Berbagai peristiwa terjadi di Kota – Kabupaten Sukabumi dan Cianjur dalam sepekan ini, kabar soal santri berusia 13 tahun yang dicekoki obat warung di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, wanita ditemukan tewas di kamar kos Kota Sukabumi, hingga amukan lutung di Cianjur. Berikut sederet peristiwa menarik yang dihimpun dalam Sukabumi – Cianjur sepekan.
Seorang santri berusia 13 tahun asal Kota Sukabumi diduga mengalami kekerasan fisik dan psikis selama mondok di sebuah pesantren di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi. Tak hanya disiksa, korban juga mengaku dicekoki belasan butir obat warung oleh teman satu pondoknya.
Kasus ini kini dilaporkan ke Polres Sukabumi dan tengah dalam proses penyelidikan. Korban diketahui berinisial AF, pelajar kelas 2 SMP. Ia tinggal bersama keluarganya di Perum Cikundul Residence, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi.
Sang ayah, RA (42) mengaku, mendapat kabar dari anaknya pada Sabtu malam, 5 Juli 2025, sekitar pukul 22.00 WIB. “Istri saya dapat WA dari anak, katanya pengen pulang karena nggak kuat disiksa. Dia pinjam HP temannya buat ngabarin,” kata RA kepada infoJabar, Selasa (5/8/2025).
RA pun langsung menjemput anaknya ke pondok di wilayah Cikidang. Saat tiba, korban sudah dipindahkan ke rumah salah satu ustaz. Dari pengakuan ustaz dan dua santri lainnya, anaknya sempat dicekoki obat sebelum waktu Magrib, Jumat (4/7).
“Katanya iseng. Obat-obatan jenis pereda nyeri, penurun demam, dan obat batuk flu, yang didapat dari warung. Kata pelaku jumlahnya 20 butir. Setelah itu anak saya tidur sampai susah dibangunkan saat waktu makan malam,” tutur RA.
Korban awalnya takut mengadu ke ustaz. Ia justru menceritakan kejadian itu kepada santri perempuan, yang lalu melaporkannya ke pengasuh. Sejak saat itu, korban dipindahkan dari asrama. “Besoknya, baru anak saya cerita kalau dia juga sering disiksa sejak Januari. Katanya pakai bara api dari lidi, dipukul pakai buku. Bekasnya masih ada sampai saya visum,” ujarnya.
RA sempat dua kali datang ke pondok untuk bertemu keluarga pelaku, namun tidak membuahkan hasil. Ia lalu melapor ke Polsek Cikidang. Setelah seminggu, barulah keluarga pelaku menghubungi dan mengusulkan mediasi.
RA bersedia menyelesaikan secara kekeluargaan dengan dua syarat, anaknya diperiksa dokter dan dipindahkan sekolah serta pondoknya. “Secara lisan mereka setuju, tapi kompensasi belum diberikan. Tiga hari kemudian malah pihak pondok datang minta saya tanda tangan surat agar kasus ini dianggap selesai. Jelas saya tolak,” kata RA.
Ia kecewa karena pelaku masih tinggal di pondok. “Bagaimana anak saya mau balik ke sana kalau pelaku masih ada. Mentalnya sudah kena,” ungkapnya.
Akhirnya, pada 30 Juli 2025, RA melapor ke Polres Sukabumi. “Sudah saya visum juga. Tapi hasil visum belum saya terima karena masih di polisi,” ujarnya.
Ponpes di Kabupaten Sukabumi buka suara terkait dugaan kekerasan yang dialami santri berinisial AAF (13). Kasus tersebut diklaim sudah selesai melalui mediasi.
Ketua Ponpes Jaisyurrahman, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi Ustaz Azis Awaludin, saat dikonfirmasi infoJabar menjawab lima pertanyaan terkait tanggung jawab dan penanganan pesantren terhadap kasus ini.
“Kalau untuk kejadian saya kurang tahu detailnya,” ujar Azis dalam keterangan tertulisnya saat ditanya terkait kronologi kejadian dari pihak ponpes, Selasa (5/8/2025) malam.
Namun menurutnya, pihak pondok langsung mengambil langkah setelah mendapat informasi soal kejadian tersebut, termasuk salah satunya adalah memediasi antar pihak. “Langkah pertama kita melakukan evaluasi dan menghubungi pihak keluarga pelaku dan korban, lalu sepakat mediasi menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Kedua belah pihak antara keluarga/ortu pelaku dan korban bertemu dan mediasi. Pihak keluarga pelaku akhirnya memberikan kompensasi berupa uang untuk berobat korban,” katanya.
