Sugeng Penakluk Beringin Raksasa Tua di Tengah Pemakaman

Posted on

Batang-batang kayu yang berserakan, daun berselimut tanah merah, dan aroma khas getah segar masih tercium kuat dari reruntuhan pohon beringin raksasa di TPU Pasir Kuil, Desa Balekambang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.

Sejak Sabtu (13/7/2025), pohon yang diperkirakan berumur tujuh dekade lebih, bahkan mungkin mendekati seabad itu, akhirnya tumbang. Bukan karena badai atau usia yang rapuh, tapi karena terkena rencana pembangunan jalan tol Bogor Ciawi Sukabumi Seksi 3.

Di balik gergaji mesin yang meraung dari pagi hingga sore, berdirilah Sugeng, lelaki berkaus lusuh dan sepatu penuh debu, sang penakluk beringin.

Pohon beringin tua itu berdiri di tengah-tengah area makam. Tingginya menjulang, diameter batangnya hampir dua meter tinggi sekitar 20 meter. Akarnya mencengkeram bumi seperti tentakel gurita yang enggan dilepaskan. Selama bertahun-tahun, beringin ini jadi penanda waktu sekaligus peneduh bagi nisan-nisan tua.

“Enggak ada ritual khusus, cuma sejak kemarin kita doa bersama saja di sini,” ujar Sugeng saat diwawancarai infoJabar, Senin (14/7/2025).

Meski berada di area yang oleh sebagian orang dianggap keramat, Sugeng tidak merasa gentar. “Kata orang, pohonnya serem, ya itu katanya. Saya mah kerja aja, alhamdulillah dari awal sampai sekarang lancar, enggak ada kendala,” tuturnya.

Sugeng tak sendiri. Ia dibantu lima orang lainnya. Dua di antaranya mengoperasikan gergaji mesin, satu besar dan satu kecil. Teknik mereka tidak muluk-muluk, batang besar dipapas sedikit demi sedikit tanpa tali pengaman.

“Batangnya kita papas setengah, biar robohnya arah yang kita mau,” jelasnya.

Menumbangkan pohon seukuran ini bukan perkara ringan. Tapi Sugeng tak ragu. Berbekal pengalaman panjangnya, ia bisa menumbangkan pohon raksasa tersebut.

“Sudah lebih dari 15 tahun jadi penebang pohon. Jadi sudah biasa,” lirihnya.

Berbeda dengan proses menumbangkan yang hanya butuh waktu singkat, justru membersihkannya jauh lebih lama. Proses pembersihan bisa berhari-hari.

“Ya, kalau untuk merobohkan pohon beringin ini satu jam cukup. Tapi buat bersih-bersihnya bisa tiga harian,” katanya sambil mengamati rekan-rekannya yang masih memilah batang dan ranting.

Pengamatan infoJabar, terlihat jelas transisi antara pohon yang masih berdiri megah, hingga akhirnya roboh dan jadi tumpukan kayu dan daun. Beberapa warga ikut menyaksikan proses pembersihan. Suara gergaji mesin sesekali terdengar memecah kesunyian TPU Pasir Kuil.

Saat ditanya soal ritual, Sugeng tak ingin memperpanjang sesuatu yang berbau mistis. “Kita doa aja menurut kepercayaan masing-masing. Biasanya sebelum motong di tempat begini ya kita minta keselamatan, bukan ritual khusus,” jelasnya.

Dia mengaku selama proses tidak ada kejadian aneh, baik di lokasi maupun setelahnya. “Di rumah juga aman, enggak ada apa-apa,” imbuhnya.

Pohon sudah tumbang, batang-batang besar mulai dipindahkan. Bayarannya? “Kami cuma pekerja, yang bayar kontraktor. Kami cuma motong sama mindahin kayu,” tuturnya, merendah.

Bagi Sugeng, pekerjaan ini bukan sekadar menumbangkan pohon besar. Ada doa, ada rasa tanggung jawab, dan ada keteguhan untuk tetap berpijak pada kenyataan, meski berada di tengah tempat orang-orang beristirahat terakhir.

“Yang penting jangan takut duluan. Kalau kita yakin, insya Allah aman,” tutup Sugeng, sambil kembali menyalakan gergaji dan melanjutkan pekerjaannya.

Tumbang dalam Sejam, Bersih-bersih 3 Hari

Tidak Ada Hal Gaib