Kabupaten Sukabumi mencatat angka yang fantastis dalam keberadaan madrasah diniyah (MD). Saat ini, jumlah madrasah diniyah nonformal di kabupaten terluas di Pulau Jawa itu mencapai sekitar 2.530 lembaga. Angka ini membuat Sukabumi disebut sebagai salah satu daerah dengan madrasah diniyah terbanyak kedua di Jawa Barat, setelah Bogor berdasarkan laman resmi Satu Data Indonesia.
Kepala Seksi Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Kabupaten Sukabumi Henda mengatakan pemandangan madrasah diniyah yang berdiri berdampingan dengan sekolah dasar di pelosok-pelosok kecamatan Sukabumi sudah jadi hal lumrah. Rata-rata di tiap kecamatan terdapat 50-60 madrasah diniyah, nyaris sebanding dengan jumlah SD.
“Memang secara sejarah dulu madrasah diniyah ini digadang-gadang dari Sukabumi. Bahkan waktu itu Sukabumi sempat jadi project percontohan bagi kabupaten lain di Indonesia. Banyak rihlah dari daerah lain datang ke sini melihat perkembangannya,” ujar Henda kepada infoJabar di kantornya yang berlokasi di Lembursitu, Kota Sukabumi, Sabtu (12/7/2025).
Henda mengatakan keberadaan madrasah diniyah sangat penting sebagai penyempurna pendidikan agama yang didapat anak-anak di sekolah formal. Sebab, di SD pelajaran agama hanya diberikan sekitar dua jam seminggu.
“Jadi madrasah diniyah itu untuk menyempurnakan pendidikan keagamaan di SD. Materinya dimasukkan ke pendidikan formal diniyah, dengan muatan keagamaan Islam yang kita pantau,” jelasnya.
Selain madrasah diniyah nonformal, Sukabumi juga memiliki sekitar 1.400 madrasah diniyah formal yang berada di bawah institusi pendidikan madrasah Kemenag, serta 1.035 pondok pesantren yang sudah terdaftar resmi.
Henda mengakui pihaknya tidak bisa membatasi atau melarang masyarakat mendirikan madrasah diniyah baru. Sebab pendidikan ini sifatnya nonformal, dan kebutuhan akan pendidikan agama kembali lagi pada kesadaran masyarakat.
“Pada dasarnya kita tidak bisa intervensi. Silakan masyarakat mendirikan lembaga pendidikan. Kita hanya memastikan penyelenggaraannya memenuhi standar dari Kementerian Agama,” ujarnya.
Menurutnya, keberadaan madrasah diniyah juga berkontribusi besar terhadap peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM) di Sukabumi. Karena itu ia berharap camat dan pemerintah daerah juga lebih mendorong pembinaan, termasuk dalam hal sarana prasarana yang selama ini masih terbatas.
“Di satu sisi ini kebanggaan karena semangat masyarakat membangun pendidikan agama. Tapi di sisi lain kita memang belum optimal, sarana dan prasarana juga masih perlu didukung. Pemerintah daerah kadang ikut membantu, tapi fungsi kami (Kemenag) lebih ke kurikulum dan izin operasional,” jelasnya.
Henda menegaskan, dengan jumlah madrasah diniyah yang begitu banyak, pemerintah hanya bisa memberi imbauan agar anak-anak ikut belajar diniyah, karena sifatnya memang tidak wajib. Meski begitu, menurutnya pendidikan akhlak dan agama tetap jadi fondasi penting bagi masa depan Sukabumi.
“Tanpa pendidikan akhlak, tanpa pendidikan agama, bagaimana nanti nasib Sukabumi ke depan? Jadi kita terus dorong ini supaya tetap hidup,” tutupnya.