Sukabumi Raya Sepekan: Berpulangnya Nenek Asyah

Posted on

Berbagai peristiwa terjadi di Kota – Kabupaten Sukabumi dan Cianjur dalam sepekan ini, mulai dari vonis delapan terdakwa perusakan rumah retret, bencana hidrometeorologi di selatan Sukabumi, viral pengakuan korban pelecehan di Sukabumi, hingga kabar kepulangan Reni korban TPPO.

Berikut ringkasan berita Sukabumi – Cianjur sepekan yang dihimpun infoJabar,

Ratusan Kepala Keluarga (KK) di Kampung Gempol, Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu terpaksa bertahan di zona merah. Kehidupan di tengah bencana dirasakan langsung warga selama satu tahun terakhir, hingga saat ini belum ada solusi taktis yang diberikan pemerintah terkait nasib mereka.

Di bawah guyuran hujan, kampung yang sempat dijuluki sebagai ‘Kampung Mati’ karena ditinggalkan warganya ini tampak tidak terawat.

Pantauan infoJabar di lokasi, rerumputan liar dan semak belukar mulai menjalar tinggi menutupi pekarangan hingga teras rumah-rumah warga yang telah ditinggalkan. Beberapa bangunan rumah permanen tampak kosong melompong, sebagian kondisinya miring dan retak akibat pergerakan tanah yang terus menggerus fondasi.

Di tengah kebisuan puing-puing tersebut, sebuah pemandangan kontras terlihat di salah satu dinding rumah berwarna biru. Sebuah kain putih lusuh membentang dengan tulisan tangan berwarna merah yang menyayat hati.

“Kapan Kami di Relokasi Apa Nunggu Ada Yang Mati Dulu?”

Tulisan di spanduk itu bukan sekadar coretan, melainkan jeritan frustrasi ratusan warga yang sudah satu tahun hidup terkatung-katung menanti kepastian.

Tokoh Masyarakat Kampung Gempol, Hasyim, yang ditemui di lokasi tak kuasa menahan kekecewaannya. Ia menyebut warga hidup dalam ketakutan karena pergerakan tanah masih aktif, termasuk kejadian susulan pada Kamis (18/12/2025) lalu.

Namun, ketakutan itu kini bercampur amarah karena janji pemerintah, khususnya BNPB, tak kunjung nyata.
“Masyarakat pada waktu itu memang ada perjanjian, ada istilah iming-iming lah dari pihak BNPB. Beliau menjanjikan korban bencana akan menerima Dana Tunggu Hunian (DTH),” ungkap Hasyim dengan nada tinggi.

Hasyim merinci, janji tersebut berupa uang sewa hunian sementara sebesar Rp 600 ribu per bulan selama 6 bulan, sembari menunggu rumah relokasi dibangun. Namun faktanya, uang itu tak pernah sampai ke tangan warga.

“DTH enggak datang, pembangunan enggak ada realisasi. Masyarakat menunggu saat itu sampai sebulan, dua bulan, tiga bulan berjalan, itu yang namanya alat berat belum action,” tegas Hasyim.

Padahal, menurut Hasyim, skema relokasi sudah sangat jelas. Lahan seluas 7 hektare milik Dinas Perkim di dekat desa sudah disiapkan. Bahkan, ploting kapling untuk warga RT 01 dan RT 02 sudah diatur di atas kertas.

“Kepercayaan masyarakat sampai hari ini sudah habis, semuanya cuma hanya janji doang. Kalau begini terus, warga masyarakat sampai bertanya, apakah ini menunggu korban jiwa ?” keluh Hasyim

Aksi kejar-kejaran tak biasa antara sejumlah pengendara motor dan satu unit delman viral di media sosial. Peristiwa yang terjadi di Jalan Siliwangi, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi itu diduga berkaitan dengan kasus pencurian motor.

Insiden itu terjadi pada Rabu (24/12/2025) sekitar pukul 18.30 WIB. Seorang saksi mata, AR (27), mengaku melihat delman melaju kencang dikejar empat sepeda motor dari arah bawah Jalan Siliwangi. Bahkan kuda penarik delman tersebut sempat terjatuh di jalan.

“Saya lagi parkir, dari bawah itu kuda lari ke atas dikejar sama empat motor. Setelah muter dari gang, mungkin mau belok, kudanya jatuh,” kata AR saat ditemui infoJabar.

