Pemerintah Kabupaten Kuningan melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus menggencarkan berbagai upaya untuk menanggulangi penyebaran penyakit Tuberkulosis (TBC). Langkah ini menjadi perhatian serius, mengingat angka penemuan kasus di wilayah tersebut masih jauh dari target nasional.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kuningan, Denny Mustafa, menjelaskan bahwa hingga September 2025, pihaknya mencatat 2.785 penemuan kasus TBC. Jumlah ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, yakni 4.613 kasus di tahun 2025.
“Target itu yang menetapkan Kemenkes berdasarkan jumlah penduduk kita. Semakin banyak diketahui itu semakin bagus. Kita mencari masyarakat yang terkena TBC dan itu tidak mudah,” tutur Denny, Senin (13/10/2025).
Menurut Denny, salah satu kendala terbesar dalam mendeteksi TBC adalah rendahnya kesadaran masyarakat mengenai bahaya penyakit tersebut serta rasa takut untuk memeriksakan diri.
“Sulitnya itu yah karena masyarakat menggampangkan batuk. Dan takut kalau mereka kenapa-kenapa atau ketahuan sakit berat. Karena TBC itu orang sakitnya bisa beraktivitas seperti biasa. Nah itu yang jadi bahaya, dia bisa menularkan kalau tidak diobati,” jelasnya.
Sebagai langkah konkret, Dinkes Kuningan bersama Kementerian Kesehatan menjalankan program Active Case Finding (ACF), yaitu penemuan kasus TBC secara aktif melalui pemeriksaan radiografi toraks dan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) kepada kelompok berisiko tinggi serta kontak erat pasien TBC.
“Kalau pencarian secara masif tetap kita laksanakan. Karena yang namanya TBC tuh tidak bisa sampai hilang betul. Bulan ini kita melakukan ACF (Active Case Finding) TBC. Kita dibantu langsung oleh Kemenkes melalui screening langsung dengan rongsen mobile. Hari ini kita laksanakan di Ciawi,” tutur Denny.
Selama Oktober 2025, kegiatan ACF dijadwalkan berlangsung di 20 titik pemeriksaan di seluruh Kabupaten Kuningan. Target utamanya adalah perokok aktif dan masyarakat yang mengalami batuk berkepanjangan.
“Dalam satu bulan ini kita melaksanakan di 20 titik dengan target 30 orang, dalam arti satu kecamatan itu 150 sasaran yang dilakukan screening dan rongsen. Kalau memang itu ada dugaan atau suspek yang bersangkutan akan diperiksa tes cepat molekuler untuk memastikan orang ini TBC atau tidak. Sasaran tesnya seluruh masyarakat terutama mereka yang perokok dan batuk-batuk,” ujar Denny.
Selain melakukan pemeriksaan aktif, Denny juga menegaskan bahwa seluruh Puskesmas di Kuningan telah diinstruksikan untuk segera melakukan tes TBC terhadap masyarakat yang mengalami batuk selama beberapa hari.
“Kita sudah memerintahkan puskesmas, yang seminggu atau beberapa hari batuk sudah langsung periksa TBC saja. Masalahnya itu ini kan penyakit kronis. Pengobatan lama. Penyebarannya lewat udara. Selain paru, TBC itu banyak jenisnya ada TBC kelenjar, TBC tulang, TBC kulit. Sampai sekarang kita nomor dua di Dunia jumlah kasus TBC. Nomor satunya itu India. Makanya TBC masuk program strategis nasional,” tutur Denny.
Denny juga menjelaskan bahwa penyebab utama TBC adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis, yang tumbuh subur di daerah dengan kelembapan tinggi. Kondisi geografis dan iklim di beberapa wilayah timur Kuningan menjadi faktor yang mendukung penyebaran penyakit ini.
“Penyebab bakterinya Mycobacterium Tuberculosis. Nah di Kuningan khususnya di Kuningan timur itu kayak Cidahu, Luragung, Cibingbin itu tingkat kelembapan tinggi. Iklim juga mempengaruhi jadinya bakteri itu mudah menyebar. Yang susahnya itu kan suruh makan obat setiap hari selama 6 bulan. Kita di sini masih bicara yang susah minum obat. Belum bicara TBC yang resisten terhadap obat itu lebih rumit lagi dan mengerikan. Obatnya beda, jenisnya banyak, bayangkan sehari bisa minum obat 20 sampai 23 tablet obat sehari. Dan itu diminum setahun,” pungkasnya.
Untuk mencegah penyebaran TBC lebih luas, Denny mengimbau masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungan dan segera memeriksakan diri bila mengalami gejala batuk berkepanjangan. Upaya pencegahan dini, kata dia, menjadi kunci dalam menekan kasus TBC di Kuningan.