LSL Penyumbang Terbanyak HIV/AIDS di Cianjur

Posted on

Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Perilaku seks menyimpang Laki-laki Seks Laki-laki (LSL) atau gay menjadi penyumbang Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) terbanyak dalam tiga tahun terakhir di Kota Santri.

Kasi (Kepala Seksi) Pencegahan dan Penanganan Penyakit Menular di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur Mugi Prajeni mengatakan pada 2023 lalu tercatat ada 208 ODHA baru, angkanya naik pada 2024 mencapai 293 ODHA baru, sedangkan di 2025 ini dalam triwulan pertama angkanya sudah mencapai 78 orang.

“Setiap tahun angkanya naik. Di tahun ini baru data dalam triwulan pertama, kalau yang terdeteksinya konsisten di angka yang sama hingga akhir tahun maka bisa lebih banyak lagi ODHA baru di tahun ini dibandingkan 2024 lalu,” kata dia, Sabtu (28/6/2025).

Menurut dia, data tersebut berdasarkan hasil skrining atau tes. Jumlah keseluruhan di lapangan, bahkan kemungkinan lebih banyak.

“HIV/AIDS ini layaknya fenomena gunung es. Yang terdeteksi itu hanya di permukaan, yang belum terdata tentu masih banyak. Kendala kami dari skrining, sulit menjangkau kelompok-kelompok yang berisiko tinggi. Banyak yang menolak untuk dites karena stigma di masyarakat terkait penyakit tersebut,” kata dia.

Dia mengungkapkan, dari data tersebut penyumbang terbanyak HIV/AIDS ialah kelompok LSL. Pada 2023, dari total 208 kasus, ODHA yang merupakan LSL sebanyak 85 orang. Sementara itu, pada 2024 dari total 293 kasus yang merupakan LSL mencapai 103 orang. Sedangkan di tahun ini dari total 78 kasus, yang merupakan LSL sebanyak 29 orang.

“LSL ini menjadi penyumbang terbanyak. Kemudian di peringkat keduanya mereka yang kategori berisiko tinggi, seperti pengguna jarum suntik yang bergantian,” kata dia.

Menurut dia, untuk mencegah penularan lebih luas, pihaknya akan menggenjot skrining. Meskipun nantinya membuat temuan kasus melonjak, tetapi hal itu dapat berdampak pada penanganan yang tepat untuk para ODHA.

“Kita ingin semua terdata, agar bisa maksimal penanganan dan pencegahan. Jangan sampai setelah naik ke fase AIDS baru terdeteksi. Karena akan cepat ke kematiannya. Dalam tiga tahun terakhir sana pasien HIV/AIDS yang meninggal mencapai 48 orang. Kalau ditangani dengan baik, kemungkinan hidupnya bisa 10-15 tahun pasca terdeteksi positif HIV,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur Frida Layla Yahya, mengimbau warga untuk menghindari perilaku-perilaku yang menjadi penyebab menularnya HIV/AIDS.

“Tidak seks bergonta-ganti pasangan, tidak melakukan seks menyimpang, dan tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian akan mencegah tertularnya HIV/AIDS,” kata dia.