10 Murid SD di Ciamis Muntah dan Sesak Usai Santap MBG

Posted on

Kasus dugaan keracunan kembali terjadi di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kali ini menimpa 10 siswa SDN 1 Sindangsari, Kecamatan Kawali, pada Jumat (3/10/2025). Mereka mengalami gejala seperti mual, sakit perut, lemas, muntah hingga sesak nafas usai menyantap menu makanan bergizi gratis (MBG).

Pantauan infoJabar di Puskesmas Kawali, sejumlah siswa berbaju Pramuka tampak dirawat di dua ruangan. Ada yang terbaring lemas dengan tangan diinfus, ada juga yang harus memakai selang oksigen karena mengalami sesak. Meski begitu, beberapa anak mulai membaik dari gejala yang dialami.

“Makan agar (puding), bubur kacang ada yang enak ada yang tidak, makan keju juga leneng (pusing). Dimakan jam 9, lima menit langsung muntah langsung dibawa ke puskesmas,” ujar Ahmad Fazril yang sedang dirawat saat ditemui di Puskesmas Kawali.

Ahmad menjelaskan, ia menerima makanan bergizi gratis sejak bulan Agustus 2025. Menu makanan yang ada bubur kacangnya bahkan sudah yang kedua kalinya.

Sementara itu, anak lainnya, Nadifa menyebut puding yang ia makan dari menu MBG tercium bau. Setelah memakan itu, ia menjalani muntah hingga sesak.

“Tadi ada roti, puding, keju, bubur kacang dan santan,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Rizali Sofian membenarkan adanya laporan tersebut. Rizali pun langsung mendatangi Puskesmas Kawali untuk melakukan penanganan. Dari hasil pemeriksaan, gejala yang dialami para siswa antara lain mual, muntah, sakit perut, lemas, hingga sesak napas.

“Sampai saat ini ada 10 anak dari SDN 1 Sindangsari yang dibawa ke Puskesmas Kawali. Dua di antaranya sudah dipulangkan, sementara delapan lainnya alhamdulillah membaik dan sudah tertangani,” kata Rizali.

Rizali menegaskan pihaknya belum bisa memastikan penyebab keracunan tersebut. Dugaan sementara muncul setelah laporan adanya gejala dialami anak-anak sekitar pukul 10.00 WIB.

“Awalnya laporan di lapangan, menunya bubur kacang, semacam puding atau jeli, santan, keju, dan roti. Semua menu itu sudah kami kumpulkan untuk diperiksa sesuai prosedur, apakah ada kaitannya atau tidak,” jelasnya.

Meski belum diketahui pasti penyebabnya, Rizali memastikan penanganan cepat sudah dilakukan. Ia juga berharap kasus dugaan keracunan ini tidak bertambah lagi.

“Saat ini kami masih melakukan pemantauan, apakah ada lagi yang menyusul mengalami gejala atau sudah cukup sampai di sini. Mudah-mudahan ini yang terakhir,” ujarnya.