Menurut AR, pemilik delman sempat melarikan diri ke arah asrama Secapa. Tak lama kemudian, terdengar teriakan maling yang membuat warga dan sejumlah pengemudi ojek ikut mengejar.

“Setelah itu ada yang teriak maling-maling, lalu dikejar sama ojek. Langsung dari Secapa datang-itu kan wilayahnya-terus pelaku dibawa ke polsek,” ujarnya.

AR menyebut, pria yang mengemudikan delman sempat menjadi sasaran amukan massa dan mengalami luka lebam di bagian wajah.

“Sempat dipukuli karena diteriaki maling. Pipinya bonyok,” ucapnya.

Kepolisian kemudian mengungkap fakta, kusir delman berinisial R itu ternyata diduga seorang pelaku pencurian sepeda motor.

Unit Reskrim Polsek Cikole Polres Sukabumi Kota menerima penyerahan terduga pelaku pada Rabu (24/12/2025) sekitar pukul 19.00 WIB. Terduga pelaku sebelumnya berhasil diamankan oleh anggota piket jaga Rumah Dinas Wakil Kepala Setukpa Lemdiklat Polri.

Kapolsek Cikole, Kompol Ma’ruf Moerdianto menjelaskan, pengungkapan kasus ini berawal dari kejelian seorang warga yang melihat gerak-gerik mencurigakan di sekitar Jalan RE Martadinata, Kota Sukabumi.

“Kejadian bermula sekitar pukul 18.45 WIB. Saat itu saksi berinisial FS yang sedang berjualan di depan Bank BNI Jalan RE Martadinata melihat seorang pria yang dicurigai sebagai pelaku pencurian sepeda motor,” kata Ma’ruf, Kamis (25/12/2025).

Saksi kemudian mencocokkan ciri-ciri pria tersebut dengan rekaman kamera pengawas (CCTV). Merasa yakin, saksi langsung melakukan pengejaran hingga akhirnya terduga pelaku berhasil dihentikan di Jalan Prana, tepat di depan Rumah Dinas Waka Setukpa Lemdiklat Polri.

“Dalam proses pengejaran, saksi dibantu anggota piket jaga Rumah Dinas Waka Setukpa. Terduga pelaku berhasil diamankan tanpa perlawanan,” ujarnya.

Ma’ruf menambahkan, pengejaran dilakukan setelah diketahui sepeda motor milik korban berinisial AS, yang saat itu dipinjam oleh pamannya berinisial H, telah hilang. Dari hasil penelusuran rekaman CCTV, terduga pelaku pencurian diketahui berinisial R.

“Setelah dilakukan konfirmasi, yang bersangkutan mengakui perbuatannya. Selanjutnya terduga pelaku diserahkan ke Polsek Cikole untuk diproses sesuai hukum yang berlaku,” ungkapnya.

Nenek Asyah (76), korban penganiayaan sejumlah pria lantaran dituduh menculik anak, meninggal dunia, Jumat (26/12/2025). Trauma dan luka memar berkepanjangan diduga membuat kondisi warga Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Cianjur itu terus memburuk.

Kuasa Hukum Nenek Asyah, Fanfan Nugraha, mengatakan kabar duka tersebut datang pada Jumat pagi sekitar pukul 04.00 WIB. Anak dari Nenek Asyah mengabarkan jika ibunya meninggal dunia.

“Meninggal tadi subuh. Memang beberapa hari terakhir sakit, dan dirawat jalan di rumah sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhirnya,” kata dia, Jumat (26/12/2025).

Menurut dia, sebelum jatuh sakit, kondisi Nenek Asyah memang memburuk setelah kejadian penganiayaan yang dilakukan oleh beberapa pria yang menuduhnya melakukan penculikan.

Bahkan nenek Asyah kesulitan berjalan hingga dua kali terjatuh saat beraktivitas di rumahnya.

“Nenek Asyah sudah lanjut usia, sehingga kejadian penganiayaan membuat kondisi Nenek terus memburuk. Dampaknya berkepanjangan secara fisik dan mental,” kata dia.

Namun, lanjut dia, sebelum meninggal dunia, Nenek Asyah sempat menunaikan ibadah umroh yang memang diimpikannya sejak lama.

“Sejak kejadian itu ada dermawan yang memberangkatkan Nenek Asyah umroh. Jadi sebelum meninggal, mimpinya sudah terwujud,” kata dia.

