Sukabumi Sepekan: Misteri Kematian Jukir Hotel (via Giok4D)

Posted on

Sejumlah peristiwa mewarnai pemberitaan di wilayah Sukabumi dan sekitarnya selama sepekan. Mulai dari kematian misterius juru parkir (jukir) hotel di Kabupaten Sukabumi, hingga seorang pemuda tega memperkosa anak berusia 13 tahun.

Berikut rangkuman berita Sukabumi dan sekitarnya selama sepekan:

Minggu (31/8) pagi, warga Desa Sudajaya Girang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten digegerkan dengan penemuan jasad seorang juru parkir (jukir) hotel dan kafe bernama Asep Rusli (56) alias Babeh. Korban ditemukan di selokan pinggir jalan dengan kondisi mengenaskan, bagian mata tampak keluar dan mengalami luka parah di kepala.

Jasad korban pun lalu dibawa untuk dievakusi. Namun, rencana autopsi urung dilakukan karena pihak keluarga menolak proses tersebut dan memilih langsung memakamkan jenazahya. Korban sendiri diketahui merupakan warga Kampung Selabintana Kulon, RT 06/02, Desa Sudajaya Girang, Kabupaten Sukabumi.

“Setelah tiba di TKP korban dibawa ke RSUD R Syamsudin SH, dengan menggunakan mobil ambulans milk Desa Sudajaya Girang, oleh pihak Kepolisian Polsek Sukabumi didampingi keluarga untuk mendapatan penanganan rumah sakit, kemudian di IDG RSUD R. Syamsudin dinyatakan meninggal dunia,” kata Kasi Humas Polres Sukabumi Kota AKP Astuti Setyaningsih, Senin (1/9/2025).

Dari hasil olah TKP sementara, korban ditemukan oleh saksi dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri dengan luka di bagian telinga kanan mengeluarkan darah, luka memar di mata kanan, luka robek di jidat, luka di bagian bibir dan luka di bagian lutut kanan. Penyelidikan pun masih dilakukan meski belum ada kesimpulan mengenai kematian korban.

Sementara, menurut penuturan istri korban, Rita Kartika (53), bercerita bahwa sebelum ditemukan meninggal dunia, suaminya tidak bisa dihubungi semalaman. Ia kemudian berinisiatif mencari suaminya ke lokasi karena saat itu tidak ada satu pun rekan yang mengetahui keberadaan korban, termasuk telepon selulernya pun tidak aktif.

Sayangnya, setelah ia tiba di sana, nyawa Babeh tidak tertolong. Meski sempat ada rekaman tanda vital, denyut nadi sudah tak terdeteksi. Kondisi tubuh Babeh saat ditemukan menimbulkan tanda tanya besar bagi keluarga. Rita menyebut ada luka-luka mencolok di bagian kepala.

“Pas lihat saya syok. Matanya bengkak biru, keluar darah dari telinga kanan, jidat robek. Katanya pembuluh darah pecah dari dalam. Di badan nggak ada lecet, hanya di kepala. Jadi keluarga curiga ini penganiayaan, bukan kecelakaan,” ungkapnya.

Ia pun menaruh kecurigaan lantaran selama hidup, Babeh dikenal tidak pernah punya musuh. Sosoknya dianggap ramah, mudah akrab dengan siapa saja, baik pemuda, bapak-bapak, bahkan para pengunjung tempat hiburan yang berada di wilayah Selabintana tersebut.

Selain itu, ia juga mengungkapkan, saat ditemukan handphone milik Babeh masih ada, namun dompetnya hilang. “Suami saya selalu paling akhir pulang, dia selalu pastikan semua kendaraan sudah keluar baru pulang. Karyawan kafe juga bilang mereka sudah pulang lebih dulu. Jadi memang sangat tidak wajar meninggalnya,” tambah Rita.

