Kasus dugaan keracunan makanan bergizi gratis (MBG) yang menimpa 20 pelajar SDN 2 Setu Wetan, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, pada Selasa (4/11/2025), mendapat perhatian serius dari Bupati Cirebon Imron. Ia menyayangkan terjadinya insiden tersebut dan meminta agar program MBG dievaluasi menyeluruh demi mencegah kasus serupa di masa depan.
“Saya tahu adanya kasus dugaan keracunan MBG dari media. Namun kami segera meminta data resmi dari Dinas Kesehatan untuk memastikan penyebab pastinya. Kami juga akan melakukan evaluasi terhadap kinerja Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG),” ujar Imron, Rabu (5/11/2025).
Imron mengaku heran dengan kondisi kasus tersebut. Pasalnya, dari sekitar 3.000 murid di SDN 2 Setu Wetan, hanya 20 siswa yang mengalami gejala keracunan, sementara ribuan lainnya tidak terdampak.
“Kami ingin tahu kenapa hanya sebagian kecil yang mengalami gejala, apakah penyebabnya benar dari makanan atau ada faktor lain. Itu yang sedang kami telusuri,” tambahnya.
Sebelumnya, para siswa dilaporkan mengalami mual, muntah, dan pusing tak lama setelah menyantap makan siang dari program MBG. Petugas sekolah yang menyadari kondisi tersebut langsung mengevakuasi para siswa ke Puskesmas Weru untuk mendapatkan perawatan medis.
Dari total 20 siswa yang mengalami gejala, 13 orang telah diperbolehkan pulang setelah kondisinya membaik, sementara 7 siswa lainnya masih dirawat dan terus dipantau kesehatannya oleh tim medis.
Menindaklanjuti insiden tersebut, Polresta Cirebon bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Kodim 0620 langsung bergerak cepat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke dapur penyedia makanan MBG atau SPPG di Desa Setu Kulon, yang diketahui menjadi tempat pengolahan makanan bagi SDN 2 Setu Wetan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon kini tengah memeriksa sampel makanan dan minuman yang dikonsumsi siswa untuk diuji di laboratorium. Hasil uji tersebut diharapkan dapat segera menjelaskan penyebab pasti dari dugaan keracunan yang terjadi.
Bupati Imron menegaskan bahwa program Makanan Bergizi Gratis (MBG) merupakan salah satu prioritas pemerintah daerah untuk mendukung gizi dan tumbuh kembang anak-anak sekolah. Namun, ia menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap pelaksanaannya.
“Program ini sangat baik untuk menunjang gizi anak-anak, tetapi pelaksanaannya harus benar-benar diawasi. Jangan sampai niat baik justru berdampak buruk karena kelalaian,” tegasnya.
Imron juga meminta seluruh pihak terkait mulai dari sekolah, penyedia makanan, hingga tenaga kesehatan untuk lebih memperketat standar kebersihan dan keamanan pangan di setiap tahapan distribusi.
“Kita tidak ingin kasus ini terulang. Setelah hasil pemeriksaan keluar, kami akan ambil langkah tegas sesuai temuan di lapangan,” tutupnya.