Seorang perempuan berusia 41 tahun berinisial SL ditemukan tewas dalam kamar kos di Kampung Kebon Manggu, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Saat ditemukan, tubuh korban dalam posisi terlentang dan kondisi kamar gelap gulita.
Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh F (35), tetangga kos korban, pada Senin (4/8/2025) sekitar pukul 18.30 WIB. Curiga karena tak ada jawaban saat dipanggil, F memberanikan diri membuka pintu kamar yang tak terkunci. Begitu lampu dinyalakan, korban sudah terbujur kaku.
“Setelah melihat korban tidak merespons dan ditemukan dalam keadaan terlentang, saksi langsung memanggil warga lain untuk memastikan,” ujar Kasi Humas Polres Sukabumi Kota, AKP Astuti Setyaningsih, Selasa (5/8/2025).
Saksi lainnya, AN (30), sempat memeriksa nadi dan pernapasan korban, namun sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Polisi yang menerima laporan langsung bergerak ke lokasi.
Petugas dari Polsek Sukaraja bersama tim Inafis Polres Sukabumi Kota mendatangi tempat kejadian perkara dan langsung memasang garis polisi. Setelah dilakukan pemeriksaan awal, jenazah korban dibawa ke RSUD R Syamsudin S.H. Kota Sukabumi untuk visum.
“Jenazah perempuan diantar ke rumah sakit sekitar pukul 21.00 WIB oleh pihak kepolisian,” kata Humas RSUD R Syamsudin S.H., Irfan Nugraha.
Hasil pemeriksaan luar mengungkap adanya luka mencurigakan. Ditemukan lebam kecil berukuran sekitar 3×4 cm di bahu kanan, serta luka lecet di jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan. Meski demikian, penyebab pasti kematian belum bisa dipastikan karena keluarga korban menolak autopsi.
“(Informasinya jenazah tidak mengenakan celana?) kondisi jenazah saat diperiksa masih mengenakan pakaian lengkap. Estimasi waktu kematian sekitar dua sampai enam jam sebelum dibawa ke rumah sakit,” tambah Irfan.
Jenazah korban akhirnya dijemput pihak keluarga sekitar pukul 00.30 WIB. Sementara itu, polisi menyatakan tetap melanjutkan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian korban.
Warga Kampung Pasirkuyuk, Desa Girimulya, Kecamata Cibeber, Kabupaten Cianjur, dibuat panik dan resah dengan kemunculan lutung. Pasalnya hewan langka dan dilindungi tersebut tidak hanya masuk ke pemukiman, tetapi menyerang beberapa anak hingga merusak atap rumah warga.
Berdasarkan rekaman video warga, tampak lutung dengan bulu berwarna hitam pekat itu tengah berjalan di atas genting rumah salah seorang warga di Kampung Pasirkuyuk, Selasa (5/8/2025). Dalam video tersebut, warga menjelaskan jika lutung tersebut telah merusak atap rumah.
“Tah ka lembur, ka harepeun imah. Tah Lutung nage dina tangkal, ngarusak genteng imah warga. Geus bareak kenteng na tah. (Tuh ke kampung, ke depan rumah (lutungnya). Tuh lutungnya, ngerusak genting rumah warga. Sudah habis genting nya tuh),” ungkap salah seorang warga.
Uus, Ketua RT 01 Kampung Pasir Ruyuk, mengatakan lutung sudah muncul sejak beberapa bulan terakhir. Namun kemunculannya hanya terjadi beberapa hari dan kemudian menghilang.
“Jadi biasanya muncul selama dua atau tiga hari, setelah itu menghilang. Kemudian muncul lagi di bulan berikutnya,” kata dia, Selasa (5/8/2025).
Menurut dia, kemunculan tersebut membuat resah warga, sebab kerap merusak rumah dan memakan hasil kebun warga. Bahkan beberapa kali juga menyerang anak-anak yang sedang bermain.
“Kalau lagi turun, dia mendatangi anak-anak. Kalau anak-anak lari, dia (lutung) ngejar dan menyerang. Beberapa anak jadi korban penyerangan. Setelah itu kabur ke atap dan merusak genting rumah,” kata dia.
