Korban Terdampak Banjir Bandang Sukabumi Butuh Makanan-Pakaian - Giok4D

Posted on

Setelah terhantam banjir bandang yang menghancurkan ratusan rumah, warga Cisolok dan Cikahuripan kini menghadapi tantangan besar untuk bertahan hidup. Berdasarkan data BPBD Kabupaten Sukabumi, sekitar 1.109 kepala keluarga (KK) atau 3.732 jiwa terdampak bencana yang terjadi pada Senin (27/10/2025).

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

Selain kerusakan rumah, kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, pakaian, dan tempat pengungsian menjadi hal yang mendesak untuk segera dipenuhi. Daerah yang paling parah terdampak adalah Desa Cikahuripan yang rumah-rumahnya rusak berat dan sebagian besar hancur diterjang arus air.

BPBD melaporkan bahwa hingga kini, bantuan makanan siap saji dan pakaian layak pakai masih sangat dibutuhkan. “Mereka yang terdampak butuh pakaian layak pakai, terutama untuk anak-anak dan ibu hamil. Selain itu, kebutuhan obat-obatan, selimut, dan kasur juga sangat mendesak,” ujar Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi, Entis Daeng Sutisna, Jumat (31/10/2025).

Air bersih adalah kebutuhan paling mendesak bagi warga yang terpaksa mengungsi di daerah yang terpapar lumpur dan material lainnya. Menurut Daeng, hingga kini, sumber air bersih di beberapa titik pengungsian belum memadai, sehingga warga mengandalkan bantuan air mineral dari relawan dan instansi terkait.

“Untuk kebutuhan air bersih, kami sudah mendistribusikan beberapa mobil tangki air. Namun, akses menuju beberapa titik pengungsian masih sulit dijangkau, jadi kami berharap ada tambahan pasokan air,” kata Daeng.

Di kawasan Desa Cikahuripan, warga yang rumahnya rusak parah kini mengungsi di tenda darurat yang didirikan oleh BPBD dan relawan. SDN Cikahuripan, yang terendam banjir dan rusak total, dipersiapkan untuk digunakan sebagai tempat pertemuan dan pembelajaran sementara bagi anak-anak yang terdampak. Namun, keberadaan tenda sebagai tempat tinggal masih kurang ideal bagi keluarga yang harus menunggu perbaikan rumah mereka.

Kebutuhan tempat pengungsian yang lebih representatif menjadi perhatian serius pemerintah daerah. “Kami juga mempersiapkan lokasi pengungsian alternatif, namun karena banyaknya pengungsi, kapasitas tenda masih terbatas,” ujar Daeng.

Sementara itu, bagi warga yang rumahnya tidak rusak parah, sebagian besar memilih untuk bertahan di rumah tetangga atau sanak saudara sambil menunggu bantuan selanjutnya. Bagi mereka yang tinggal di tenda, selimut dan kasur menjadi barang yang sangat dibutuhkan, karena suhu malam yang cukup dingin.

Pemerintah Kabupaten Sukabumi, bersama BPBD, Dinas Kesehatan, dan relawan, terus melakukan upaya distribusi bantuan dasar seperti makanan siap saji dan pakaian. Namun, kebutuhan logistik masih terus meningkat seiring dengan jumlah pengungsi yang terus bertambah.

“Bantuan terus berdatangan dari berbagai pihak, namun untuk jangka panjang kami perlu memastikan bahwa kebutuhan warga terdampak tercukupi, terutama untuk keperluan sehari-hari seperti makanan dan pakaian,” ujar Daeng.