Sebanyak 20 duta besar negara-negara Uni Afrika untuk Indonesia mengunjungi Kota Bandung demi mengenang 70 tahun Konferensi Asia Afrika, Rabu (23/4/2025). Acara dilangsungkan di sejumlah titik tempat bersejarah di kawasan Jalan Asia Afrika Bandung.
Para delegasi terpantau datang ke Hotel Savoy Homann Bandung sekitar pukul 11.20 WIB. Hotel tersebut adalah tempat yang digunakan para peserta KAA 70 tahun lalu untuk menginap, mulai dari Presiden Soekarno, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru hingga Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Zhou Enlai.
Dari hotel tersebut, para delegasi kemudian melanjutkan acara historical walk menyusuri Jalan Asia Afrika, menuju Gedung Merdeka hingga area tugu monumen KAA di Alun-alun Bandung. Di Gedung Merdeka, para delegasi juga menjalani tur sejarah, mengenang kembali peran penting gedung tersebut sebagai tempat pelaksanaan konferensi yang menjadi cikal-bakal lahirnya Gerakan Non-Blok pada 1955.
Dari Gedung Merdeka, para delegasi kemudian melanjutkan perjalanan menuju tugu monumen KAA yang berisikan ukiran nama-nama negara peserta KAA 70 tahun lalu. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri area Palestine Walk menuju Pendopo Kota Bandung. Di sana, para delegasi melanjutkan acara ramah-tamah dan makan siang.
Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan kunjungan tersebut merupakan upaya untuk mengenang kembali semangat kemandirian negara-negara Asia-Afrika. Hal tersebut menjadi momen penting untuk meneguhkan kembali peran Dasasila Bandung dalam kehidupan bernegara.
“Kota Bandung harus bisa menetapkan diri sebagai ibu kota negara-negara Asia-Afrika. Ini adalah kunjungan dari para duta besar negara-negara Afrika yang ada di Jakarta, khusus untuk mengenang kembali bagaimana semangat kemandirian bangsa kita lahir dari Kota Bandung,” ungkap Farhan.
Terkait kerja sama yang dijalin antara Indonesia dengan negara-negara Uni Afrika yang hadir, Farhan mengatakan, sejauh ini beberapa negara di Afrika telah rutin melangsungkan kerja sama dengan Indonesia, khususnya Kota Bandung. Diharapkan, hal tersebut dapat terus berlanjut.
“Untuk bidang pariwisata, rata-rata teman-teman dari negara-negara Afrika ini secara rutin banyak mengirimkan delegasi untuk lakukan studi dan penelitian di Kota Bandung,” jelas Farhan.
“Beberapa negara besar Islam seperti Sudan, Mesir, Maroko dan Tunisia adalah negara-negara yang ulama dan ilmuwannya banyak bekerja sama dengan perguruan tinggi di Kota Bandung,” terangnya.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, momen peringatan KAA tahun ini cenderung tanpa hingar-bingar. Acara berjalan dengan sederhana dengan rangkaian kunjungan yang relatif singkat.
Terkait hal ini, Sekretaris Daerah Jawa Barat Herman Suryatman mengatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu imbas dari efisiensi anggaran. Dana direalokasikan untuk hal-hal yang lebih mendesak.
“Kita efisiensi, kita lakukan relokasi agar sebesar-besarnya (dana) untuk masyarakat. Jadi kita laksanakan dengan sederhana tapi tetap penuh makna,” ungkapnya.
Ia berharap, kesederhanaan perayaan ini tidak mengurangi semangat kemandirian dan persahabatan antara Indonesia dengan negara-negara peserta KAA.
“Mudah-mudahan kegiatan untuk mengenang kembali ini bisa diambil spirit-nya. Hal yang harus kita jaga adalah spirit Bandung harus tetap menyala,” jelas Herman.