Rencana menghadirkan layanan transportasi modern di Jawa Barat tidak semuanya dapat diwujudkan dalam waktu dekat. Salah satu proyek yang baru-baru ini dicanangkan yakni Kereta Kilat Pajajaran. Namun wacana itu masih membutuhkan kajian mendalam sebelum bisa direalisasikan.
Kereta berkecepatan tinggi yang digagas untuk memangkas waktu tempuh Jakarta-Bandung menjadi hanya 1,5 jam ini masih berada pada tahap awal pembahasan.
Walau telah masuk dalam perjanjian kerja sama antara Pemprov Jabar dan PT KAI yang diteken Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bersama Direktur Utama PT KAI Bobby Rasyidin, proyek ini belum bisa dipastikan kapan mulai bergerak.
Kabid Perkeretaapian dan Pengembangan Transportasi, Dinas Perhubungan Jabar, Tata Bina Udin, menegaskan perlunya kajian teknis menyeluruh dari PT KAI sebelum Kereta Pajajaran dapat dilanjutkan.
“Dia (PT KAI) akan dilakukan pengujian. Tapi belum ada pertemuan dengan PT KAI, kan baru kemarin perjanjian kerja samanya juga,” ujarnya, Jumat (28/11/2025).
Menurut Tata, peningkatan kecepatan kereta bukan sekadar soal menambah daya mesin, tetapi menyangkut standar teknis, keselamatan, jalur, hingga spesifikasi operasional yang harus dipenuhi pihak operator.
Namun demikian, Tata menyebut layanan kereta lain yang juga disepakati yakni KA Wisata Jaka Lalana yang akan melintasi rute Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur, siap meluncur di akhir tahun 2025 ini. Namun untuk teknis lainnya, juga masih dalam tahap kajian.
“Kalau kereta wisata, tanggal 14 Desember akan dilaunching dari Jakarta, Sukabumi, Bogor sama Cianjur, untuk kereta wisata kelihatannya sudah bisa dilaksanakan,” ungkapnya.
“Kalau harga tiket belum, kan dalam perjanjian kerja sama itu ada ruang lingkup kajian-kajian tuh, nanti itu ada kajian bisnisnya, ekonomi, hukum dan lain sebagainya,” sambungnya.
Selain itu, Pemprov Jabar juga tengah menyiapkan KA Tani Mukti, kereta khusus angkutan hasil tani dan perdagangan. Namun sama seperti Kereta Pajajaran, layanan ini masih dalam tahap kajian dan pemetaan.
“Kami sudah ada gambaran secara kasar. Jadi, kalau memang itu dioperasikan sudah ada sentranya, yang dirancang Pak Gubernur itu dari Cirebon-Jakarta dan Banjar-Jakarta, kita dari perhubungan paling mengkaji sentranya ada di mana saja, untuk operasional dan sebagainya perlu kajian dari PT KAI,” katanya.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Tata menegaskan seluruh rencana tersebut belum dapat dipastikan kapan mulai beroperasi. “Waktunya memang belum tapi proses-proses penyiapan gerbongnya, pola operasinya dan sebagainya masih dikaji,” ujarnya.
