Suka Duka Rahman 8 Tahun Jadi Penjual Mainan Kuda Lumping

Posted on

Namanya Rahman, usianya 50 tahun, sudah sejak pagi Rahman berjalan kaki untuk berjualan mainan kuda lumping dan panahan di Kota Cirebon. Ada puluhan mainan kuda lumping dan panahan yang dijual Rahman, semuanya Rahman bawa dengan cara dipikul dan dijinjing.

“Saya asli orang Ciwaringin, Kabupaten Cirebon naik elf turun di Kanggraksan, sudah jalan kaki dari Dukuh Semar sampai sini (Jalan Lemahwungkuk), berangkat dari jam 8 pagi pulang paling maghrib,” tutur Rahman, Selasa (13/5/2025).

Rahman sendiri mulai berjualan mainan secara keliling sejak 8 tahun yang lalu. Sebelum berjualan mainan, Rahman bekerja sebagai kuli di Jakarta. Namun, karena keluarganya di Cirebon selalu rindu dirinya pulang ke rumah, Rahman memutuskan untuk bekerja dan tinggal di Cirebon.

“Karena anaknya pengen di sini, ditemenin bapaknya, istri juga di Cirebon, akhirnya saya nyari usaha di Cirebon saja di sini. Dulunya di Jakarta, ikut kerja di pasar jadi kuli bantu-bantu,” tutur Rahman.

Rahman memaparkan, semua mainan kuda lumping dan panahan yang ia jual dibuat langsung oleh istrinya. Menurut Rahman, di tempat tinggalnya memang dikenal sebagai pusat pembuatan mainan anak-anak.

“Hasil karya istri saya, kakaknya juga buat kayak gini, saya bantuin. Makanya dijual murah cuman Rp 2.000. Buatnya nggak lama, dari subuh jam 4 sampai 7 pagi sudah jadi 150 biji. Untuk bahanya itu pakai bambu, kertas, dan benang semuanya dibikin manual, gambarnya juga itu buat sendiri. Di Ciwaringin blok Budur dari dulu banyak yang buat mainan kayak gini,”tutur Rahman.

Rahman mengatakan, bahwa dirinya berjualan dengan cara berpindah-pindah, tidak hanya di Cirebon, namun juga di Indramayu. Meski menempuh perjalanan yang cukup jauh dari rumahnya. Namun, hal ini sengaja ia lakukan agar orang tidak cepat bosan dengan mainan yang ia jual.

“Saya jualan muter-muter, kalau arah wetan (Timur) itu sampai Losari Brebes, dua kali naik elf dan kalau arah Ngalor (Utara) sampai ke Junti, Indramayu. Saya jualan nggak menetap, kadang sebulan di Indramayu, kadang sebulan di Cirebon. Karena biarpun jualan kayak gini murah, orang kalau dijualin setiap hari yah bosen,” tutur Rahman.

Dalam sehari, Rahman bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 60.000 sampai Rp 150.000. Namun, ketika jualannya sepi pembeli, tak jarang, Rahman tidak pulang ke rumahnya dan memilih untuk tinggal di masjid terdekat. Selain tidak ada ongkos untuk pulang naik angkutan umum, tujuan lainnya adalah agar Rahman bisa langsung jualan di keesokan harinya.

“Kadang-kadang kalau nggak dapat duit di atas Rp 50.000 itu nggak pulang nginepin, tidur saja di masjid, istri juga tahu, apalagi kayak sekarang lagi libur nih pada sepi, dari paginya baru dapat Rp 15.000. Itulah suka-dukanya,” tutur Rahman.

Meski penghasilannya tidak menentu. Tapi Rahman berharap, dari berjualan kuda lumping dan panahan mainan, ia bisa menabung dan membelikan laptop untuk anaknya yang masih bersekolah.

“Anaknya dua, yang satunya sudah kerja, yang satunya masih sekolah SMK. Pengen beli laptop saya bilang kumpulin saja dulu. Alhamdulillah kalau ditelateni mah ada saja yang laku,” pungkas Rahman.