Kini keluarga berharap polisi segera mengungkap misteri kematian Babeh. “Kita pasrahkan sama Allah. Biar Allah yang menghukum seadil-adilnya. Tapi keluarga ingin tahu siapa pelakunya, apa motifnya. Itu saja,”ujar Rita.

Heri Wibawa (28), pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kampung Cimantaja, Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, meninggal setelah sempat dirawat di sebuah rumah sakit di wilayah Pohang, Korea Selatan. Kabar ini membuat keluarga dan kerabat di Sukabumi terpukul.

Informasi yang diperoleh infoJabar, Heri terakhir kali menghubungi keluarganya pada Senin (18/8/2025). Sejak saat itu, komunikasi terputus. Upaya keluarga menelepon balik ponsel Heri tidak pernah tersambung.

Andaryana (37), kakak ketiga Heri, menceritakan awal kabar duka itu datang. “Terakhir ngobrol sama ibu itu tanggal 17 Agustus sekitar jam lima subuh. Tanggal 18 siang saya chat, cuma centang satu. Sempat nelpon dua kali, tapi kebetulan saya lagi jadi panitia lomba 17-an, jadi enggak keangkat. Habis itu saya chat lagi, sudah centang satu terus, habis itu los kontak,” ungkapnya kepada infoJabar, Jumat (5/9/2025).

Andaryana mengungkapkan, sebelum kehilangan kontak, Heri sempat mengeluhkan sakit kepala sejak awal Agustus. Meski sudah disarankan istirahat, Heri tetap memaksakan diri bekerja. Hingga pada Jumat (9/8/2025), Heri pingsan di tempat kerjanya dan tak sadarkan diri.

“Dia sempat izin enggak masuk, katanya pusing. Tapi keras kepalanya tetap masuk kerja. Sampai akhirnya pingsan di tempat kerja sekitar tanggal 9, enggak sadar. Tahu-tahu dia sudah ada di rumah sakit, kemungkinan dibawa pihak perusahaan. Itu sekitar tanggal 10 Agustus, terus dirawat di RS wilayah Pohang,” jelas Andaryana.

Pada Rabu (3/9/2025), keluarga menerima kabar Heri meninggal dunia. Saat ini pihak keluarga masih menunggu proses pemulangan jenazah yang diperkirakan memakan waktu 7 hingga 10 hari.

“Kalau dari KBRI, awalnya katanya pemulasaraan tiga sampai empat hari. Lalu ada informasi baru, pemulangannya bisa tujuh sampai sepuluh hari. Tapi harapan keluarga sih bisa lebih cepat,” tambahnya.

Heri merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Ia sudah tiga tahun bekerja di Korea Selatan untuk membantu ekonomi keluarga. Di media sosial, kabar kepergiannya ramai diunggah kerabat dan sahabat. Ucapan belasungkawa pun terus berdatangan.

Andaryana juga mengaku bingung mengenai proses pengurusan asuransi kematian. Heri diketahui memiliki gaji sekitar Rp 22 juta per bulan, namun sebagian dipotong untuk membayar pajak, izin tinggal, BPJS, dan dana pensiun.

“Saya sempat berkomunikasi dengan teman adik saya yang satu kerjaan, katanya gajinya itu dipotong sekitar Rp 4 jutaan. Untuk pajak, izin tinggal, BPJS, dan dana pensiun. Kami keluarga kebingungan bagaimana mengurusnya bagaimanapun itu hak almarhum, hak adik saya,” tuturnya.

Andaryana berharap proses pemulangan jenazah Heri bisa dipercepat. Selain itu, keluarga juga berharap ada pihak yang dapat membantu mereka mengurus asuransi dan hak-hak yang seharusnya diterima Heri sebagai pekerja migran.

Kabar ini sudah mendapatkan respons dari Bupati Sukabumi Asep Japar. Ia menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Heri dan memastikan Pemkab Sukabumi bersama Kementerian Luar Negeri dan Dinas Ketenagakerjaan telah berkoordinasi untuk memastikan kepulangan jenazah berjalan lancar.