Nenek Asyah, lansia berumur 76 tahun asal Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Cianjur babak belur dengan luka lebam di bagian wajah hingga punggung usai dipukuli beberapa warga lantaran dituding sebagai penculik.

Aksi penganiayaan terhadap lansia tersebut berawal ketika Asyah yang baru tiba di Kampung Legok Desa Bunijaya setelah mencairkan dana pensiun mendiang suaminya di Sukabumi, Minggu (4/5/2025) siang.

Dua bocah tenggelam saat berenang di Sungai Cijampang, Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, Selasa (23/12/2025). Satu korban ditemukan meninggal dunia, sedangkan satu korban lainnya masih hilang terbawa arus.

Informasi yang dihimpun infoJabar kejadian nahas tersebut terjadi saat kedua korban, Esa dan Farhat, yang masih duduk di bangku sekolah dasar tengah bermain di Sungai Cijampang bersama empat temannya.

Esa yang berenang terlalu ke tengah akhirnya tenggelam. Melihat temannya tenggelam, Farhat seketika memberanikan diri berenang ke tengah untuk menyelamatkan korban.
Camat Pagelaran Jatnika Yusup mengatakan saat berusaha menyelamatkan Esa, Farhat malah turut tenggelam.

“Yang pertama kali tenggelam ialah korban Esa. Kemudian korban Farhat juga turut tenggelam saat berusaha menyelamatkan temannya,” kata dia, Selasa (23/12/2025).

Menurutnya, keempat teman korban langsung mencari bantuan kepada warga sekitar untuk menyelamatkan kedua korban. Namun nahas, Farhat ditemukan meninggal dunia di sekitar lokasi kejadian.

“Jadi Farhat yang awalnya berusaha menyelamatkan turut menjadi korban dan ditemukan meninggal dunia. Korban langsung dievakuasi dan diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan,” ujar dia.

Sementara itu, korban Esa tidak ditemukan dan diduga hanyut. Pasalnya, tidak lama setelah kejadian, air sungai meluap akibat hujan deras.

“Setelah kejadian, hujan deras turun. Kemungkinan terbawa hanyut, karena setelah hujan sungai meluap dan arusnya deras,” kata dia.

Menurut dia, tim gabungan dari pemerintah kecamatan, Polsek, Koramil, dan relawan kesulitan untuk melakukan pencarian, sebab hujan dan arus deras terjadi hingga Selasa sore.

Ia menambahkan, pencarian akan dilanjutkan keesokan harinya dengan menyusuri sepanjang aliran sungai.

Seorang WNA Afghanistan tewas di pesisir Karang Hawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Awalnya korban tidak dikenali, namun setelah penelusuran oleh pihak berwenang identitas korban akhirnya terungkap.

Peristiwa nahas tersebut terjadi sekitar pukul 09.45 WIB. Korban diketahui sedang berenang seorang diri ketika arus deras tiba-tiba menyeret tubuhnya menjauh dari bibir pantai.

Koordinator Pos SAR Basarnas Sukabumi, Suryo Adianto, membenarkan adanya insiden kecelakaan laut yang menimpa wisatawan tersebut.

“Betul, kejadian pagi tadi sekitar pukul 09.45 WIB. Berdasarkan laporan di lapangan, korban sedang berenang seorang diri di area Pantai Karanghawu. Tiba-tiba datang ombak besar yang menyeret korban hingga ke tengah,” kata Suryo saat dikonfirmasi infoJabar.

Tim SAR gabungan-Ditpolairud, Basarnas, dan Balawista-yang bersiaga di lokasi segera melakukan upaya penyelamatan.

Menurut Suryo, saat petugas berhasil menjangkau korban di tengah laut, korban sebenarnya masih dalam kondisi sadar. Namun, kondisi korban memburuk saat tim melakukan proses evakuasi menuju daratan.

“Saat memegang alat keselamatan korban masih sadar. Namun, pada saat ditarik menuju ke darat, korban sudah tidak sadarkan diri,” ujar Suryo.

Setibanya di pinggir pantai, tim gabungan langsung melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sebagai pertolongan pertama sembari menunggu kedatangan ambulans. Korban kemudian dievakuasi ke Puskesmas Cisolok untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

Nyawa korban tidak dapat diselamatkan sesampainya di fasilitas kesehatan tersebut.

“Sekitar pukul 10.14 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis Puskesmas Cisolok,” tutur Suryo.

