat kebahagiaan paling rendah, sering kali akibat faktor ekonomi, kesehatan mental, dan kestabilan hidup.
Orang dengan IQ rendah cenderung hidup untuk saat ini tanpa banyak memikirkan masa depan. Kurangnya akses pendidikan turut berperan, membuat mereka sulit merencanakan karier, keluarga, atau keuangan jangka panjang.
Penelitian tahun 2013 menunjukkan bahwa kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja dapat menurunkan fungsi kognitif, sehingga memperburuk kesulitan dalam membuat rencana hidup.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Sebagian orang dengan IQ rendah menggunakan istilah “street smart” (cerdas secara praktis) untuk menegaskan nilai diri. Mereka mengandalkan pengalaman hidup dan intuisi sosial untuk menunjukkan kemampuan dalam situasi sehari-hari.
Meski kecerdasan tidak menentukan nilai kemanusiaan seseorang, realitanya dunia modern masih menilai tinggi kemampuan intelektual. Karena itu, banyak orang dengan IQ rendah merasa perlu membuktikan diri agar diterima atau sukses.
Perbedaan ini muncul karena orang dengan IQ tinggi umumnya lebih analitis dan rasional, sementara mereka dengan IQ rendah lebih nyaman menyerahkan nasib pada takdir atau kekuatan yang lebih besar.
Bagi mereka yang hidup dengan keterbatasan sosial dan ekonomi, mempercayakan masa depan pada kekuatan ilahi bisa terasa lebih menenangkan daripada menghadapi ketidakpastian.
Mengaku tidak tahu atau tidak peduli bukan masalah, namun bagi orang dengan IQ rendah, kalimat ini sering diucapkan untuk menutupi rasa malu atau minder.
Mereka bisa merasa tidak nyaman berdiskusi tentang hal yang tidak mereka pahami, terutama saat berbicara dengan orang yang tampak lebih pintar atau berwawasan luas.
Setiap orang tentu menantikan akhir pekan, tapi bagi sebagian individu dengan IQ rendah, waktu tersebut menjadi satu-satunya pelarian dari rutinitas.
Mereka cenderung mencari hiburan untuk menghindari stres, dan sering kali kurang tertarik pada aktivitas produktif atau yang menantang secara intelektual.
Artikel ini sudah tayang di infoHealth