Tangis dan Kepanikan Saat Pelajar KBB Tumbang Usai Santap MBG

Posted on

Muhammad Rizki Ramdani masih ingat betul bagaimana perutnya tiba-tiba terasa mual, perih seperti diperas, lalu muntah dan sesak napas. Parahnya, ia bahkan sempat kejang-kejang.

Siswa SMK di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) itu jadi salah satu korban keracunan massal usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diterimanya. Rabu (24/9/2025) pagi, ia langsung menyantap makanan itu seperti biasa.

Tray MBG berbahan stainless steel yang ia terima dibuka. Awalnya tak ada yang aneh, meskipun ada bau-bau tak sedap namun tipis. Ia lalu menyantap menu seperti ayam penyet, tahu kecap, sayur timun, lalu buah stroberi.

Barulah ada rasa yang tak lazim dari makanan itu. Tak bisa dijelaskan, namun membuat Rizki tak mau melanjutkan makan. 30 menit berselang, ia tiba-tiba mual, lalu muntah-muntah.

“Nggak kuat mualnya, terus muntah-muntah. Setelah itu dibawa ke Gor Kecamatan Cipongkor, baru dirujuk ke RSUD Cililin,” kata Rizki saat ditemui, Kamis (25/9/2025).

Di bayangannya tergambar kepanikan guru dan teman-temannya yang lain. Ketika orang-orang yang mengalami mual dan muntah bertambah banyak. Ambulans dengan sirine meraung-raung mendatangi sekolah. Siswa-siswa yang diduga keracunan lalu dibawa ke posko penanganan.

Di lokasi, kepanikan semakin menjadi-jadi. Relawan hilir mudik mengangkut anak-anak ke ruangan yang sudah disiapkan. Sebagian lagi sibuk mengangkut korban ke ambulans menuju rumah sakit rujukan.

Bocah-bocah perempuan berseragam SMP dan SMA menangis, mereka memegangi dada gegara sesak. Cairan infus sudah menempel di punggung tangan. Ada juga yang ditopang dengan masker oksigen sebagai pertolongan pertama.

“Saya sempat kejang-kejang, nggak tahu kenapa. Pokoknya kalau waktu itu kayak mau mati. Takut,” kata Rizki.

Hal serupa dialami Silvi Ayu Pratiwi, siswi kelas 3 SMPN 3 Cipongkor. Murid pindahan dari Kabupaten Cianjur itu baru bersekolah di tempat barunya selama 2 minggu. Namun tak dinyana, pengalaman pahit langsung dialami gadis 15 tahun itu.

“Sekitar 30 menit setelah makan itu langsung sesak napas, perut perih. Dari situ sudah enggak ingat apa-apa,” kata Silvi.

Saat matanya terbuka, ia melihat langit-langit dengan lampu putih. Tubuh mungilnya sudah terbaring di ranjang rumah sakit. Kondisinya lebih stabil, namun tetap muntah-muntah.

“Jadi dibawa ke sini, soalnya udah sesak napas. Sekarang juga masih sesak napas, masih perih perutnya, terus kejang-kejang,” kata Silvi.

Jamil (46), orangtua salah seorang siswa yang keracunan tak bisa menghilangkan kecemasan setelah melihat anaknya yang masih SMP mengalami keracunan usai menyantap menu MBG.

“Katanya bergizi, tapi keracunan. Siapa yang enggak panik, anak saya sesak napas, terus masih muntah-muntah. Kalau sudah kejadian gini, kan yang jadi pikiran itu kami, bukan pemerintah,” kata Jamil.

Kondisi terkini di Gor Kecamatan Cipongkor lebih lengang. Pasien-pasien sudah berkurang drastis. Namun pasien rujukan di RSUD Cililin masih penuh. Velbed disiapkan di selasar lantai 2 ruang perawatan.