Grup musik eksperimental asal Kabupaten Majalengka, LAIR Band, bersiap kembali mengguncang panggung-panggung Eropa lewat rangkaian tur bertajuk ‘Lawatan Tanah Bertuah’. Tur ini akan berlangsung mulai 22 Juli hingga 19 Agustus 2025 dan mencakup 6 negara, dengan total 20 titik penampilan.
“Untuk tahun ini mah sekadar tur aja. Iya emang biasanya setiap tur launching album, tapi sekarang mah tur aja,” kata salah satu personel LAIR, Tedi Nurmanto kepada infoJabar, Selasa (17/6/2025).
Perjalanan ke Eropa ini merupakan lanjutan dari tur-tur yang digelar sebelumnya. “LAIR pertama kali memulai tur internasional pada tahun 2022, sempat rehat di 2023 untuk produksi album, lalu kembali tur ke luar negeri di 2024. Dan, sekarang di 2025 kami melaksanakan tur lagi,” ujarnya.
Berbeda dari tur sebelumnya, tahun ini LAIR fokus tampil sebagai musisi undangan. Namun, semangat menyebarkan musik dan budaya tetap menjadi napas utama perjalanan mereka.
“Intinya mah buat penyebaran musik kita, nambah jaringan baru, dan merasakan atmosfer musik dunia di Eropa. Diplomasi budaya udah jelas,” ucap Tedi.
Adapun negara-negara yang akan dikunjungi LAIR di 2025 ini di antaranya, Inggris, Swedia, Belanda, Jerman, Denmark, dan Belgia. Mereka rencananya mulai manggung dari Inggris, dan berakhir di Belanda.
“Dari 6 negara itu ada sebanyak 20 titik manggung. Sebagian besar titik manggung kita berada di Inggris. Biasanya sih nambah titik, tapi untuk sekarang yang fix segitu dulu,” jelasnya.
Format panggungnya pun beragam. Setengahnya diundang dalam berbagai festival musik Eropa, sementara sisanya adalah konser tunggal yang memang ditujukan untuk menampilkan karya-karya LAIR secara penuh. “Sebenernya kita diundang ke sana. Ada yang festival, ada juga acara khusus LAIR,” ucap Tedi.
Dalam setiap penampilannya, LAIR akan membawakan lagu-lagu dari dua albumnya, dengan durasi rata-rata satu jam per pertunjukan. “Kebanyakan sih dari album kedua. Dua album itu abis kita bawain,” katanya.
Salah satu daya tarik LAIR di mata audiens internasional adalah ciri khas musik mereka yang menggunakan alat-alat musik dari tanah liat. Tedi menyebut, respons publik Eropa cukup positif terhadap musik mereka. “Dianggap cukup fresh, jadi sesuatu yang baru mungkin. Dari genre dan alat musik juga mencuri perhatian,” ujarnya.
Disinggung rencana setelah tur, LAIR telah menyiapkan rencana untuk kembali masuk studio. “Setelah pulang mah pengen bikin album,” ucapnya.
Dengan semangat konsisten dan tekad memperkenalkan musik eksperimental khas tanah Majalengka ke dunia, LAIR menargetkan tur luar negeri sebagai agenda tahunan mereka. “Rencananya tiap tahun kita tur,” pungkas Tedi.