Siang itu, suasana Pasar Tradisional Parigi di Kabupaten Pangandaran tak seramai biasanya. Aktivitas jual beli yang menjadi denyut nadi ekonomi warga kini mulai meredup.
Tak hanya di Parigi, pasar-pasar tradisional lain seperti di Cijulang dan Kalipucang pun menunjukkan gejala serupa sepi pembeli, kios tutup, dan roda usaha melambat.
Tak main-main, berdasarkan data dari Dinas Koperasi UMKM Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pangandaran, lebih dari separuh pedagang di tiga pasar tradisional tersebut kini sudah tak lagi aktif. Dari total 2.370 pedagang, tercatat 1.517 telah menghentikan aktivitasnya. Sisanya, hanya 825 pedagang yang masih bertahan.
“Jumlah pedagang yang tersisa sebanyak 825, terdiri dari 649 kios, 81 los, dan 424 PKL. Sementara pedagang yang tidak aktif sebanyak 1.517,” kata Kepala Dinas Koperasi UMKM Perdagangan dan Perindustrian Pangandaran, Tedi Garnida, Jumat (4/7/2025).
Tedi menjelaskan, perubahan zaman menjadi salah satu pemicu utama. Digitalisasi yang berkembang pesat turut menggerus eksistensi pasar tradisional. Masyarakat kini semakin terbiasa dengan transaksi online yang dinilai praktis dan cepat.
“Di antaranya persaingan dengan pedagang online, banyak yang tergerus,” ujarnya.
Namun, bukan hanya soal digitalisasi. Naiknya harga barang pokok, minimnya modal usaha, hingga sulitnya meraih untung juga ikut mendorong para pedagang untuk menutup usahanya. Tak sedikit dari mereka yang sudah enam bulan belakangan ini harus merugi akibat sepi pembeli.
“Pendapatan menurun, sedangkan biaya sewa kios dan kebutuhan rumah tangga tetap harus jalan,” terang Tedi.
Dalam setahun terakhir, aktivitas perdagangan di pasar-pasar tradisional tersebut turun hingga 30 persen. Sebuah angka yang tentu tak bisa dianggap remeh.
Meski begitu, Tedi menyarankan agar para pedagang tak menyerah begitu saja. Menurutnya, adaptasi adalah kunci untuk bertahan. Inovasi dan keberanian menjajaki sistem digital bisa menjadi solusi.
“Karena saat ini banyak orang yang melakukan transaksi digital,” ujarnya.
Pasar memang sedang berubah. Namun, selama masih ada niat dan usaha untuk menyesuaikan diri, selalu ada peluang untuk bangkit kembali.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.