Lirih SMA Swasta di Jabar dengan Jumlah Murid yang Bisa Dihitung Jari

Posted on

Kemeriahan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) tak seluruhnya dirasakan oleh sejumlah sekolah swasta di Jawa Barat (Jabar) pada Senin (14/7/2025).

Minimnya siswa yang mendaftar menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh satuan pendidikan itu dalam setahun ke depan. Bahkan, ada sekolah tingkat atas yang jumlah siswanya bisa dihitung dengan jari.

Salah satunya adalah SMK Pasundan Cijulang, yang berada di Kabupaten Pangandaran. Sekolah ini menyediakan tiga jurusan yang menarik yakni Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Manajemen Bisnis Pemasaran dan Teknik Kendaraan Ringan (TKR).

Kendati demikian, tahun ini sekolah tersebut hanya mendapatkan enam orang siswa. Jumlah ini menyusut tajam dibandingkan dengan tahun ajaran 2024, yakni sebanyak 17 siswa.

Rencananya satu jurusan akan diisi oleh satu orang hingga dua orang siswa.

Kondisi tersebut membuat Kepala Sekolah SMK Pasundan Cijulang Asep Deni Kusmaya mengelus dada. Walau demikian, ia tetap bertekad untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada siswa tersebut.

“Kami akan tetap menjalankan proses pendidikan sekali pun harus pembagian siswa,” ujarnya.

Kondisi nyaris serupa juga dialami oleh SMA Budi Luhur yang berada di Kota Cimahi. Tahun ini, sekolah ini hanya mendapatkan 12 orang siswa.

Jumlah anak yang terdaftar sebagai murid baru melalui SPMB tahun 2025 di SMA Budi Luhur sebetulnya meningkat lima kali lipat ketimbang tahun sebelumnya. Tahun lalu, jumlah murid baru SMA Budi Luhur cuma dua orang.

“Ya kalau dibilang bertambah memang lebih banyak tahun sekarang, karena tahun lalu murid kelas 1 cuma 2 orang. Banyak yang pindah ke negeri setelah ada pemberitahuan PPDB tahap 2,” kata salah seorang tenaga pendidik SMA Budi Luhur.

Jumlah siswa baru yang menurun drastis memaksa SMA Sumatra 40 Bandung mengambil langkah sulit. Sekolah swasta yang berlokasi di Jalan Pahlawan, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung ini terpaksa menghentikan tiga orang guru dari aktivitas mengajar karena kekurangan jam pelajaran.

Kepala SMA Sumatra 40, Utami Dewi menjelaskan, di tahun ajaran 2025/2026 ini, sekolah hanya menerima 60 siswa baru. Jumlah tersebut jauh dari capaian tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 180 siswa.

“Kami baru 60, biasanya dapat 5 kelas, sekarang dua pun belum. Biasanya 180 siswa, sekarang hanya 60, satu rombelnya ada 30 orang,” ujar Utami, Senin (14/7/2025).

Minimnya siswa membuat jumlah rombongan belajar berkurang signifikan, sehingga jam mengajar pun ikut menyusut. Konsekuensinya, tiga guru tidak tetap harus dihentikan karena tidak lagi mendapatkan alokasi jam pelajaran.

“Perbedaan ada tentu saja soal pembagian tugas dan mengajar. Itu kemarin karena guru tidak tetap cukup banyak, kita harus memberhentikan tiga orang. Kita akan memaksimalkan guru tetap dan guru sertifikat,” jelasnya.

Utami menegaskan bahwa pemberhentian ini bukan pemutusan hubungan kerja secara formal, melainkan karena tidak adanya jam pelajaran yang bisa dibagi untuk guru-guru tersebut.

“Bukan diberhentikan ya, tidak dapat jam. Jadi memaksimalkan guru tetap dan guru yang tersertifikasi,” terangnya.

Berhentikan Tiga Guru

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *