Solusi Masalah Eceng Gondok di Waduk Cirata untuk Pembudi Daya Ikan

Posted on

Hamparan eceng gondok di permukaan Waduk Cirata, Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencuri perhatian dengan warna hijau terangnya.

Memberi warna cerah di antara mayoritas warna gelap dari air waduk serta bangunan-bangunan Keramba Jaring Apung (KJA) yang membudidayakan berbagai jenis ikan air tawar untuk dikonsumsi.

Sedap dipandang mata, belum tentu memberi manfaat. Begitulah eceng gondok, yang justru menjadi hama buat pembudi daya ikan KJA Waduk Cirata. Hal itu dirasakan langsung oleh Asep Sulaeman, salah seorang pembudi daya ikan KJA di Waduk Cirata.

“Eceng gondok itu sebetulnya menyedot oksigen dari air, kurang baik buat pertumbuhan ikan. Ikan yang dibudidayakan perkembangannya jadi lambat karena mereka tidak mau makan,” kata Asep saat ditemui, Jumat (27/6/2025).

Belasan tahun menggeluti bisnis budi daya ikan di KJA Waduk Cirata, membuat Asep paham betul dengan segala problematika di lapangan. Ia berharap ada solusi konkret dari pemerintah yang mendukung pelaku usaha skala kecil sepertinya.

“Ya kalau bicara penataan KJA, tolong juga direalisasikan masalah eceng gondok seperti ini. Selama ini, aksi dari Citarum Harum juga kurang efektif, harus ada pengangkutan besar-besaran,” kata Asep.

Pembudi daya ikan KJA lainnya, Omay Komarudin juga mengeluhkan hal yang sama. Tak cuma soal permasalahan eceng gondok yang secara alami tumbuh di permukaan air waduk, ia juga menyinggung soal harga ikan yang menurun namun harga pakan justru mahal.

“Harga ikan itu terus turun beberapa tahun ini. Ikan mas itu sekarang Rp23 ribu, normalnya Rp30 ribuan, kemudian nila itu Rp23 ribu, normalnya Rp25 ribu. Sementara harga pakannya mahal. Katanya kan bahannya impor,” kata Omay.

Turunnya harga ikan bisa kian parah karena Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono baru saja menyebut kalau ikan yang dibudidayakan di perairan Waduk Cirata tak laik konsumsi gegara mengandung merkuri.

Omay mengaku saat ini para pembudi daya ikan KJA Waduk Cirata sudah mulai khawatir dengan pernyataan itu. Mereka akhirnya berharap ada solusi dari pemerintah terkait keberlangsungan bisnis yang menjadi ladang pendapatan satu-satunya.

“Ya pasti nanti masyarakat enggak mau beli ikan dari Waduk Cirata, ujung-ujungnya kan penjualan akan semakin menurun. Kami minta solusinya, jangan cuma mengeluarkan keterangan seperti itu tapi enggak ada solusinya,” kata Omay.

Waduk Cirata yang begitu luas, menjadi sumber pendapatan orang-orang yang menggantungkan hidup dari keberadaannya. Ada tiga daerah yang beririsan dengan waduk seluas 62 kilometer persegi, yakni KBB, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Purwakarta.

“Kalau sepengetahuan kami, ada 90 ribuan petak KJA yang digarap pembudidaya. Tapi itu juga enggak semuanya warga asli, banyak yang investornya orang luar,” ujar Omay.