Berkaca dari Kasus Raya, Sekda Bogor Ingatkan ASN Turun ke Lapangan

Posted on

Tragedi meninggalnya balita Raya asal Sukabumi karena cacingan menjadi peringatan bagi pemerintah daerah agar lebih peka terhadap kondisi masyarakat. Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor Ajat Rochmat Jatnika menegaskan aparatur harus turun langsung ke lapangan, bukan hanya mengandalkan laporan.

“Memang harus mau turun ke lapangan, mau melihat bersama-sama dengan para relawan. Aparaturnya harus turun ke lapangan. Kemudian yang kedua, memang harus mau mengajak masyarakat untuk posyandu dan lain-lain. Itu yang paling penting,” kata Ajat.

Menurut Ajat, di Kabupaten Bogor telah dibentuk sistem pengawasan berlapis mulai dari desa hingga tingkat RW dan RT. Saat ini, ada kurang lebih 5.000 pos layanan yang digerakkan untuk memantau kondisi masyarakat. Selain itu, pendamping keluarga harapan maupun pendamping masalah sosial juga disiapkan untuk memastikan warga yang rentan tetap dalam pengawasan.

“Kalau misalnya kita mengidentifikasi, ya harus berkomunikasi dengan Dinas Sosial dan lain-lain. Saya kira itu sudah. Sistemnya kita sudah jalan. Tapi kalau misalnya pengetahuan kita kurang, mata hati kita tidak terlalu dipergunakan untuk melihat kondisi di lapangan, ya sayang,” ujarnya.

Ajat mengakui, kasus Raya menunjukkan ada sisi yang luput dari pantauan aparatur di lapangan. Karena itu, Bupati Bogor menginstruksikan agar jajaran pemerintahan kembali menekankan kolaborasi dan gotong royong di tingkat masyarakat.

“Sekarang yang dibawa oleh Pak Bupati adalah bagaimana kita berkolaborasi, bergotong royong kembali ke masa-masa dulu yang begitu indah, kita saling mengingatkan. Itu yang dikomunikasikan ke jajaran kita yang di bawah,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Fusia Meidiawaty menjelaskan penyakit yang dialami Raya dikenal dengan istilah askariasis, yakni infeksi cacing gelang.

“Askariasis itu adalah penyakit infeksi cacing gelang yang bersarang di tubuh anak. Ini nama cacingnya adalah Ascaris Lumbricoides. Biasanya telur cacing masuk ke tubuh anak melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi tanah atau kotoran,” kata Fusia.

Ia menambahkan, gejala askariasis bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. “Biasanya ada gangguan pencernaan berupa sakit perut, mual, muntah, diare, berat badan anak susah naik, hingga gizi buruk. Kalau jumlahnya banyak, ini dapat menyebabkan sumbatan usus. Bahkan kadang cacing keluar melalui kotoran, muntah, hidung atau mulut,” jelasnya.

Fusia menekankan pentingnya pencegahan dengan menjaga kebersihan diri, makanan, minuman, lingkungan, serta pemberian obat cacing massal. “Membiasakan anak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah dari kamar kecil, memotong kuku secara teratur, mencuci buah dan sayur sebelum dimakan, serta memastikan minum air matang itu sangat penting. Juga gunakan jamban, jangan buang kotoran sembarangan, dan jaga kebersihan mainan anak,” ujarnya.

Ajat menegaskan, kewaspadaan di Kabupaten Bogor harus ditingkatkan agar kasus serupa tidak terjadi. Ia meminta kepala desa, lurah, hingga aparat wilayah terkecil benar-benar memperhatikan kondisi warganya.

“Kita sudah ada sistem pelaporan yang segera mungkin bisa diidentifikasi dan ditangani. Jadi bagaimana sistem ini berjalan, itu tergantung kemauan aparatnya. Kalau mau turun, mau mengajak, insyaallah tidak ada lagi kejadian seperti itu,” tutupnya.