10 Fakta Macan Tutul Masuk Balai Desa di Kuningan, Bikin Warga Heboh

Posted on

Warga Desa Kutamandarakan, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, dibuat heboh setelah seekor macan tutul tiba-tiba masuk ke dalam balai desa. Tubuhnya meringkuk di bawah deretan kursi yang ditumpuk di salah satu ruangan. Berikut fakta-faktanya:

Kepala UPT Damkar Kuningan, Andri Arga Kusuma membenarkan bahwa ada macan tutul yang masuk ke dalam balai desa. Menurutnya, macan tutul tersebut masuk ke salah satu ruangan di gedung lama Balai Desa Kutamandarakan.

“Kalau dilihat dari warna memang jenisnya itu macan tutul warna kuning dengan warna hitam berbentuk lingkaran. Ada informasi itu dari hari Senin malam. Kebetulan itu gedung bekas balai desa cuman aulanya masih sering dipakai rapat,” tutur Arga. Selasa (12/26/2025).

Macan tutul tersebut, lanjut Arga, ditemukan oleh seorang pekerja bangunan pada Selasa pagi. Saat itu, pekerja bangunan ingin mengambil perkakas di ruangan lama balai desa, namun, ia melihat macan di pintu bagian depan.

Sontak saja, pekerja bangunan tersebut kaget dan lari. Sedangkan untuk macannya sendiri masuk ke dalam ruangan yang lebih dalam.

“Macam itu awalnya ditemukan oleh pekerja bangunan yang sedang membangun. Karena itu kan ruangannya bekas Balai Desa dulu. Ketika mau ngambil perkakas melihat macan ada di pintu bagian depan. Jadi sama-sama kaget, pekerjanya lari, macannya pindah ke ruangan yang lebih dalam,” tutur Arga.

Setelah mendapatkan laporan, petugas Damkar Kuningan langsung menuju lokasi kejadian. Namun, karena alat yang terbatas ditambah macan tutul merupakan hewan yang dilindungi. Membuat Damkar Kuningan tidak langsung mengevakuasi macan tutul tersebut.

Menurut Arga, untuk bisa mengevakuasi macan tersebut, harus menggunakan obat bius khusus hewan. Namun, karena obat bius tersebut adanya di Bandung. Sehingga pihaknya masih menunggu kedatangan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (BKSDA) dari Bandung terlebih dahulu.

“Karena memang hewan dilindungi dan penanganannya juga terbatas akhirnya koordinasi dengan BPBD dan Kapolres. Akhirnya kita berangkat ke sana, warga sudah banyak. BKSDA dari Cirebon sudah datang cuman alat pembiusnya itu dari Bandung. Jadi kita menunggu BKSDA dari Bandung terlebih dahulu,” tutur Arga.

Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi, pihaknya bersama dengan BPBD dan Kepolisian memasang jaring pengaman di sekitar ruangan macan tutul tersebut masuk.

“Sementara itu macan masih aman, kebetulan ini lagi tertidur di ruangan. Kita sudah tutup dan pasang jaring untuk menghindari kejadian tidak diinginkan. Karena itu macan tutul cukup dewasa juga. Misalkan berontak itu pasti jangkauan luas,” tutur Arga.

Arga memaparkan, macan tutul tersebut berasal dari Bukit Barisan yang tersesat masuk ke dalam pemukiman warga saat ingin mencari makanan.

“Biasanya kan macan tutul habitatnya ada di Gunung Ciremai. Tapi kan ini jauh dari Gunung Ciremai. Cuman tadi ngobrol sama BKSDA katanya macan tersebut berasal dari bukit Barisan yang ada di Maleber yang menyambung ke Cilacap. Mungkin lagi tersesat dan mencari makanan, akhirnya terjebak di sini,” pungkas Arga.

Menurut Kepala BBKSDA Jabar, Agus Arianto, satwa tersebut kini dalam tahap rehabilitasi sementara sambil menunggu proses observasi dan kajian habitat sebelum nantinya dilepasliarkan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).

“Jadi saat ini sudah ditangani bersama pihak pemda, kepolisian di sana dan mitra konservasi lainnya. Sudah kita selamatkan macan tutulnya kemudian nanti kita rehab sementara waktu, kita cek dan observasi sambil menunggu rencana pelepasliaran di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, sambil dilakukan kajian habitatnya untuk sementara satwa kita tangani lebih dulu,” ucap Agus.

Agus menjelaskan, rencana awal rehabilitasi sebenarnya akan dilakukan di Cikembulan, Garut karena lokasi yang lebih dekat. Namun, karena fasilitas belum siap, macan tutul itu sementara dititipkan di Lembang Zoo, Bandung Barat.

Menurutnya, jika kondisi macan tutul dianggap sehat sehat dan pihak Taman Nasional Gunung Ciremai sudah siap, pelepasliaran bisa segera dilakukan dalam beberapa hari ke depan.

“Tadinya mau di Cikembulan yang terdekat ya, tapi karena belum siap sementara di Lembang Zoo. Dalam beberapa hari ini kalau memang teman-teman dari TNGC sudah siap dan satwanya juga tidak ada persoalan, kita langsung rilis,” ungkapnya.

Dari hasil pemetaan sementara, macan tutul yang masuk ke balai desa diperkirakan berasal dari kawasan hutan dengan fungsi pemanfaatan terbatas yang letaknya hanya sekitar satu kilometer dari lokasi kejadian.

“Jadi kalau kita lihat hutan terdekat di situ yang mana ya dari situlah habitatnya. Kalau gak salah di situ ada kawasan hutan pemanfaatan terbatas ya, kurang lebih 1000 meter dari lokasi,” ujar Agus.

Konflik antara warga dan macan tutul di wilayah Kuningan memang sudah berlangsung cukup lama, sehingga edukasi masyarakat menjadi hal penting. Menurutnya, masyarakat perlu diedukasi agar tidak mengambil tindakan yang bisa merugikan diri sendiri maupun satwa liar.

Selain itu, warga yang memiliki ternak juga diingatkan agar tidak melepasliarkannya tanpa pengawasan untuk mencegah potensi serangan. “Kemudian mengedukasi bagaimana agar satwa ternak agar tidak dilepasliar, harus dikontrol supaya mencegah terjadinya konflik macan dan masyarakat. Edukasi kita terus lakukan sambil melakukan patroli di wilayah yang memang berpotensi konflik macan dan manusia,” ungkap Agus.

1. Masuk ke Ruang Gudang

2. Papasan dengan Pekerja

3. Evakuasi Terkendala

4. Dipasang Jaring Pengaman

5. Dari Bukit Barisan

6. Berhasil Dievakuasi

7. Dititip ke Lembang

8. Segera Dilepasliarkan

9. Asal-usul Macan

10. Konflik dengan Manusia