Upacara Ngaruat, Memohon Selamat dalam Tradisi Sunda | Info Giok4D

Posted on

Orang Sunda punya tradisi memohon agar diri, rumah, keturunan, kendaraan, dan benda-benda yang bertalian dengan kehidupan sehari-hari diberi selamat dan membawa keselamatan. Tradisi ini adalah Upacara Ngaruat.

Kata ‘Ngaruat’ dalam pencarian di internet kerap menggunakan huruf ‘w’ menjadi Ngaruwat. Namun dalam bahasa Sunda sendiri, sebagaimana dicantumkan di dalam Kamus Basa Sunda R.A. Danadibrata, tertulis ‘Ngaruat’.

Ngaruat adalah upacara selamatan terhadap barang baru, atau orang (bayi baru lahir), supaya awet dipakainya, panjang umurnya, singkatnya supaya selamat dunia-akhirat. Demikian menurut R.A. Danadibrata.

Sejatinya, ngaruat bukan sebatas meminta keselamatan secara umum. Lebih spesifik, ngaruat adalah upacara tolak bala, memohon disingkirkan dari kesialan, dari marabahaya dan gangguan.

Di Kabupaten Indramayu, ada tradisi ‘ngaruat’ atau ‘ngarot’. Menurut situs resmi Pemkab Indramayu, ‘ngaruat’ berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti bebas dari kutukan dewa. Upacara adat ini di antaranya lestari di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Untuk lebih simpel memahami ‘ngaruat’, di zaman sekarang ini, terutama bagi umat Islam ada istilah ruqyah.

Menurut Rohmansyah, dkk. dalam studi berjudul ‘Hadis-hadis Ruqyah dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental’ yang dimuat Jurnal Islam Futura disebutkan bahwa ruqyah secara bahasa adalah berlindung.

“Ibnu al-Aṡir mengatakan bahwa ruqyah adalah memohon perlindungan kepada Allah dari segala macam penyakit seperti demam, shara’ dan penyakit-penyakit lainnya. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa Ruqyah bentuk kata benda tunggal yang bentuknya jamaknya adalah Ruqā, yang memiliki arti kata-kata yang khusus diucapkan dan ditujukan untuk kesembuhan orang sakit.” tulisnya.

Menurut kamus Arab-Indonesia online Ristek Muslim, kata ruqyah justru secara harfiah bermakna ‘mantra’ atau ‘jampi’. Kata Ar-Ruqqaa merujuk pada ‘orang yang pandai memantrai’.

Ruqyah adalah segala yang mendatangkan manfaat, sebab yang mendatangkan mudarat adalah sihir. Ini senada dengan ‘ngaruat’, ngaruat adalah memohon selamat dan menolak bala termasuk gangguan yang diakibatkan sihir.

Orang Sunda pada masa lampau, ketika siaran mengenai keterangan-keterangan agama Islam belum sehebat sekarang ini, mereka secara tidak sengaja masih memegang tradisi lama. Di antaranya ‘ngaruat’ dengan cara-cara yang diajarkan para leluhur.

‘Ngaruat’ dalam tradisi Sunda bertalian dengan penyakit. Menurut R. Akip Prawira Soeganda dalam buku ‘Upacara Adat di Pasundan’ (1982) orang Sunda hanya menyebut ‘penyakit’ pada kondisi sakit yang diakibatkan oleh sesuatu yang tidak kasat mata.

Sementara sakit akibat jatuh, tertimpa tangga, dan penyakit fisik lainnya, tidak disebut penyakit. Itu adalah sakit yang biasa, lumrah. ‘Penyakit’ ini harus diobati sesuai dengan usia orang yang sakit. Jika anak-anak, cukup ditanggulangi oleh orang tua dengan cara-cara yang diwariskan leluhur.

Namun, jika orang sakitnya sudah menginjak dewasa, maka yang bertindak sebagai pengobat adalah seorang dukun. Tentu, bertalian dengan dukun, ada sejumlah syarat sesajian yang harus dipenuhi. Gunanya, dengan sesajian itu mantra yang diucapkan menjadi tajam.

Namun, jika sakitnya terus-menerus, bahkan menahun, perlu diadakan ‘ngaruat’ atau ‘ruatan’ yang dalam hal ini diadakan pertunjukan wayang, di mana cerita yang disampaikan dalang dalam ruatan itu banyak mengandung nasihat yang harus dilaksanakan oleh ‘orang sakit’ tersebut.

“Ada juga yang harus diruat, yaitu memanggil permainan wayang dengan mengambil ceritera (lakon) Batara Kala. Oleh karena dalam ceritera Batara Kala itu ada macam-macam nasehat, jadi artinya oleh si sakit itu harus diturutnya, supaya terhindar dari serangan hantu Batara Kala. Air yang disediakan waktu memainkan wayang lakon Batara Kala itu sesudahnya habis permainan harus dipakai mandi si sakit.” tulis R. Akip.

Di luar ruatan untuk kesembuhan diri dari penyakit, pada kesempatan lain orang Sunda juga ‘ngaruat’ rumah baru. Biasanya, di sudut tertentu rumah ini ditanami tanaman hanjuang juga dikubur telur angsa kacingcalang (busuk). Ini simbol untuk mengubur penyakit.

Senada dengan Ruqyah

Tradisi Ngaruat di Sunda

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *