Jeruji besi tak membatasi aktivitas warga binaan atau narapidana di Lapas Purwakarta. Berbekal pengetahuan yang seadanya, mereka mampu memanen kangkung hingga menghasilkan 500 kilogram atau 5 kuintal kangkung.
Panen ini tak muncul tiba-tiba. Sudah sejak awal bulan lalu, napi di Lapas Purwakarta diberdayakan menjadi ‘petani’ dengan menggarap lahan di Desa Cileunca, Kecamatan Bojong, Kabupaten Purwakarta.
Usaha itu pun membuahkan hasil. Pada Kamis (06/11/2025), mereka berhasil memanen 500 kilogram kangkung.
“Yang telah siap dan terkonfirmasi sebagai target distribusi hasil panen kangkung ini diantaranya Rutan Bandung, Lapas Karawang, termasuk Lapas Purwakarta sendiri. Ini merupakan hasil nyata kami dalam mendukung program ketahanan pangan nasional,” ujar Kalapas Purwakarta Mizan Muhami.
Sebagian besar hasil panen digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur di Lapas Purwakarta. Sementara sisanya akan dijual untuk menjadi tambahan penghasilan kecil bagi mereka. Sebuah bentuk penghargaan atas kerja keras dan ketekunan yang mereka tunjukkan selama masa pembinaan.
“Warga Binaan tentu akan mendapatkan premi dari hasil penjualan ini,” ujar Mizan.
Bagi sebagian warga binaan, mungkin ini kali pertama mereka merasakan makna kerja kolektif yang sesungguhnya. Setiap batang kangkung yang tumbuh di atas tanah lembab itu menjadi simbol perubahan diri.
Wakil Bupati Purwakarta, Abang Ijo Hapidin, yang turut hadir dalam panen raya tersebut, bangga. Ia menyebut, keberhasilan ini bukan hanya tentang produktivitas, tetapi tentang kemanusiaan.
“Ini menjadi bukti bahwa Pemkab Purwakarta hadir untuk mendorong produktifitas Warga Binaan untuk mendukung program ketahanan pangan, disamping ikut menurunkan tingkat residivis mereka. Mengapa? Karena setelah mereka (warga binaan) bebas nanti akan kami pekerjakan di sini sehingga memiliki pemasukan yang tetap untuk menghidupi keluarganya. Dan panen raya 5 kuintal kangkung ini adalah loncatan awalnya,” kata Abang Ijo Hapidin.
