Wacana Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi untuk menghadirkan satu lapangan sepak bola berkualitas di setiap kecamatan mendapat respons positif dari DPRD Jabar. Namun wacana itu disebut belum dimasukkan dalam rencana program di APBD 2026.
Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat Zaini Shofari mengatakan, program tersebut dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat fondasi pembinaan sepak bola dari tingkat paling dasar, desa dan kecamatan.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Karena itu, ia menilai rencana itu realistis dan sangat mungkin dijalankan jika penghitungan kebutuhan dan skala prioritas dilakukan secara tepat.
“Lebih realistis kalau satu kecamatan satu lapang gitu. Cuma nanti tinggal dihitung besarannya di kecamatan itu. Karena saya yakin tiap-tiap kecamatan pasti punya alun-alun. Alun-alun biasanya ada Masjid Agung kecamatannya, ada lapangannya,” ujar Zaini, Selasa (25/11/2025).
Menurut Zaini, upaya ini sejalan dengan prinsip pembinaan sepak bola modern yang bertumpu pada pengembangan pemain dari akar rumput. Ia bahkan mencontohkan keberhasilan Jerman dalam melakukan revolusi pembinaan setelah kegagalan di Piala Dunia 2010.
“Ya kita mendukung upaya penuh gubernur terkait pengembangan pembinaan sepak bola karena lahir dari desa, terus nanti direkrut jadi apa, jadi tim terpadu sepak bola di kecamatan-kecamatan sehingga mirip di Jerman,” katanya.
Zaini menguraikan bagaimana Jerman membenahi struktur pembinaannya secara masif hingga ke tingkat desa. Langkah itu membuahkan hasil nyata dengan Jerman kemudian menjadi jaura dunia 2014.
“Begitu kalah Jerman pada Piala Dunia tahun 2010 maka dipastikan seluruh desa-desa harus memiliki stadion-stadion. Maka beberapa tim yang masuk di (timnas) 2014, semifinalnya kan ngalahin Brazil 7-1, itu hasil dari pembinaan yang totalitas Jerman,” ungkapnya.
“Akhirnya pembinaan-pembinaan masuk ke desa dan rata-rata pemain di desa berkesempatan menjadi tim kesebelasan Jerman,” sambung politisi PPP ini.
Ia juga menilai konsep tersebut mirip dengan pendekatan yang dilakukan oleh Indra Sjafri dalam membangun tim nasional Indonesia kelompok usia hingga menorehkan prestasi juara Piala AFF U-19 tahun 2024.
“Persis yang digagas oleh di Indonesia itu oleh Indri Safri. Dia langsung terjun ke daerah-daerah, ke lokal-lokal, menyaksikan langsung untuk rekrut pemain-pemain itu, sehingga dikumpulkan secara bertahap yang kemudian jadilah Timnas Indonesia pada saat itu yang cukup membanggakan karena tumbuh kembangnya betul-betul dari bawah tanpa kepentingan apa pun,” tuturnya.
Zaini berharap wacana ini benar-benar bisa diwujudkan dan menjadi fasilitas publik yang dapat dinikmati bersama. “Mudah-mudahan keinginan Pemprov Jabar hari ini bisa tercapai tentunya direalisasikan lapangan itu jadi milik rakyat, milik bersama, milik-milik pemain bola yang memang harus terus dipandu agar betul-betul itu bisa terealisasi,” ujarnya.
Soal anggaran, Zaini menjelaskan bahwa APBD 2026 belum memuat alokasi khusus untuk pembangunan lapangan per kecamatan. Namun dia tidak menutup kemungkinan jika wacana itu akan mendapat alokasi anggaran melalui APBD Perubahan.
“Kalau untuk event-event itu ada tapi secara langsung untuk kecamatan itu belum ada. Kemarin kita sudah dengan Pak Hery, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, hanya baru keinginan disampaikan, tapi mungkin nanti secara bertahap diawali di anggaran perubahan 2026 sangat memungkinkan. Titik-titik mana saja yang menjadi prioritas,” tuturnya.
DPRD Jabar juga menyambut baik rencana Pemprov membangun sekolah khusus sepak bola, sebagaimana disampaikan Kadispora Jabar, Hery Antasari. Menurutnya hal itu positif untuk mendorong pembinaan atlet usia muda.
“Iya, dia sampaikan juga jadi Kadispora itu menyampaikan juga terkait itu. Saya pikir baik juga, menarik juga karena pembinaan-pembinaan sejak dini itu kan tidak ada secara khusus sekolahnya,” kata Zaini.
Ia menjelaskan bahwa yang ada selama ini baru sekolah sepak bola dengan kegiatan latihan, tanpa dilengkapi dengan kurikulum khusus bagi atlet.
“Betul ada sekolah sepak bolanya, tapi khusus secara apa pembelajaran terus materi-materi pembelajaran sehari-hari mereka sekolah di ruangnya masing-masing. Maksud gubernur itu mungkin seperti Pelatnas PBSI Cipayung, jadi khusus untuk sekolah para atlet saja,” ujarnya.
