Kebun Raya Kuningan merupakan salah satu tempat wisata yang berlokasi di Padabeunghar, Kecamatan Pesawahan, Kabupaten Kuningan.
Kebun Raya Kuningan direncanakan akan menjadi pengembangan pariwisata di kawasan Rebana Metropolitan. Kabar tersebut dibenarkan oleh Kepala UPTD Kebun Raya Kuningan, Dedi.
“Fokus terkait Rebana di Kuningan memang pengembangan wisata. Nah kebetulan Kebun Raya Kuningan ini menjadi salah satu tempat wisata yang akan dikembangkan oleh tim rebana itu sendiri,” tutur Dedi, Rabu (14/5/2025).
Menurut Dedi, sejak tahun 2024 bersama tim Rebana, pihaknya telah membuat master plan tentang fokus pengembangan wisata Kebun Raya Kuningan.
“Terkait apa saja yang dikembangkan, berapa luasan wilayah yang diperlukan, konsepnya seperti apa itu kita sudah bikin tahun kemarin 2024. Investor sering diajak ke sini, bahkan dari Rusia juga pernah datang ke sini, ” tutur Dedi.
Dedi memaparkan, luas Kebun Raya Kuningan yang mencapai 154 hektar, dari luas tersebut yang baru dimanfaatkan secara maksimal hanya sekitar 70 hektar.
“154 hektar sudah ditanami tanaman koleksi, namun,kalau untuk fasilitas umum dan layanan pengunjung hanya bisa menggarap lahan 70 hektar saja, lebihnya masih 50 hektar yang bisa dioptimalkan oleh tim Rebana. Terakhir mereka (Tim Rebana) membuat desain itu sekitar 20 hektar lah,” tutur Dedi.
Menurut Dedi, 20 hektar lahan tersebut, rencananya akan digunakan untuk membangun penginapan dan wisata VIP di Kebun Raya Kuningan.
“Kalau yang kemarin itu cenderung untuk membuat penginapan dan wisata alam untuk kalangan atas atau VIP sekitar 20 hektaran. Yang jelas tim Rebana komitmen pengembangan wisata akan selaras dengan konservasi dan penyelamatan lingkungan,” tutur Dedi.
Dedi memaparkan, ada beberapa alasan kenapa Kebun Raya Kuningan dipilih sebagai tempat wisata yang akan dikembangkan di kawasan Rebana.
Pertama, lokasinya yang strategis, yakni berada di antara wilayah Cirebon dan Majalengka. Kedua, lahan di Kebun Raya Kuningan dimiliki oleh pemerintah daerah, dan Ketiga, fasilitas konservasi yang ada di Kebun Raya Kuningan.
“Yang ditawarkan 5 fungsi utama yakni konservasi, pendidikan, penelitian, jasa lingkungan dan yang terakhir wisata. Kebun Raya Kuningan merupakan satu-satunya wilayah konservasi terluas di wilayah tiga. Bahwa nanti investasi itu harus bisa berkolaborasi dengan konservasi,” tutur Dedi.
Agar lebih dilirik investor, Dedi juga menyampaikan, bahwa Kebun Raya Kuningan telat bekerja sama dengan berbagai macam pihak, serta memaksimalkan segala fasilitas yang ada di Kabupaten Kuningan.
“Kalau fasilitas semua sudah optimal dari konservasi jelas, dari segi pendidikan dan penelitian jelas, sudah banyak kerja sama dari mulai BRIN, kampus hingga Kebun Raya dari luar negeri sudah kerja sama dengan kita,” tutur Dedi.
Meski memiliki potensi yang besar. Namun Kebun Raya Kuningan juga memiliki kendala salahnya satunya adalah akses infrastruktur jalan. Menurut Dedi, selain akses yang cukup jauh dari jalan raya dan pusat kota, kondisi jalan menuju Kebun Raya Kuningan juga cukup curam dengan kondisi jalan yang sempit dan berkelok.
“Kalau secara potensi wisata memang Kebun Raya Kuningan memiliki jarak akses di atas 40 kilometer dari pusat kota. Cenderung kurang optimal, faktor jarak berdampak. Kalau dari jalan raya Mandirancan itu 9 kilometer, dan kalau dari jalan raya Bobos itu 5 kilometer. Apalagi jalan satu-satunya juga sering digunakan untuk akses kendaraan berat seperti truck,” tutur Dedi.
Dengan kondisi tersebut, Dedi berharap, agar pemerintah daerah dapat lebih giat lagi untuk menarik investor agar menanamkan investasinya di Kebun Raya Kuningan.
“Kalau memang ada minat dari investor dan akan direalisasikan itu kan jelas yang harus banyak berkomitmen kan pemerintah daerah. Tahapan dengan tim Rebana tadi berkesinambungan. Karena itu sayang kalau kita harus mulai dari nol lagi, ” tutur Dedi.