Wasiat Pilu di Balik Kematian Tragis Ibu dan 2 Anak

Posted on

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Sebuah tulisan yang dituangkan dalam dua halaman di secarik kertas berwarna putih akan membuat sakit hati bagi siapapun yang membacanya. Tulisan berbahasa Sunda itu, ditulis oleh seorang ibu yang kini nyawanya sudah melayang bersama kedua buah hatinya.

Secarik kertas itu merupakan surat wasiat yang ditulis wanita itu dan berisikan cerita beratnya kehidupan yang dilaluinya. Surat wasiat itu ditulis sebelum wanita itu ditemukan tewas bersama kedua anaknya di sebuah rumah kontrakan yang ada di Kampung Cae, Desa Kiangroke Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung.

Korban adalah ibu inisial EN (34), serta dua anaknya inisial AA (9) dan AAP (11 bulan). Diketahui, kejadian ini terjadi di malam hari, saat suami dan ayah berinisial YS dari anak-anaknya bekerja, Jumat (5/9) lalu.

Yogi, tetangga korban, mengetahui betul saat EN dan kedua anaknya ditemukan tewas. Saat Yogi tengah tertidur lelap, dia terbangunkan oleh suara YS yang tidak henti-henti memanggil nama istrinya.

“Dia (YS) manggil-manggil istrinya enggak ada jawaban lah gitu. Makin ke sini kan makin lama makin kencang suaranya kan. Suara ketukannya sehingga kan yang lain keluar ikut nanyain kenapa yang itu gitu,” katanya.

Setelah itu sang suami YS meminjam kursi yang ada di kontrakannya. Kata Yogi, pria tersebut langsung menaiki kursi dan melihat kondisi di dalam kontrakannya lewat ventilasi pintu.

“Pas dilihat ada kaki anaknya, yang dipanggil-panggil enggak ada yang nyaut Itu. Terus atas persetujuan suaminya minta didobrak. Baru bisa saya dobrak bersama warga lainnya,” ungkapnya.

Yogi mengisahkan, saat pintu terbuka sang suami YS langsung teriak secara histeris. Kemudian setelah itu warga melaporkan peristiwa tersebut ke polisi.

“Iya pas kebuka pintunya dia langsung histeris. Dia langsung syok berat pas ini,” ujarnya.

Yogi tak pernah menyangka jika tetangganya bisa nekat melakukan aksi tersebut. Pasalnya pasutri tersebut sering berkomunikasi dan lewat ke kontrakannya.

“Saya juga kaget pasti. Syok tiba-tiba kan yang biasanya lewat kan ketemu tiap hari. Enggak nyangka aja gitu. Terakhir lihat itu waktu sore malam kemarin. Dia lagi jajan-jajan dulu gitu lagi jajan ke sana,” bebernya.

Pasutri tersebut telah tinggal di kontrakan selama satu tahun. Sang suami inisial YS bekerja sebagai buruh di salah satu perusahaan swasta yang ada di dekat kontrakannya.

“Suaminya sering kerja dari sore sampai subuh. Istrinya di rumah aja sebagai ibu rumah tangga. Soalnya kan punya anak yang masih bayi juga kan,” tuturnya.

Penemuan jenazah tersebut membuat geger warga sekitar. Tak hanya itu, secarik surat wasiat juga ditemukan.

“Hasil oleh TKP, ada sebuah surat wasiat atau surat yang ditulis oleh terduga mungkin korban, yang isinya adalah menceritakan terkait permasalahan keluarga dan permintaan maaf kepada keluarga, beserta kedua anak korban yang meninggal dunia,” kata Kasat Reskrim Polresta Bandung, Kompol Luthfi Olot Gigantara.

Polisi sudah melakukan pemeriksaan terhadap lima saksi. Di antaranya, suami korban inisial YS, ayah korban, tetangga, hingga rekan korban.

“Itu dilakukan untuk kami dalami motif selanjutnya,” katanya.

Dalam kejadian ini, polisi tidak menemukan adanya luka terbuka dari tubuh ketiga jenazah tersebut. Pasalnya kondisi kontrakannya terkunci dari dalam dan harus didobrak oleh warga setempat.

“Dari hasil olah TKP langsung, kami tidak menemukan adanya luka terbuka, terhadap ketiga korban, termasuk pintu dan jendela dalam keadaan terkunci dari dalam. Itu dibuktikan dari grendel pintu, yang mana didobrak langsung oleh warga. Dan itu posisi pintu dalam keadaan terkunci,” jelasnya.

Luthfi menduga telah terjadi penganiayaan terlebih dahulu yang dialami dua korban anak, AA dan AAP. Kata dia, penganiayaan tersebut diduga dilakukan oleh sang ibu sebelum akhirnya melakukan aksi gantung diri di kusen pintu kamar.

“Melihat dari TKP, kami menyimpulkan sementara bahwa ketiga korban ini tidak dilakukan oleh orang luar, melainkan orang ada di dalam TKP. Dan kemungkinan, orang yang melakukan penganiayaan terhadap anak ini ibu dari anak itu sendiri dan adanya surat wasiat,” bebernya.

Menurutnya, saat melakukan olah TKP Polisi turut menemukan surat wasiat. Surat tersebut ditempel di dinding kontrakan.

“Hasil olah TKP, ada sebuah surat wasiat atau surat yang ditulis oleh terduga mungkin korban, yang isinya adalah menceritakan terkait permasalahan keluarga dan permintaan maaf kepada keluarga, beserta kedua anak korban yang meninggal dunia,” pungkasnya.