Banjir besar melanda empat desa di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat pada Jumat (17/5/2025). Banjir disebabkan karena hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Majalengka dan diperparah kiriman air dari dataran tinggi.
Banjir diketahui terjadi di Desa Dawuan, Desa Kadipaten, Desa Liangjulang, dan Desa Heuleut. Akibat banjir tersebut, ratusan warga terpaksa harus dievakuasi ke tempat aman karena ketinggian air yang mencapai 1 meter lebih.
“Akibat curah hujan cukup tinggi dari sekitar pukul 3 sore, ada dua kecamatan di wilayah Kabupaten Majalengka dengan empat desa yang terdampak banjir,” kata Kasi Kedaruratan BPBD Kabupaten Majalengka Reza Permana.
“Untuk sementara jumlah kepala keluarga yang terdampak masih dalam proses pendataan. Tapi untuk keamanan, kami sudah mengevakuasi lebih dari 250 warga ke empat titik lokasi pengungsian,” lanjutnya.
Reza menyebut, mayoritas warga yang dievakuasi adalah kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, ibu hamil dan warga yang sakit. Menurutnya empat desa yang terendam banjir termasuk wilayah yang rutin dilanda banjir dalam beberapa tahun terakhir.
“Daerah-daerah ini memang langganan banjir. Terakhir banjir besar terjadi tahun 2021,” jelasnya.
Sementara Kepala Dusun Desa Dawuan, Cucu Bandi menjelaskan, banjir yang terjadi di desanya disebabkan karena adanya kiriman air dari dataran tinggi seperti wilayah Cikijing, Talaga hingga Majalengka Kota.
“Ini kiriman dari atas seperti Majalengka, Cikijing dan Talaga. Di sini belum hujan, tapi di atas sudah hujan sejak siang. Di sini baru hujan deras sekitar jam setengah empat sampai jam empat sore. Setelah magrib baru air mulai naik,” kata Cucu.
Menurutnya banjir yang terjadi kali ini termasuk yang paling parah sejak beberapa tahun terakhir. Sebab air merendam hampir merata di seluruh blok Desa Dawuan. “Ketinggian air sekitar 1 meter. Warga yang terdampak sudah kami evakuasi ke masjid dan balai desa menggunakan perahu karet milik desa,” ujarnya.
Sementara Baban Subandi, warga Desa Kadipaten menuturkan, banjir yang merendam wilayahnya disebabkan karena adanya tanggul jebol akibat debit air meninggi di aliran sungai. Dia pun berharap pemerintah segera turun tangan melakukan normalisasi sungai.
“Kalau hujan dari ujung selatan itu terus menerus, pasti ke sini banjir. Tapi yang kali ini agak besar. Bisa jadi ada tanggul jebol atau mungkin di hilir bendungannya lambat dibuka,” ujar Baban.
“Harapannya ya normalisasi kali. Supaya nggak terus-terusan seperti ini,” imbuhnya.
Di sisi lain, banjir juga diduga terjadi karena keberadaan sebuah bendungan. Masduki warga Desa Dawuan menyebut, sebuah bendungan yang dibangun di Desa Karangsembung disinyalir jadi salah satu penyebab terjadinya banjir.
“Diperhitungkan ada ketinggian bangunan bendungan itu yang akan menghambat pengeluaran air,” ucapnya.
Hal senada disampaikan Kepala Dusun Dawuan, Cucu Bandi. Menurutnya, penyebab banjir bukan hanya karena bendungan, tapi juga karena pendangkalan dan penyempitan aliran sungai Cikasarung.
“Sebab akibatnya karena pendangkalan sama penyempitan saluran Cikasarung, terus ditambah bendungan yang dibikin. Nggak tahu disengaja atau enggak. Ada lah salah satu desa bikin bendungan untuk kepentingan desa itu sendiri, nggak mikirin empat desa yang kena dampaknya,” ujar Cucu.