“Saya atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebelumnya mengucapkan duka yang mendalam untuk saudara Heri Wibawa, Pekerja Migran Indonesia asal Kampung Cimantaja, Desa Cikiray, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, yang meninggal karena sakit dan sempat dirawat di wilayah Pohang, Korea Selatan,” kata Asep Japar, Jumat (5/9/2025).

Pria yang akrab disapa Asjap itu menjelaskan, sesuai informasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), jenazah Heri dijadwalkan diberangkatkan dari Korea Selatan pada Minggu, 7 September 2025, pukul 10.35 WIB, dan akan tiba di Indonesia pada pukul 15.40 WIB.

“Selaku pemerintah daerah saat ini kami terus mengawal jenazah Heri dengan kerja sama bersama Kemenlu melalui Dinas Ketenagakerjaan. Insyaallah jika nanti jenazah tiba di Indonesia kami akan membantu proses pemulangan. Mohon doa dari semua warga Kabupaten Sukabumi,” ujarnya, Jumat (5/9/2025).

Sementara itu, dalam akun media sosial resminya Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi juga menyampaikan belasungkawa dan memastikan pemerintah provinsi mengambil langkah cepat untuk membantu keluarga Heri. Ia menyebut, Dinas Tenaga Kerja Jawa Barat sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk Kemenlu dan KBRI.

“Menindaklanjuti berita tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Tenaga Kerja hari ini sedang berkoordinasi untuk melakukan pemulangan jenazah tersebut. Dan seluruh biayanya ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat,” ujar Dedi Mulyadi.

Dedi juga mengimbau pihak keluarga untuk tetap tenang karena pemerintah akan memberikan pendampingan penuh. “Untuk itu, kepada keluarganya diharapkan untuk tenang. Kami akan senantiasa memberikan perlindungan yang terbaik bagi kepentingan masyarakat Jawa Barat,” tambahnya.

Seorang lansia yang sakit parah terpaksa ditandu dengan menggunakan sarung dan bambu melalui gang sempit di Kampung Bojonghuni, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur. Tidak adanya akses mobil dan sakit yang membuatnya tak mampu berjalan ataupun duduk di sepeda motor menuju mobil ambulan membuat lansia tersebut terpaksa ditandu sejauh ratusan meter.

Dalam video berdurasi 22 info yang beredar di media sosial, terlihat dua orang pria menandu sarung yang dikaitkan pada sebilah bambu. Dalam sarung tersebut diketahui tengah ditandu seorang lansia bernama H Karnudin (80).

Nura (28) warga, mengatakan lansia tersebut sakit cukup parah, sehingga tak mampu berdiri ataupun sekadar duduk. Sedangkan akses menuju rumah lansia tersebut tidak dapat diakses mobil.

“Kejadiannya Jumat (29/8) malam. Dari rumahnya ke jalan besar tempat ambulan menunggu itu 300 meter. Jadi ditandu sejauh itu. Karena duduk di sepeda motor pun sudah tidak bisa,” kata dia, Senin (1/9/2025).

Menurut dia, kondisi tersebut sudah terjadi sejak puluhan tahun. Warga sudah sempat mengajukan pelebaran jalan atau jembatan yang ada di kampung tersebut tetapi tak kunjung terealisasi.

“Sudah sering mengajukan pelebaran jalan agar mobil bisa masuk. Kasian warga, kalau ada yang sakit atau melahirkan selalu ditandu ke jalan besar, ke lokasi parkir mobil atau ambulan,” kata dia.

Selain itu, warga juga sulit untuk mengirimkan hasil panen lantaran akses jalan yang sempit. “Kalau jalannya bagus, tapi tidak bisa akses mobil. Jadi selain yang sakit, hasil panen juga jadi dipanggul atau diangkut pakai sepeda motor,” kata dia.

