Respons Wakil Ketua DPR RI soal Tragedi Ibu-Anak di Banjaran Bandung

Posted on

Peristiwa pilu di Kampung Cae, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran menimbulkan duka mendalam. Kasus tersebut menampar seluruh masyarakat untuk meningkatkan kepekaanya kepada setiap tetangga di sekitar.

Diketahui seorang ibu inisial inisial EN (34), anaknya inisial AA (9 tahun) dan AAP (11 bulan) ditemukan tewas di kontrakannya, Kampung Cae, Desa Kiangroke, Kecamatan Banjaran, Jumat (5/9/2025) lalu. Kondisi ibunya ditemukan gantung diri di bawah kusen pintu dan dua anak-anaknya tewas di tempat tidur.

Ketiga jenazah tersebut ditemukan oleh suami inisial YS, kala pulang bekerja pada subuh. Kemudian setelah itu polisi melakukan olah TKP dan melakukan autopsi ketiga jenazah di RS Sartika Asih, Kota Bandung.

Kasus tersebut saat ini masih dilakukan pendalaman oleh polisi. Namun dari surat wasiat yang beredar, ketiganya diduga tewas setelah terhimpit hutang dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan tragis.

“Saya kaget dan kecewa ketika mendengar terjadinya peristiwa di Banjaran itu. Ke depan jangan sampai terdengar, terjadi lagi di Kabupaten Bandung,” ujar Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal, kepada awak media, Rabu (10/9/2025).

Adanya peristiwa tersebut harus menjadi cambuk bagi Pemkab Bandung dan DPRD Kabupaten Bandung. Menuruntya, pemerintah harus bisa mengalokasikan APBD yang dirasakan oleh masyarakat di kalangan bawah.

“Negara saat ini sedang membutuhkan keterpanggilan hati bapak/ibu yang disumpah, termasuk saya. Pakai APBD untuk berbuat yang terbaik bagi masyarakat,” katanya.

Pihaknya mengaku, telah mengalokasikan APBN untuk menanggulangi permasalahan tersebut. Makanya setiap bantuan untuk rakyat harus terus dikawal secara langsung.

“Kami di pusat juga siap menggelontorkan APBN untuk menyelesaikan hal-hal semacam ini. Saya siap kawal kepentingan Kabupaten Bandung,” jelasnya.

Semua elemen harus bisa meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap warga sekitar. Kemudian pemerintahan setempat seharusnya bisa mencegah supaya perstiwa tersebut tidak terulang.

“Peristiwa tragis seperti di Banjaran seharusnya dapat dicegah. Kepada para Kepala OPD, camat dan para kepala desa diminta tidak lagi abai dan ongkang-ongkang kaki terhadap berbagai kesulitan dan fenomena yang terjadi masyarakat,” tegasnya.

“Seharusnya mereka lebih sering turun ke masyarakat agar dapat menyaksikan langsung kondisi masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing,” tambahnya.

Cucun turut mencontohkan peristiwa pilu yang terjadi di Kabupaten Sukabumi yang meninggal dunia akibat cacingan. Untuk itu, dia meminta peristiwa pilu tersebut jangan terjadi di wilayah Kabupaten Bandung.

“Jangan sampai ada anak Kabupaten Bandung yang meninggal karena cacingan seperti di Sukabumi. Negara sudah menitipkan tanggung jawab menjaga masyarakat kepada kita semua termasuk kepada para kepala desa,” ungkapnya.

Menurutnya Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan diminta terus bersinergi dan proaktif di lapangan. Sehingga bisa memahami kondisi permasalahan di masyarakat.

“Mari kita semua jaga lembur masing-masing. Mari turun ke bawah. Lihat kondisi masyarakat. Maksimalkan semua fungsi OPD dan lembaga desa. Jangan sampai terjadi lagi seperti yang terjadi kemarin di Banjaran,” tegasnya.

Dia menambahkan pekerjaan seluruh pemimpin daerah akan dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat. Kata dia, semua harus bisa berkolaborasi untuk mengantasipasi peristiwa serupa supaya tidak terulang kembali.

“Ayo tingkatkan kepekaan sosial. Sering turun ke masyarakat. Jangan ada lagi warga yang menanggung kesulitan sendiri. Peduli dan membantu sesama adalah ibadah yang lebih tinggi dibanding kita ibadah tiap malam. Ingat, setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban,” pungkasnya.