Misteri identitas wisatawan tewas tenggelam di Pantai Karanghawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, akhirnya terungkap, Minggu (28/12/2025). Berdasarkan informasi yang dihimpun infoJabar, korban dipastikan merupakan imigran asal Afganistan.

Kapolres Sukabumi AKBP Samian mengonfirmasi identitas korban setelah personelnya melakukan serangkaian penyelidikan dan pencocokan data. “Korban tenggelam diketahui atas nama Ahmad atau Nasrullah,” ujar AKBP Samian saat dikonfirmasi, Minggu (28/12/2025).

Samian menjelaskan, setelah identitas terkonfirmasi, jenazah korban langsung diserahterimakan kepada pihak terkait untuk pengurusan lebih lanjut, mengingat status korban sebagai warga negara asing (WNA) pencari suaka.

“Yang bersangkutan tadi malam kita serahkan ke pihak Imigrasi, dan selanjutnya dari Imigrasi diserahkan ke UNHCR sebagai perwakilan keluarga,” jelas Samian.

Kisah Warga Kampung Gempol Dipaksa Bertahan di Zona Merah

Kusir Delman Diamuk Massa

Dituduh Pelaku Penculikan – Dianiaya, Nenek Aisyah Meninggal Dunia

Dua Bocah Tewas Usai Tenggelam di Sungai Cijampang

Imigran Afghanistan Tewas di Karang Hawu

Seorang WNA Afghanistan tewas di pesisir Karang Hawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Awalnya korban tidak dikenali, namun setelah penelusuran oleh pihak berwenang identitas korban akhirnya terungkap.

Peristiwa nahas tersebut terjadi sekitar pukul 09.45 WIB. Korban diketahui sedang berenang seorang diri ketika arus deras tiba-tiba menyeret tubuhnya menjauh dari bibir pantai.

Koordinator Pos SAR Basarnas Sukabumi, Suryo Adianto, membenarkan adanya insiden kecelakaan laut yang menimpa wisatawan tersebut.

“Betul, kejadian pagi tadi sekitar pukul 09.45 WIB. Berdasarkan laporan di lapangan, korban sedang berenang seorang diri di area Pantai Karanghawu. Tiba-tiba datang ombak besar yang menyeret korban hingga ke tengah,” kata Suryo saat dikonfirmasi infoJabar.

Tim SAR gabungan-Ditpolairud, Basarnas, dan Balawista-yang bersiaga di lokasi segera melakukan upaya penyelamatan.

Menurut Suryo, saat petugas berhasil menjangkau korban di tengah laut, korban sebenarnya masih dalam kondisi sadar. Namun, kondisi korban memburuk saat tim melakukan proses evakuasi menuju daratan.

“Saat memegang alat keselamatan korban masih sadar. Namun, pada saat ditarik menuju ke darat, korban sudah tidak sadarkan diri,” ujar Suryo.

Setibanya di pinggir pantai, tim gabungan langsung melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sebagai pertolongan pertama sembari menunggu kedatangan ambulans. Korban kemudian dievakuasi ke Puskesmas Cisolok untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut.

Nyawa korban tidak dapat diselamatkan sesampainya di fasilitas kesehatan tersebut.

“Sekitar pukul 10.14 WIB, korban dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis Puskesmas Cisolok,” tutur Suryo.

Misteri identitas wisatawan tewas tenggelam di Pantai Karanghawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, akhirnya terungkap, Minggu (28/12/2025). Berdasarkan informasi yang dihimpun infoJabar, korban dipastikan merupakan imigran asal Afganistan.

Kapolres Sukabumi AKBP Samian mengonfirmasi identitas korban setelah personelnya melakukan serangkaian penyelidikan dan pencocokan data. “Korban tenggelam diketahui atas nama Ahmad atau Nasrullah,” ujar AKBP Samian saat dikonfirmasi, Minggu (28/12/2025).

Samian menjelaskan, setelah identitas terkonfirmasi, jenazah korban langsung diserahterimakan kepada pihak terkait untuk pengurusan lebih lanjut, mengingat status korban sebagai warga negara asing (WNA) pencari suaka.

“Yang bersangkutan tadi malam kita serahkan ke pihak Imigrasi, dan selanjutnya dari Imigrasi diserahkan ke UNHCR sebagai perwakilan keluarga,” jelas Samian.

Imigran Afghanistan Tewas di Karang Hawu