Tubuh Penuh Benjolan, Abdurohman Asal Sukabumi Kini Dapat Perawatan

Posted on

Abdurohman (45), warga Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, selama ini hidup dalam keterbatasan. Tubuhnya dipenuhi benjolan-benjolan besar mirip kutil. Kondisinya kian memprihatinkan karena selama lebih dari satu dekade ia tak pernah lagi mendapatkan pengobatan medis.

Keberadaan Abdurohman baru terungkap setelah laporan dari warga. Pihak kelurahan kemudian turun langsung memeriksa kondisi pria yang sejak kecil menderita penyakit kulit genetik tersebut.

“Awalnya kami mendapat laporan dari warga. Setelah dicek, ternyata ada masalah serius, terutama soal identitas kependudukan. Beliau tidak punya KTP karena selain kondisi kulit, juga ada disabilitas intelektual,” ujar Lurah Benteng, Tri Hastuti saat ditemui infoJabar, Selasa (26/8/2025).

Selama bertahun-tahun, Abdurohman praktis tak tersentuh program bantuan maupun layanan kesehatan. RT dan kader setempat pun mengaku tak mengetahui kondisi sakitnya. Saat pendataan, mereka hanya bertemu kepala keluarga alias ayahnya, Hamdan (70) tanpa pernah bertatap muka langsung dengan Abdurohman.

“Bisa jadi ada alasan dari pihak keluarga yang tidak menceritakan kondisi ini. Kami menghargai itu, mungkin ada sisi psikologis atau masalah keluarga. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana memberikan penanganan terbaik,” ujarnya.

Kini, berkat koordinasi lintas dinas, sejumlah hak dasar Abdurohman mulai dipenuhi. Disdukcapil telah melakukan perekaman biometrik sehingga ia kini memiliki NIK, yang otomatis membuat kepesertaan BPJS Kesehatan-nya kembali aktif.

Menurut keterangan keluarga, Abdurohman sudah menunjukkan tanda-tanda penyakit kulit sejak kecil. Ia sempat menjalani pengobatan di RSHS Bandung ketika masih duduk di bangku SLB, ditemani sang ibu. Namun setelah ibunya meninggal, upaya pengobatan itu terhenti. “Sejak itu pengobatan tidak dilanjutkan, sudah lebih dari 10 tahun,” kata Tri Hastuti.

Meski begitu, aktivitas sehari-hari Abdurohman masih terbatas. Ia kerap duduk diam di rumah bagian belakang, jarang berinteraksi dengan orang lain. Sesekali ia merespons ajakan bicara, namun menurut keluarga, perkembangannya memang agak terlambat.

Malam kemarin, Abdurohman akhirnya dibawa ke IGD dan langsung mendapatkan perawatan medis. Pagi harinya, dokter melakukan biopsi untuk mengetahui lebih detail kondisi kulitnya. Dari hasil sementara, ia diduga mengidap penyakit neurofibromatosis.

“Dari hasil pemeriksaan awal perawat, penyakit ini tidak berbahaya, bersifat genetik. Penanganan akan disesuaikan dengan saran dokter kulit, terutama jika ada benjolan yang mengganggu aktivitas sehari-hari,” jelas Tri.

Meski terlambat, ia bersyukur kini Abdurohman bisa kembali mendapatkan haknya sebagai warga negara sekaligus akses kesehatan.

“Bagi kami ini jadi pelajaran penting. Ke depan, dalam setiap pendataan kami harus lebih teliti agar tidak ada warga dengan disabilitas yang luput dari perhatian,” ucap Tri.

Terpisah, Ketua Tim Penanganan Keluhan dan Humas RSUD Syamsudin SH, dr. Irfanugraha Triputra membenarkan pihaknya sudah menerima pasien di ruang IGD. Selanjutnya, ia dipindah ke ruang Teratai Atas untuk tahap observasi.

“Untuk observasi tindaklanjutnya jelas seperti apa kita tunggu saja. Rencana pemeriksaan penunjang ini itu yang saya juga belum tahu membutuhkan waktu berapa lama, dan pemeriksaan juga berapa lama,” kata Irfan.

Terhenti Sejak Sang Ibu Wafat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *