Mengenal Pangandaran biasanya identik dengan olahan seafood basah atau menu yang dijajakan restoran. Namum, seorang pemudi di Pangandaran menjadikan seafood sebagai snack atau kerupuk.
Pengusaha muda ini bernama Vania (29) warga Pangandaran. Sejak duduk dibangku kuliah jiwa bisnisnya Vania sudah mulai muncul.
Bahkan, idenya membuat snack muncul saat menempuh pendidikan S1. “Tahun 2014 ada tugas dimana harus bikin usaha dan balik modal,” kata Vania kepada infoJabar, belum lama ini.
Menurut dia, saat itu mata pelajaran Small Business yang menuntut membangun bisnis dan harus balik modal.
Ia mengatakan kuliahnya saat itu mengambil jurusan entrepreneurship. “Jurusan ini memang kebanyakan praktik,” katanya.
Adapun nama snack seafood yang dijual Vania yaitu Cupa-cupa. Snack ini berisikan varian rasa dengan jenis olahan seafood yang berbeda mulai dari kepiting, udang dan cumi.
Vania bercerita jika waktu kecilnya susah sekali makan, bahkan jika makan harus dibarengi dengan kerupuk aci yang ada di tukang bakso.
“Tapi enggak ada gizinya sehingga dilarang dikonsumsi kata orang tua,” ucapnya.
Sejak saat itu, kata Vania, ibunya membuat kerupuk alternatif dari cumi krispy. “Agar saya dapat makan,” katanya.
Sehingga, menurut Vania, ide membuat snack seafood terkenang kembali dan mengembangkannya.
“Dari situlah mulai kepikiran buat tugas soal snack seafood. Semula bikin cumi crispy bikinan mamah saya, karena hampir setiap hari ada di meja makan saya,” kata vania.
Awal mula usaha ini Vania lakukan pemasaran kepada orang-orang terdekat, mulai dari rekanan, teman kuliah dan keluarga sendiri. “Ternyata banyak yang suka mulailah dipasarkan secara online,” katanya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Vamia mencoba merebranding ulang produk yang dibuat. “Pada tahun 2017 mencoba hal baru dengan bikin kemasan yang menarik,” katanya.
Bahkan snack seafood tersebut sudah memiliki legalitas perusahaan yang bernama PT. Cupa Cupa Indonesia. “Untuk kapasitas produksi sekarang 3.700 buah per bulan yang tersebar di 50 store di berbagai kota di Indonesia,” ucapnya
Vania mengatakan tantangan terbesar selama menjalani bisnis seafood ini yaitu saat pandemi COVID-19 melanda. “Kendala terbesar waktu pandemi, karena bisnis model kami B2B (business to business), jadi banyak supply ke supermarket,” ucapnya.
Kata dia, awal pandemi karena mall banyak tutup, otomatis supermarket juga ikut tutup. “Alhasil awal pandemi kami nutup 20 stores,” katanya.
Ia berharap melalui cupa-cupa snack ini dapat memberikan stigma bahwa beli seafood juga bisa dengan harga terjangkau.
“Banyak customers yg menyukai produk kami, terutama kami menawarkan cara baru mengkonsumsi seafood, yang sebelumnya orang pikir makan seafood ribet dan mahal, kini bisa menikmati seafood kapanpun dan dimanapun dengan snack ini,” katanya.
Vania mengaku dalam sebulan dapat mengantongi omzet sebesar 15 hingga 30 juta bersihnya. “Alhamdulillah puluhan juta mah dapat, kisaran Rp 15 juta-30 jutaan,” ucapnya.
Sementara itu, untuk snack seafood ini mempunyai 12 varian rasa dengan bahan baku cumi, udang dan kepiting. Pihaknya, menyampaikan jika saat in fokus pada B2B (online & retails).
“Untuk online kami memiliki distributor & resellers yg tersebar di kota-kota di Indonesia. Untuk retails saat ini total ada 86 stores di seluruh Indonesia,” katanya.
Ia menyebutkan hampir semua pemesanan yang diterima memakai transaksi digital. “Melalui transfer dan QRIS paling banyaknya,” ucapnya.
Transaksi digital, menurut dia, menjadi jembatan yang mempermudah penjual dan pembeli karena tidak memerlukan uang kembalian. “Sehingga transaksi juga lebih cepat dan tepat,” katanya.
Sementara itu, Regional CEO BRI Bandung, Sadmiadi, menuturkan bahwa QRIS bertujuan untuk mempermudah transaksi digital, terutama bagi UMKM. “QRIS membantu merchant BRI menyediakan pilihan pembayaran yang mudah karena cukup dengan satu kode QR yang bisa digunakan untuk berbagai sumber dana,” jelasnya