Setiap nama tempat memiliki cerita dan makna tersendiri, mulai dari sejarah, kondisi alam, hingga lingkungan sekitar. Di Kabupaten Purwakarta, yang terdiri dari 183 desa, 9 kelurahan, dan 17 kecamatan, banyak wilayahnya diawali kata ‘Ci’, yang berasal dari kata ‘Cai’ atau air dalam bahasa Sunda. Tak sedikit pula nama tempat yang diambil dari nama pohon atau tanaman.
Menurut penulis asal Purwakarta, Budi Rahayu Tamsyah, nama-nama wilayah di Purwakarta banyak terinspirasi dari alam sekitar, terutama dari pohon kiara, pohon besar menyerupai beringin yang dulunya tumbuh subur di daerah ini.
“Mayoritas nama-nama wilayah di Purwakarta diambil dari nama tanaman. Pohon yang paling banyak dipakai itu pohon kiara. Bentuknya seperti beringin, besar. Dulunya memang banyak tumbuh di wilayah Purwakarta,” ujar Budi dalam Festival Literasi Purwakarta 2025, Sabtu (1/11/2025).
Budi menjelaskan, setidaknya ada tiga dasar penamaan wilayah di Purwakarta, yaitu hidrologis, (berkaitan dengan air), geomorfologis (berkaitan dengan kondisi alam), dan biologis (berkaitan satwa dan tumbuhan di lingkungan setempat).
Menurutnya, beberapa nama daerah di Purwakarta diambil dari satwa. Salah satu yang sering muncul adalah badak, yang menjadi bukti bahwa hewan tersebut dahulu pernah hidup di wilayah ini.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Namun, Budi menyayangkan masih banyak warga yang belum memahami asal-usul nama daerahnya sendiri. Bahkan, sebagian salah mengartikan maknanya.
“Misalnya Cikadu, itu berasal dari nama pohon durian. Artinya, tempat itu punya ciri khas pohon durian, sehingga cocok ditanami durian,” jelasnya.
Menurutnya, memahami makna di balik nama tempat bukan hanya soal pengetahuan, tapi juga cara menumbuhkan rasa cinta terhadap daerah sendiri. “Kalau masyarakat tahu arti nama daerahnya, mereka akan lebih peduli dan menjaga lingkungannya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Purwakarta, Aan, mengatakan Festival Literasi Purwakarta 2025 digelar bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional, berlangsung selama lima hari, dari Rabu (29/10) hingga Minggu (2/11).
“Festival Literasi merupakan kegiatan dalam rangka memperingati Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca. Tujuannya menumbuhkan minat baca warga Purwakarta dan menanamkan budaya gemar membaca,” kata Aan.
Beragam kegiatan digelar selama festival ini, mulai dari gelar wicara, bedah buku, lokakarya, penampilan puisi, hingga sesi bertutur. Salah satu yang paling menarik adalah Talkshow Toponimi Purwakarta bersama Budi Rahayu Tamsyah, penulis buku Toponimi Purwakarta, yang mengajak masyarakat mengenal kembali sejarah di balik nama-nama tempat di Tanah Airnya sendiri.