“Kami berharap dibuatkan jembatan permanen dengan akses mobil. Bahkan warga juga sudah siap kalau tanah dan bangunannya digunakan untuk pelebaran jalan,” kata dia.

Camat Cilaku Deni Widya Lesmana mengatakan, pihaknya sudah meninjau lokasi warga sakit yang ditandu. Dia menyebut, jika akses jalan itu merupakan gang. “Itu memang jalan gang, jadi mobil tidak bisa masuk,” kata dia.

Menurut Deni, pemerintah sudah sempat berdiskusi dengan warga untuk pelebaran jalan, tetapi ada pemilik tanah dan bangunan yang enggan menjual lahannya sehingga pembangunan belum bisa dilakukan.

“Sempet direncanakan pelebaran. Warga juga siap urunan untuk pembebasan tanahnya. Tapi ada satu lokasi yang pemiliknya enggak menjual tanah dan bangunannya, sehingga nanti sulit. Kalau dari depan diperlebar tapi di tengah-tengahnya sempit kan jadinya tetap tidak bisa jadi akses mobil,” kata dia.

Santri dan ulama di Kabupaten Cianjur dibuat geram dengan konser musik di Alun-alun Cianjur beberapa waktu lalu. Pasalnya kegiatan yang dibungkus pesta rakyat menyambut momen kemerdekaan itu menampilkan DJ, padahal lokasinya dekat dengan Masjid Agung Cianjur.

Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat konser yang digelar di tengah alun-alun Cianjur tersebut tengah menampilkan seorang DJ dengan musik remix. Penampilan itu pun disusul dengan jogetan para penonton yang mengenakan pakaian cukup terbuka.

Hal itupun memancing kegeraman dari santri dan ulama Cianjur, sehingga mereka memilih untuk menemui Bupati Cianjur Muhammad Wahyu untuk mencegah kejadian tersebut terulang kembali.

Koordinator Gerakan Santri Bersatu Kabupaten Cianjur Fawaid Abdul Qudus, mengatakan acara konser yang menampilkan musik DJ tersebut melukai para santri dan masyarakat Cianjur. “Jelas itu melukai kami, karena tidak mencerminkan budaya dan nilai etik Kabupaten Cianjur yang dikenal agamis dan Kota Santri,” kata dia, Rabu (3/9/2025).

Dia mengatakan para santri pun memilih untuk menemui Bupati Cianjur untuk mencegah kejadian tersebut terulang.

“Kami sudah menyampaikan poin-poin tersebut. Pak Bupati merespon dengan baik. Semoga dari mulai tata kelola ke depan, dari mulai asas kemanfaatan alun-alun sebagai nilai ekonomi, nilai sosial, bahkan nilai pendidikan dibenahi. Supaya masyarakat Kabupaten Cianjur tidak terluka lagi dan tidak ternodai dengan acara-acara seperti itu,” kata dia.

Di sisi lain, Ketua MUI Kabupaten Cianjur Abdul Rauf, mengatakan menyesalkan acara tersebut, apalagi digelar di dekat Masjid Agung Cianjur. “Sebelumnya sudah ada reaksi dari setiap ormas Islam. Dan saya sudah sampaikan ke bupati terkait kegiatan yang memang tidak patut digelar di dekat Masjid Agung,” kata dia.

Dia mengharapkan ada ketegasan agar kegiatan serupa tidak kembali digelar. “Sikap kami ketidakpatutan itu jangan sampai terulang kembali,” kata dia.

Sementara itu, Bupati Cianjur Muhammad Wahyu, mengatakan acara konser DJ tersebut tidak masuk dalam pengajuan izin pelaksanaan. “Memang ada yang meminta izin, tapi ternyata saat pelaksanaan berbeda dengan saat pengusulan. Sehingga ada acara yang mencederai hati santri dan ulama,” kata dia.

