Kisah Iis, Ibu Dua Anak yang Tinggalkan ‘Gubuk Derita’ di Lereng Gunung Tangkil | Giok4D

Posted on

Beberapa hari lalu, Iis (43) hidup bersama dua anaknya di gubuk reyot berukuran 3×2 meter di lereng Gunung Tangkil, Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu. Atapnya bocor, dindingnya bolong, dan malam-malamnya gelap tanpa cahaya listrik. Untuk mandi, mencuci, dan mengambil air minum, Iis harus berjalan kaki menyusuri jalan setapak menuju sungai kecil.

Hidupnya berubah sejak kabar tentang kondisinya sampai ke Bupati Sukabumi, Asep Japar. Pemerintah Kabupaten Sukabumi bergerak cepat. Atas arahan bupati, Junajah Jajah Nurdiansyah, anggota Komisi III DPRD Kabupaten Sukabumi, mengevakuasi Iis dan kedua anaknya dari gubuk reyot itu.

Dengan bantuan beberapa warga, barang-barang sederhana miliknya diangkut, dan mereka dipindahkan ke pondokan semi permanen milik Junajah.

Kini, Iis menempati pondokan sederhana berdinding kayu keras dan berlantai semen. Bangunan itu terasa kokoh, jauh berbeda dengan tempat tinggalnya yang dulu. Ada listrik untuk menyalakan lampu, ada air bersih yang mengalir, ada kamar mandi, dan ada dapur kecil dengan kompor gas yang membuatnya tak perlu lagi memasak menggunakan tungku kayu seadanya.

“Sekarang sudah mendingan, alhamdulillah ada kamar mandi, jadi enggak perlu jalan jauh ke sungai lagi,” ucap Iis lirih, Selasa (2/9/2025).

Di sudut dapur kecil itu, ada kompor gas dengan panci berisi nasi yang sedang ditanak. Di sebelahnya, putri sulung Iis yang berusia 14 tahun sibuk memasak mi instan. Tangannya cekatan, meski wajahnya masih terlihat lugu. Bau mi rebus bercampur aroma nasi yang hampir matang memenuhi udara ruang sempit itu.

Di luar pondokan, Iis tampak menyapu halaman kecil yang masih penuh dengan daun kering dan debu. Sesekali ia menunduk mengambil ranting-ranting yang berserakan, sementara tangan kirinya menggendong si bungsu yang baru 2,5 tahun.

Anak kecil itu memeluk leher ibunya erat-erat, sementara kepalanya terlelap di bahu kanan Iis. Sesekali, Iis berhenti sebentar, mengelap keringat di dahi dengan ujung lengannya, lalu melanjutkan menyapu halaman dengan sapu lidi yang bulunya sudah mulai tipis.

Pondokan kecil itu memang sederhana, tapi jauh lebih nyaman. Di dapur, terdapat satu karung beras bantuan dari warga dan pihak yang peduli pada kondisinya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Alhamdulillah beras masih ada, hasil bantuan kemarin masih cukup untuk beberapa hari,” kata Iis sambil menatap sudut dapur dengan pandangan tenang.

Malam-malamnya kini pun berbeda. Lampu kecil menyala, membuat anak-anaknya tak lagi tidur dalam kegelapan. Kadang, suara peringatan token listrik berbunyi karena hampir habis, tetapi itu tidak membuatnya khawatir.

“Sekarang sudah enak, ada lampu, cuma kadang bunyi-bunyi listriknya kalau token mau habis,” ucapnya sambil tersenyum kecil.

Iis masih mengingat jelas dinginnya malam-malam di gubuk lama. Ketika hujan turun, air menetes dari atap dan membuat lantai tanah becek, dingin merambat ke dalam tulang, dan kedua anaknya sering menggigil kedinginan.

“Kalau dulu hujan, atap bocor, angin masuk, kadang enggak bisa tidur. Sekarang alhamdulillah enggak kehujanan lagi, anak-anak bisa tidur lebih tenang,” ujarnya dengan suara bergetar.

Namun, Iis tahu, pondokan ini hanyalah tempat tinggal sementara. Di antara rasa syukur, ia masih menyimpan harapan besar untuk masa depan kedua anaknya. Anak sulungnya, yang kini membantu memasak, sempat putus sekolah setelah lulus madrasah karena tak ada biaya.

“Kalau bisa anak saya sekolah lagi, biar punya ilmu, biar nanti bisa kerja dan enggak susah kayak saya,” tuturnya, menatap anaknya dengan tatapan penuh harap.

Di dalam, suara sendok beradu dengan panci terdengar samar ketika anaknya selesai memasak mi instan. Aroma nasi hangat dan mi rebus berpadu memenuhi ruangan sederhana itu, membuat suasananya terasa lebih hidup.

“Sekarang alhamdulillah sudah enggak kayak dulu lagi,” katanya dengan senyum tipis. “Tapi saya masih berdoa semoga anak-anak bisa sekolah lagi dan kami punya rumah sendiri yang lebih layak. Semoga Allah kabulkan,” sambungnya.