Dulu, banyak pelaku usaha rumahan di Sukabumi hanya mengandalkan pasar sekitar, warung tetangga, pasar kecamatan, atau menitipkan produk ke toko kenalan. Sekarang, pembeli bisa datang dari mana saja. Semua lewat layar ponsel.
Perubahan cara menjual itu mulai terasa setelah Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (DKUKM) Kabupaten Sukabumi mendorong digitalisasi lewat program UMKM Naik Kelas dan aplikasi SIKUMIS (Sistem Informasi Koperasi dan UMKM Interaktif Sukabumi).
Kepala DKUKM Kabupaten Sukabumi, Sri Hastuty Harahap, menyebut program ini lahir dari kebutuhan pelaku usaha untuk menjangkau pasar yang lebih luas tanpa tergantung lokasi.
“Program UMKM Naik Kelas merupakan program kolaborasi antara Diskuk Provinsi Jabar dengan DKUKM Kabupaten Sukabumi. Dampak dari aplikasi SIKUMIS sejauh ini sangat membantu pelaku usaha dan DKUKM untuk mensosialisasikan produk UMKM Kabupaten Sukabumi secara langsung melalui digitalisasi,” kata Tuty.
Melalui SIKUMIS, pelaku UMKM dapat menampilkan katalog produk, informasi usaha, hingga kontak pemesanan. Tidak perlu menunggu orang lewat atau pelanggan datang ke kios.
Banyak pelaku usaha kecil yang sebelumnya hanya menjual dari dapur kini bisa masuk ke pasar yang lebih luas termasuk luar daerah.
Selain digitalisasi, DKUKM juga memperkuat aspek legal usaha agar pelaku UMKM siap bersaing.
“Pada tahun 2025, ada 50 pelaku usaha yang sudah difasilitasi sertifikasi halal, HAKI sebanyak 50 pelaku usaha, NIB sebanyak 136 pelaku usaha,” ujar Tuty.
Legalitas ini menjadi syarat penting agar produk bisa masuk ritel modern maupun marketplace.
DKUKM juga membangun kemitraan dengan jaringan pemasaran yang lebih besar.
“Terjalinnya kemitraan antara UMKM dengan akses pasar seperti , Yogya Dept Store , Alfamart, Indomart,” kata Tuty.
Tidak semua pelaku usaha lolos seleksi di awal. Ada kurasi, perbaikan kemasan, dan penataan branding. Namun proses itu yang justru membantu UMKM naik kelas secara bertahap.
Tuty menegaskan digitalisasi bukan tujuan akhir. Yang lebih penting adalah kemampuan pelaku UMKM bertahan dan terus tumbuh.
Program ini juga akan disinergikan dengan pembenahan koperasi, sehingga pelaku usaha tidak berjalan sendiri, tapi bisa saling menopang dalam satu ekosistem yang sama.
Pasar kini memang bisa berada di ujung jari. Tetapi daya tahan usaha tetap lahir dari proses, pendampingan, dan keberanian pelakunya untuk belajar hal baru.
