Misteri di balik keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Jawa Barat mulai menemukan titik terang. Hasil pemeriksaan Laboratorium Kesehatan (Labkes) Provinsi Jawa Barat mengungkap, makanan basi menjadi penyebab utama puluhan kasus keracunan yang tersebar di sejumlah daerah akhir-akhir ini.
Kasus ini mencuat setelah gelombang laporan keracunan yang diduga bersumber dari MBG muncul dari Bandung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Cianjur, Garut, Sumedang, Tasikmalaya, Kota Cirebon, Cimahi, hingga Sukabumi. Totalnya, tercatat ada 20 kasus yang diselidiki.
Kepala Labkes Provinsi Jawa Barat dr. Ryan Bayusantika Ristandi menjelaskan, makanan cepat basi disebabkan oleh dua faktor utama yakni mikrobiologi dan fisik.
“Faktor mikrobiologi, terjadi pertumbuhan bakteri pada makanan yang kaya nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak,” kata Ryan kepada infoJabar, Kamis (25/9/2025).
Menurutnya, jika makanan tidak disimpan sesuai standar suhu, bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, Bacillus cereus, hingga Staphylococcus aureus akan berkembang pesat.
“Berdasarkan SNI ISO 7218 terkait suhu penyimpanan sampel makanan segar, penyimpanan pada suhu 0-4 derajat maksimal 24 jam sebelum diperiksa. Jika tidak diperiksa dalam waktu dekat, minimal suhu penyimpanannya di -18 derajat,” ungkapnya.
Selain faktor mikrobiologi, Ryan menyebut ada pula risiko dari faktor fisik. Kontaminasi silang dari peralatan dapur, tangan pekerja, atau air yang tidak higienis bisa mempercepat pembusukan makanan.
“Kelembapan tinggi mempercepat pertumbuhan mikroba. Kemasan yang tidak rapat menyebabkan masuknya udara atau debu yang membawa spora/jamur,” katanya.
Ryan menambahkan, korban keracunan umumnya mengalami gejala klasik seperti mual, muntah, diare, hingga nyeri perut. Namun di samping itu, ada juga dampak dari keracunan yang berujung fatal.
“Sebagian besar keracunan makanan hanya menimbulkan mual, muntah, atau diare. Tapi pada kasus tertentu bisa berakibat fatal, misalnya menyebabkan gagal ginjal atau kelumpuhan pernapasan. Karena itu, kalau ada gejala berat seperti diare berdarah, muntah terus-menerus, atau sulit bernapas, segera cari pertolongan medis,” terangnya.
Ryan juga menekankan pentingnya penanganan awal untuk mencegah kondisi seseorang semakin parah saat mengalami gejala keracunan. Air putih dan cairan oralit kata dia jadi obat awal yang mesti diberikan kepada korban.
“Kalau ada orang yang mengalami gejala keracunan makanan, misalnya muntah atau diare, yang paling penting jangan sampai kekurangan cairan. Jadi, segera beri minum air putih atau oralit sedikit demi sedikit tapi sering. Jika terdapat gejala lain seperti muntah yang terus-menerus, diare berdarah, demam tinggi, atau korban terlihat sangat lemah sampai kesulitan minum, segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan medis,” pungkasnya.