Kucing liar menjadi suatu permasalahan yang terjadi di masyarakat. Dampaknya beragam dari mulai merusak properti, elektronik, kendaraan hingga dampak lingkungan yang ditimbulkan seperti membuang air kecil dan besar sembarangan.
Permasalahan kucing yang terjadi di masyarakat tidak terlepas dari meningkatnya jumlah populasi kucing. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dibutuhkan kehadiran pemerintah dalam menjaga populasi hewan satu ini.
“Kucing di Kota Bandung over populasi, untuk mengetahui over populasi kita bisa melihat dari misalnya kita jalan dalam jarak 5 meter itu ada berapa kucing yang terlihat, misalnya memang kita jalan di depan masjid, gereja atau taman kota di situ kita lihat ada kucing atau tidak, karena banyak tukang makanan, minimal ada 10 ekor kucing,” kata Head of Operations Let’s Adopt Indonesia Carolina Fajar kepada infoJabar, Senin (21/4/2025).
Carolina mengungkapkan, dalam setahun kucing bisa kawin sebanyak tiga kali, sekali melahirkan bisa mencapai empat kucing dan anak kucing itu bisa lahiran lagi ketika berumur 6 bulan.
“Memang over populasi, terus berlipat ganda jika tidak disteril, ini terjadi di kota mana saja, jika tidak ditangani. kucing akan terus kawin dan beranak, kucing punya hormon, ketika birahi mereka harus kawin, kalau di manusia dia itu sakau, mereka tak bisa berpikir jernih mereka akan kabur mencari betina,” ungkapnya.
Menurutnya jika kucing jantan birahi dan kabur akan sangat berbahaya, kucing bisa bersinggungan dengan kucing lain yang sama-sama sedang birahi, saat mereka beradu suaranya cukup kencang dan mengganggu masyarakat. Selain itu, saat birahi kucing itu bisa kencing di mana saja, karena ada hormon yang membuat baunya kuat dan membuat manusia tidak nyaman.
Let’s Adopt Indonesia sudah pernah bekerjasama dengan DKP Kota Bandung untuk menggelar kegiatan sterilisasi kucing, namun jumlahnya terbatas.
“Jadi kalau untuk Bandung dari DKPP Kota Bandung sangat dukung sterilisasi, cuman masalahnya mereka punya atau tidak dana untuk menyelesaikan over populasi ini,” ujarnya.
Banyak yang ditimbulkan kucing liar di lingkungan masyarakat. Keberadaan mereka sangat mengganggu. Hal itu terjadi karena over populasi.
“Dampak yang mengganggu, kucing kalau banyak, mereka akan mencari makan, tapi makanan terbatas di perumahan itu, sementara kucing yang tadinya 10 ekor dan mereka semua dapat makan, karena ada yang hamil dan melahirkan jadi 15 ekor, berarti ada tambahan kucing tapi mereka juga membutuhkan makanan,” jelasnya.
Jika tempat cari makan kucing liar itu sudah berkurang, kucing liar itu akan mencari tempat lainnya.
“Ketika sudah over populasi mereka akan mencari makanan di tempat lain, mencari makan di tempat sampah, plastik sampah yang ada di rumah warga akan merobek dan itu mengganggu,” tuturnya.
Menurut Caroline, kucing yang membuat baret dan merusak jok motor itu juga karena kucing tersebut sedang birahi.
“Kucing yang birahi mereka akan berantem, mereka berlari, akan naik ke atas mobil dan membuat baret dan itu dikeluhkan warga, terus garuk jok motor, tapi secara naluri kucing harus mengasah kuku, sehingga beberapa di antaranya naik jok motor untuk mengasah kuku dan merusak jok motor,” terangnya.
“Tak hanya siang, tapi malam hari mereka berantem dan suara meong-meongnya mengganggu karena terdengar nyaring,” tambahnya.
Begitupun jika ada kucing yang membuang air kecil dan besar sembarangan. “Pipis dan poop sembarangan, itu juga merupakan tanda dan memberikan teritori jika itu merupakan wilayahnya,” ujarnya.