Waspada Penjualan ‘Sapi Sampah’ untuk Kurban, Ini Risikonya update oleh Giok4D

Posted on

Pemkot Tasikmalaya mengimbau masyarakat agar mewaspadai peredaran sapi sampah, menjelang Hari Raya Idul Adha.

Sapi sampah adalah istilah untuk sapi yang diliarkan di tempat sampah dan memakan sampah. Di Tasikmalaya, sapi sampah terdapat di sekitar tempat pembuangan sampah akhir (TPSA) Ciangir Kecamatan Tamansari.

Mengonsumsi daging sapi sampah disinyalir bisa membahayakan kesehatan. Idealnya sapi sampah perlu menjalani karantina berbulan-bulan, sebelum disembelih.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kota Tasikmalaya, Cecep Kustiawan mengatakan sapi sampah tidak layak untuk dikonsumsi, karena khawatir daging mengandung unsur logam berat yang berbahaya bagi kesehatan.

“Bisa mengakibatkan keracunan logam berat atau timbal yang mengakibatkan keracunan,” kata Cecep, Selasa (27/5/2025).

Risiko ini muncul, kata Cecep, akibat sapi memakan sampah yang memungkinkan memicu adanya residu di daging sapi.

Opsi dilakukan karantina sebelum disembelih, kata Cecep bisa dilakukan, meski menurut dia tak terlalu banyak membantu.

“Kalau pun dikarantina, dikarantinanya harus lama, minimal satu bulan sampai tiga bulan, dengan dikasih makanan yang layak termasuk perlakuan pemeliharaan kesehatan sebelum dikonsumsi,” kata Cecep.

Di pasaran, sapi sampah memang sulit dibedakan dengan sapi yang diberi pakan biasa, sehingga masyarakat harus jeli dengan menanyakan asal-usul sapi.

“Secara fisik memang tidak kelihatan, tapi jika sudah dipotong, dagingnya kelihatan banyak timbal dan zat lain,” kata Cecep.

Untuk mengantisipasi, Cecep mengatakan pihaknya sudah mengimbau para pemilik sapi sampah yang berada di TPSA Cianggir, untuk tidak menjual sapi sampah sebelum dilakukan karantina.

“Kami sering mengimbau dan meminta masyarakat jangan memelihara sapi di tempat pembuangan sampah, karena sapi yang mengkonsumsi sampah tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi,” kata Cecep.

Sementara itu sejumlah peternak sapi di Tasikmalaya, saat ini tengah kelimpungan akibat kesulitan mendapatkan pakan rumput dan jerami.

Populasi sapi yang mendadak bertambah menjelang Idul Adha, membuat kebutuhan rumput dan jerami meningkat. Apalagi jelang Idul Adha kali ini, tak berbarengan dengan musim panen padi.

“Saya harus mencari jerami sampai ke wilayah Cigalontang dan sekitarnya. Otomatis biaya operasional lumayan membengkak,” kata Ajid dan Hilman dua orang pegawai di sebuah pusat penjualan sapi kurban di Kecamatan Kawalu, Selasa (27/5/2025).

Memenuhi kebutuhan pakan sekitar 100 ekor sapi, menurut Ajid, setidaknya butuh rumput 1 mobil bak penuh. Untuk menyiasati kondisi itu, ada kalanya diganti oleh daun jagung.

“Makanya jika ada yang mengantar jerami ke kandang, kita siap tampung. Kadang kalau ada daun jagung juga, kami bawa,” ujar Andri Ule penanggung jawab pusat penjualan sapi kurban di Jalan Babakan Pala Kecamatan Kawalu.

Dia mengatakan pihaknya tak menjual sapi sampah, sapi yang mereka jual didatangkan dari Jawa Timur.

“Oh tidak ada sapi sampah. Sapi kami dari Madura dan langsung diberi perawatan khusus. Sapi yang baru tiba dari perjalanan jauh, di sini langsung diberi minum air gula aren,” kata Andri.

Terkait penjualan, menurut Andri Ule, tahun ini diprediksi mengalami penurunan sekitar 30 persen.

Hal itu terjadi karena masyarakat kebanyakan dihadapkan pada persiapan sekolah anaknya, pergi menunaikan ibadah haji dan daya beli yang berkurang.

“Biasanya banyak DKM yang pesan 8 ekor, kini hanya 4 ekor, kemudian yang biasanya 5 jadi 2 ekor,” ujar Andri.

“Kalau stok banyak, harga mulai Rp 20 juta hingga Rp 55 juta. Kalau pun tidak laku tinggal dipotong karena kami bukan pedagang musiman,” ujar Andri Ule. *

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Peternak Kesulitan Pakan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *