Gang Sentra Roti di Bandung dan Sisi Lain yang Berdampingan

Posted on

Sejak dulu, banyak orang yang menggantungkan harapan di kawasan Sentra Roti Gang Babakan Rahayu, Jalan Raya Kopo, Kelurahan Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Namun bagi warga sekitar, keberadaan pabrik-pabrik roti rumahan di sana ternyata menimbulkan dua mata sisi yang berlawanan.

Penyebab utamanya, di satu sisi, aroma roti yang diolah pabrik rumahan di sana menjadi denyut ekonomi bagi pekerjanya. Namun di sisi lain, aktivitas produksi dan distribusi di kawasan gang tersebut kerap memicu keluhan mulai dari bisingnya mesin kendaraan hingga banyak orang yang lalu lalang sembarang.

Kawasan Sentra Roti Gang Babakan Rahayu memang berada di wilayah pemukiman penduduk yang padat. Lebar jalannya pun hanya cukup untuk dua motor melintas. Bahkan jika berpapasan, salah satunya harus mengalah agar yang lain bisa lewat duluan.

Karena kondisi ini lah, keluhan datang dari warga sekitar. Kebanyakan, akses jalan para penduduk asli di sana menjadi terhambat karena lalu lalang kendaraan yang mengangkut roti untuk siap diedarkan.

“Kalau soal pabrik roti, justru yang enggak berkecimpung di bidang roti mah enggak, malah kebagian imbasnya aja sebenarnya. Dari akses kan, yang tidak berkepentingan, yang tidak diuntungkan, pasti otomatis dirugikan,” kata Dinar Sugiat, Ketua RT 05 Rw 06, Kelurahan Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung saat berbincang dengan infoJabar.

Kebetulan, di kawasan Dinar, ada belasan pabrik roti rumahan yang beroperasi. Hiruk-pikuknya pun nyaris tak pernah sepi setiap hari, dari mulai proses produksi hingga pengangkutan roti yang siap dijual ke pasaran.

Karena kondisi itu lah, Dinar kerap mendapat keluhan dari warganya. Masalah akses jalan jadi keluhan utama karena warga jadi terganggu aksesnya saat hendak bepergian ke mana-mana.

“Seperti kita pejalan kaki, kan banyak yang belanja (ke pabrik roti), jadi parkir sembarangan, gitu imbasnya. Otomatis jalan yang harusnya jadi akses umum, seolah-olah jadi milik pribadi,” tukasnya.

Meski demikian, Dinar menyadari keberadaan pabrik roti rumahan bisa membuat ramai lingkungannya. Hanya saja, keluhan ini selalu terngiang, meskipun tidak pernah ada kejadian yang tak diinginkan selama ini.

Sebagai solusinya, Dinar dan warga setempat bakal mengusulkan untuk penataan masalah parkir di gang tersebut. Opsi ini diambil bukan untuk menyulitkan para pencari rezeki di bidang olahan roti, namun justru untuk menertibkan kondisi yang selama ini belum terselesaikan.

“Mudah-mudahan ke depan bisa ditata, kebetulan saya baru menjabat RT 2 bulan, planning-nya juga udah ada. Sayang kan jadi sentra, tapi kesannya kurang. Rencana sih parkirnya nanti ke lahan yang aktivitas di siang harinya dia nganggur, ada beberapa tempat untuk opsinya,” ungkap Dinar.

Dinar pun berharap opsi ini bisa diterima oleh semua. Sehingga nantinya, situasi kondusif tetap terjaga di lingkungannya, dan mereka yang mencari rezeki dari olahan roti tidak lagi dikeluhkan oleh warga.

“Sudah dibicarakan dengan warga, tapi baru segelintir pengurus kewilayahan. Intinya bisa saling menghargai lah. Kepentingan umumnya tidak terabaikan, tapi usahanya tetep bisa jalan,” pungkasnya.