Curah hujan yang tinggi selama sepekan terakhir memicu banjir di dua kecamatan di Kabupaten Pangandaran, yakni Padaherang dan Kalipucang. Salah satu penyebab utama banjir adalah meluapnya Sungai Citanduy.
Kedua kecamatan tersebut hampir selalu terdampak setiap kali hujan deras mengguyur wilayah itu. Bahkan dalam beberapa hari terakhir, ratusan hektare sawah terendam air. Kondisi ini bukan hal baru, kawasan tersebut dikenal sebagai langganan banjir besar sejak puluhan tahun lalu.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pangandaran terus berupaya mencari solusi untuk mengatasi persoalan banjir yang tak kunjung terselesaikan itu.
Kabid PSDA di Dinas Pekerjaan Umum, Tata Ruang, Perumahan Rakyat, dan Kawasan Permukiman (PUTRPRKP) Kabupaten Pangandaran, Indra Lesmana, menyampaikan bahwa desa yang terdampak tahun ini meliputi Pamotan, Kalipucang, Cibuluh, Tunggilis, Ciganjeng, Maruyungsari, dan Paledah.
“Di beberapa desa tersebut banyak ditemukan permasalahan penyempitan tanggul. Sungai yang dulunya lebar kini mengecil. Ini harus segera diatasi,” kata Indra melalui pesan WhatsApp, Senin (24/11/2025).
Melihat kondisi banjir dalam beberapa waktu terakhir, Indra menilai diperlukan peninggian tanggul penahan banjir. Akan tetapi, langkah tersebut memerlukan anggaran yang sangat besar.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Diperlukan tanggul pengaman banjir Sungai Citanduy sepanjang 6,7 kilometer, dan peninggian tanggul itu harus segera dilakukan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa tanggul Sungai Citanduy saat ini masih relatif rendah, sehingga air dengan mudah meluap ke permukiman warga, jalan raya, jalan provinsi, hingga lahan pertanian.
“Di Kalipucang juga sama, perlu adanya tanggul pengaman banjir di sekitar Dermaga Santolo. Klep di dermaga itu bocor, sehingga air sungai meluap,” tambahnya.
Menurut Indra, kebutuhan anggaran untuk membenahi dampak banjir serta pembangunan tanggul sangat besar. “Ditaksir bisa mencapai Rp 500-600 miliar,” ucapnya.
Ia menegaskan bahwa besarnya biaya tersebut tidak mungkin ditanggung oleh APBD saja. “Karena itu kami mengajukan ke pemerintah pusat, ke Kementerian PUPR,” katanya.
“Kita akan sampaikan semua permasalahan yang terjadi di Kabupaten Pangandaran,” lanjutnya.
Sementara itu, tokoh masyarakat Padaherang, Supriati (50), menuturkan bahwa banjir Citanduy telah berulang selama puluhan tahun. Ia mengaku terbiasa menghadapi kondisi tersebut.
Tinggal di dekat bantaran sungai membuatnya memilih tetap bertahan di rumah setiap kali banjir datang. “Saya tidak pernah mengungsi, sudah biasa,” katanya.
