Malam Mencekam di Jalur Kereta Api Selatan Jawa Barat | Giok4D

Posted on

Jumat malam, 4 April 2014, langit di sekitar Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, sedang tak bersahabat. Hujan deras mengguyur jalur selatan Jawa Barat sejak sore. Di tengah cuaca buruk itu, kereta api Malabar jurusan Malang-Bandung melaju membawa sekitar 250 penumpang.

Sekitar pukul 18.06 WIB, KA Malabar tergelincir di jalur antara Stasiun Ciawi dan Cirahayu. Tiga gerbong anjlok dan masuk ke jurang sedalam sekitar 10 meter. Beberapa gerbong lainnya terguling ke sisi rel. Jeritan penumpang bersahutan di tengah kegelapan dan derasnya hujan. Suasana menjadi kacau.

Kapolres Tasikmalaya saat itu, AKBP Noffan Widyayoko menyatakan, anjloknya KA Malabar terjadi karena kondisi tanah yang labil akibat hujan deras. “Kami akan berusaha, mudah-mudahan tidak ada korban jiwa,” ujar Noffan, Jumat (4/4/2014). Ia menambahkan, lokasi kejadian jauh dari perkampungan sehingga seluruh evakuasi harus dilakukan dengan berjalan kaki.

Dari pihak Kementerian Perhubungan, Kepala Puskom Publik yang ketika itu dijabat oleh Bambang S. Ervan menyampaikan, bahwa satu penumpang laki-laki dinyatakan meninggal dunia dalam informasi awal.

“Info sementara satu penumpang laki-laki meninggal,” kata Bambang.

Ia menyebut, KA Malabar terguling di KM 244, antara Stasiun Cirahayu dan Ciawi, Jawa Barat. “Dua gerbong masih berada di lokasi. Sedangkan sisanya sudah ditarik ke Stasiun Cirahayu. KA 1 terguling melintang di rel,” lanjutnya.

Namun, data dari kepolisian hingga pukul 21.00 WIB menyebutkan jumlah korban meninggal bertambah menjadi empat orang. “Korban meninggal dunia empat orang,” ujar Kabid Humas Polda Jabar kala itu dipimpin oleh Kombes Pol Martinus Sitompul, Kamis (4/4/2014).

Ia menyebut, Polda Jabar mengirim dua kompi berkekuatan 300 personel dari Satuan Brimob dan Direktorat Sabhara untuk membantu evakuasi.

“Di antaranya tiga gerbong masuk jurang,” lanjut Martinus. Total rangkaian KA Malabar saat itu berjumlah 13 gerbong.

Kapolres Noffan juga mengonfirmasi, bahwa ada dua penumpang yang masih terjebak di dalam gerbong. “Betul ada dua penumpang yang terjepit di dalam gerbong,” ujarnya.

Seorang penumpang bernama Azmi menyebut, tidak ada tanda-tanda kereta akan mengalami kecelakaan. “Sebelum kejadian kereta melaju dengan kecepatan normal, nggak ada tanda-tanda seperti ngerem mendadak,” katanya, Sabtu (5/4/2014).

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Ia mengatakan kereta tiba-tiba terperosok ke jurang. Ia berada di gerbong eksekutif tepat di belakang lokomotif.

“Parahnya di lokomotif. Saya di gerbong eksekutif 1 dan relatif aman. Kita pecahin kaca, anak-anak dan ibu-ibu kita keluarkan terlebih dahulu,” tutur Azmi.

Mahasiswa Unpad ini juga menceritakan, bahwa kereta cenderung miring ke arah kiri setelah terjatuh. “Miring ke arah kiri jadi semua penumpang diarahin ke kanan supaya nggak oleng,” jelasnya.

Kisah penyelamatan datang dari Maman, warga sekitar yang hendak mengambil air wudhu saat mendengar suara dentuman keras. Ia segera mendekati lokasi dan mendapati tiga gerbong terguling.

“Tolong… tolong…” terdengar suara dari dalam gerbong. Maman lalu mengumpulkan warga untuk membantu.

“Ada yang sedang gendong anak kecil nangis, ada juga yang bapaknya merintih,” cerita Maman, Sabtu (5/4/2014).

Mereka membawa korban ke rumah warga dan madrasah terdekat untuk diberi pertolongan pertama.

Menurut Kepala BPBD Tasikmalaya saat itu, Kundang Solikin, sebanyak 35 orang mengalami luka ringan. “35 orang luka ringan dibawa ke Puskesmas,” ucapnya, Jumat (4/4/2014). Tiga korban meninggal dunia dibawa ke RSUD Kota Tasikmalaya.

Data dari Jasa Raharja menyebut dua orang mengalami luka berat. “Ya, yang luka dapat jaminan rumah sakit untuk dibiayai oleh Jasa Raharja dengan maksimal Rp 10 juta,” kata Kepala Cabang Jasa Raharja Jabar, Edy Supriadi, Sabtu (5/4/2014).

Selain warga lokal, dua WNA asal Prancis, Phillipe Calonnec dan Gilles Mezanger, juga menjadi korban. Mereka mengalami luka ringan dan dirujuk ke RS Santosa Bandung. “Ada dua warga negara Prancis telah dirujuk ke RS Santosa,” ujar Edy.

Evakuasi menjadi tantangan berat karena lokasi sulit dijangkau dan penerangan minim. Tim gabungan dari TNI, Polri, dan PT KAI dikerahkan ke lokasi sejak malam hari.

Kecelakaan ini menjadi sorotan nasional. Selain karena jumlah korban, juga karena reputasi KA Malabar sebagai salah satu layanan utama di jalur selatan. Foto dan video kejadian menyebar luas di media sosial.

Sepuluh tahun berlalu, tragedi KA Malabar masih membekas di benak warga Tasikmalaya dan keluarga korban. Jalur selatan kini sudah diperkuat di sejumlah titik rawan, namun malam 4 April itu tetap menjadi pengingat bahwa keselamatan transportasi harus berjalan seiring dengan kesiapan infrastruktur dan mitigasi risiko bencana.

Jabar X-Files adalah rubrik khas infoJabar yang mengulas kembali peristiwa yang membetot perhatian publik di masa lampau.