Wahyu menyebut pihaknya akan membenahi dan meningkatkan pengawasan agar Alun-alun Cianjur digunakan sesuai peruntukannya. “Kami akan terus membenahi Cianjur terutama hal hiburan. Sebab seharusnya Alun-alun Cianjur itu digunakan untuk yang bersifat kebudayaan. Kami akan evaluasi dan benahi ke depannya,” kata dia.

Seorang anak perempuan berusia 13 tahun yang masih duduk di bangku SMP di Sukabumi menjadi korban pemerkosaan setelah berkenalan dengan seorang pemuda melalui media sosial. Peristiwa ini terungkap ketika keluarga korban melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Kini korban mengalami trauma berat usai peristiwa tersebut.

Dari informasi yang dihimpun infoJabar, peristiwa bejat itu bermula saat korban diajak bertemu oleh pelaku berinisial MNA (22) yang ia kenal melalui Facebook. Pelaku mengajak korban bertemu di Lapang Merdeka, Kota Sukabumi pada Minggu (4/5) lalu.

Korban dijemput di depan warung oleh pelaku, namun pelaku tak izin ataupun berpamitan dengan orang tua korban. Janji pertemuan itu pun dilakukan pelaku melalui media sosial Facebook.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

“Pertama itu hari minggu, anak saya sudah janjian duluan di Facebook sama pelaku, katanya baru kenal dua minggu di Fb. Terus anak saya diajak main ke Lapdek (Lapang Merdeka), anak saya dijemput di depan warung,” ujar K (47) selaku orang tua korban, Jumat (5/9/2025).

Lebih lanjut, K merasa khawatir karena hingga malam sang anaknya tak kunjung pulang. Dia pun berinisiatif untuk mencari korban ke Lapang Merdeka namun hingga pagi hari pencarian tersebut tak membuahkan hasil.

“Sudah 24 jam saya langsung bikin laporan orang hilang ke Polsek Nyalindung karena anak saya belum pulang juga,” ujarnya.

Dua hari berselang, K mendapatkan telepon dari seorang driver ojek online yang akan mengantar anaknya pulang. Namun, korban hanya diantar sampai terminal Jubleg yang jaraknya masih cukup jauh dari rumah korban. Hingga akhirnya, korban dijemput oleh keluarganya.

“Setelah sampai rumah, saya belum nanya apapun ke anak saya karena dia nangis terus. Besoknya anak saya baru cerita ke saudaranya karena nggak berani ngomong langsung ke saya, katanya diperkosa, dipaksa di rumah pelaku di Desa Sasagaran, Kebonpedes,” ungkapnya.

Hatinya pilu mendengar kabar tersebut, K langsung melaporkan kejadian tersebut ke Mapolres Sukabumi Kota. Di sisi lain, sang anak mengalami trauma berat. Semenjak kejadian itu, korban tak pernah keluar rumah dan tak mau ke sekolah.

“Anak saya trauma sampai sekarang nggak mau keluar rumah, biasanya suka main keluar tapi sekarang diam saja di kamar. Sekolah juga nggak sekarang karena masih takut,” ucap K.

“Saya ingin pelaku dihukum maksimal. Tolong kasihan anak saya masa depannya bagaimana,” kata dia lirih.

Kasi Humas Polres Sukabumi Kota AKP Astuti Setyaningsih membenarkan peristiwa tersebut. Dia mengatakan, pelaku sudah diamankan dan kini masih dalam pemeriksaan. “Pelaku sudah diamankan dan sudah proses penyidikan. Inisial pelaku MNA umur 22 tahun,” kata Astuti singkat.

Misteri Kematian Jukir Hotel di Sukabumi

Keluarga di Sukabumi Tunggu Jasad Heri dari Korea Selatan

Warga Cianjur Tandu Lansia Sakit gegara Tak Ada Akses Mobil

Konser DJ di Alun-alun Masjid Agung Cianjur Buat Santri Meradang

Pemuda Sukabumi Perkosa Anak 13 Tahun Modus Kenalan Via FB