Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Pembunuhan seorang warga Arab pernah menggemparkan Cirebon pada zaman kolonial. Pembunuhan sadis yang dilakukan sipir itu diberitakan secara masif. Terungkap bahwa pembunuhan ini berkaitan soal utang.
Mengutip dari surat kabar De Sumatra Post edisi 8 Juli 1924, polisi menemukan jasad warga Arab bernama Sech Saljad Soemali di selokan Jalan Bangka Cirebon pada awal Juli. Sementara itu, surat kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie edisi 10 Juli 1924, menyebut nama warga Arab itu Sech Sahad Samali.
De Sumatra Post menyebut, Sech Saljad Soemali seorang lintah darat yang kaya raya di Cirebon. Bahkan, surat kabar era Hindia Belanda ini menjuluki Sech Saljad Soemali sebagai Don Juan. Namun, Sech Saljad Soemali memiliki reputasi buruk di kalangan masyarakat Cirebon, terutama perempuan.
“Sech Saljad Soemali, seorang lintah darat yang terkenal memiliki reputasi buruk dan dikenal pula sebagai seorang Don Juan,” tulis De Sumatra Post seperti dikutip infoJabar, Jumat (26/12/2025).
Laporan visum et repertum menunjukkan adanya luka di kepala Saljad Soemali. Kemudian, di dada terdapat sebuah lubang yang di dalamnya ditemukan peluru revolver, serta di bagian samping tubuh terdapat tiga tusukan pisau. Dari hasil penyelidikan sementara, surat kabar Tegalsche menyebut pembunuhan tersebut dilakukan pada malam dan pelakunya lebih dari satu orang.
Polisi menduga, pembunuhan Saljad Soemali terjadi di Jalan Bangka. Jasadnya kemudian diseret lalu dibuang ke selokan untuk menutupi kejahatannya. “Selanjutnya diketahui bahwa pelaku atau para pelaku merampas kunci-kunci milik korban, kemudian mendatangi rumahnya. Setelah memaksa masuk dengan merusak pintu, mereka berhasil memasuki kamar tidur dan, dengan menggunakan kunci yang sesuai, membongkar brankas besi. Isi brankas tersebut, yang terdiri atas surat-surat berharga dan uang tunai dengan jumlah keseluruhan sekitar 20.000 gulden, telah dicuri,” tulis De Sumatra Post.
Polisi menyimpulkan motif pembunuhan rentenir Arab itu adalah pembalasan dendam. Sehingga perampokan tersebut diduga merupakan akibat, bukan penyebab, dari pembunuhan.
Perlahan polisi menemukan petunjuk atas pembunuhan Don Juan Arab itu. Menurut surat kabar Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 5 Juli 1924, salah satu saksi yang paling penting dalam perkara ini adalah seorang anak laki-laki Arab, yang pada malam terjadinya kejahatan tersebut dihampiri seseorang bertubuh kecil dan berkulit gelap. Pria itu memerintahkan anak kecil untuk memanggil Saljad Soemali.
“Anak itu menyatakan bahwa ia sering melihat pria yang dimaksud di sekitar penjara. Berdasarkan keterangannya itulah Samuels (nama pelaku) kemudian ditangkap,” tulis Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie.
Polisi kemudian menggeledah rumah Samuels yang bekerja sebagai sipir. Dari hasil penggeledahan di rumah Samuels itu ditemukan secarik catatan di atas meja, senapan dan kapak yang digunakan untuk melakukan pembunuhan, juga seikat kunci palsu.
Surat kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie edisi 4 Juli 1924 menuliskan, Samuels sempat membantah tuduhan pembunuhan Don Juan Arab di Jalan Bangka Cirebon. Di waktu yang sama, Samuels juga dipindahkan dari Lapas Cirebon ke Cipinang.
Selang beberapa hari setelah membantah, polisi akhirnya berhasil membuktikan dan membuat Samuels mengaku membunuh Don Juan Arab.
“Pelaku pembunuhan seorang Arab di Cheribon mengaku,” tulis De Preanger-bode edisi 16 Juli 1924.
Surat kabar Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie mengungkapkan Samuels rupanya meminjam uang kepada Saljad Soemali sebesar 400 gulden. Don Juan Arab itu meminta agar Samuels membayar utangnya sebesar 500 gulden dalam waktu satu bulan.
Karena tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut, Saljad Soemali kemudian menerapkan bunga yang lebih besar, sehingga dalam waktu singkat jumlah utang itu membengkak, dan mencapai 2.000 gulden.
“Berulang kali orang Arab itu mendatangi dan menagih penjaga penjara tersebut untuk membayar utangnya. Pada akhirnya, ia bahkan secara cukup rutin mendatangi istri Samuels ketika suaminya sedang bekerja. Kepada perempuan itu, ia mengajukan usul agar bunga utang tersebut ‘ditebus’ (berkonotasi negatif),” Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indietulis.
Perempuan itu kemudian menceritakan usulan soal pembayaran bunga yang tidak senonoh itu kepada suaminya, Samuels. Amarah lantas membakar tubuh Samuels lantaran istrinya digoda dan diminta oleh Don Juan Arab itu sebagai tebusan untuk membayar bunga.
Masih menurut Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, Samuels lantas menyusun rencana bersama istrinya. Rencana pembunuhan itu akhirnya disepakati. Istri Samuels berperan untuk memancing kedatangan Saljad Soemali ke tempat sepi di Jalan Bangka.
“Di tempat itu Samuels telah menunggu dan membunuh korban. Setelah pembunuhan dilakukan, ia merobek-robek berbagai aksep (surat utang) yang dibawa korban menjadi potongan-potongan kecil. Di antara surat-surat utang tersebut terdapat pula aksep milik Samuels sendiri, yang disobek menjadi potongan lebih kecil dibandingkan yang lain, sehingga tampak jelas bahwa surat tersebut telah disobek secara terpisah,” tulis Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie.
Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie menyebutkan, Saljad Soemali memiliki reputasi buruk di mata masyarakat. Karena, Don Juan ini kerap melakukan tindakan tak senonoh terhadap perempuan saat menagih utang.
“Ia (Saljad Soemali atau Sahad Samali) dibenci dan ditakuti secara umum,” tulis Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie.