Dia mengaku belum mengetahui asal dari lutung tersebut, namun kemunculannya kerap kali dari arah hutan di dekat pemukiman.
“Apakah memang liar atau ada yang pelihara kemudian kabur kami belum tahu. Warga juga belum berani untuk menangkap secara gegabah karena kan masuk hewan dilindungi. Tapi kami tadi sudah meminta bantuan ke Damkar untuk menangkap dan mengevakuasinya, karena resah dengan kemunculannya,” kata dia.
Di sisi lain, petugas pemadam kebakaran sempat berusaha mengejar dan menangkap lutung dewasa. Meskipun sudah mengejar hingga ke dalam hutan, petugas tak berhasil menangkapnya.
Lutung yang terlihat berada di puncak pohon pun enggan untuk turun meskipun sudah dipancing dengan buah-buahan.
“Kami menerima laporan tadi siang. Kemudian berusaha melakukan evakuasi dengan menerjunkan empat personel dari pos Cibeber. Tapi tidak berhasil menangkapnya,” ujar Reki, petugas Damkar Cianjur.
Menurut dia, evakuasi terkendala dengan alat yang belum memadai. Rencananya Damkar berkoordinasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mengevakuasi lutung.
“Kami akan coba evakuasi lagi besok dengan alat seadanya. Kalau tidak kunjung tertangkap, kita akan hubungi BKSDA,” kata dia.
Sejumlah warung dan hutan cemara di Pantai Apra, Kecamatan Sindangbarang, Cianjur rusak usai dihantam gelombang tinggi laut selatan. Meski wisata tetap dibuka, tetapi pengunjung dilarang untuk berenang atau bermain di tepi pantai.
Pengelola Wisata Pantai Para Yayat Rohyat, mengatakan gelombang tinggi di pantai selatan Cianjur mulai terjadi sejak tiga hari lalu. Ketinggian ombak yang biasanya hanya 1 meter, menjadi 3 meter lebih.
“Karena cuaca ekstrem ombak jadi tinggi. Ketinggian ombak sampai 3 meter, jauh lebih tinggi dari biasanya,” kata dia, Kamis (7/8/2025).
Menurut dia, ketinggian gelombang membuat air sampai ke tepian hingga warung yang berjarak sekitar 30 meter dari bibir pantai.
Akibatnya, lanjut dia, beberapa pohon di hutan Cemara terkikis dan dua unit warung rusak akibat diterjang ombak.
“Ombak yang tinggi merusak hutan cemara dan warung. Sampai barang-barang di warung ada yang tersapu ombak,” kata dia.
Sementara itu, Camat Sindangbarang Ai Poetra, mengatakan gelombang tinggi tersebut tidak menyebabkan abrasi ataupun banjir rob.
“Jadi sebatas airnya sampai ke warung dan pohon Cemara. Kalau sampai abrasi, tidak,” kata dia.
Ai menyebut untuk kunjungan wisata tetap dibuka, tetapi pengunjung diminta untuk tidak mendekati tepi pantai khawatir terbawa ombak yang tiba-tiba tinggi.
“Kalau pantai Apra memang tidak diperuntukkan untuk berenang. Tapi untuk kondisi saat ini, main di tepi pun kita larang sementara,” kata dia.
Kepala BPBD Kabupaten Cianjur Asep, mengatakan pihaknya meminta wisatawan dan warga di selatan Cianjur tetapi waspada, sebab cuaca buruk kemungkinan terjadi hingga 10 Agustus 2025.
“Tetap diminta waspada,” kata dia.
Sebuah video persekusi yang melibatkan seorang remaja di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, mendadak viral di media sosial. Video yang berdurasi sekitar 18 info ini memperlihatkan bagaimana seorang remaja yang mengenakan kaus loreng diikat dan dihajar sejumlah orang.
Sejak pertama kali diunggah, video tersebut telah ditonton lebih dari 23 ribu kali, dengan ratusan komentar dan ribuan reaksi yang membanjiri platform Facebook.
Penelusuran infoJabar, peristiwa persekusi tersebut diketahui terjadi pada Jumat (8/8/2025) pagi, di wilayah yang dikenal sebagai kawasan perbatasan antara Kecamatan Cikidang dan beberapa desa sekitarnya.
Risna Yuliawati, seorang tetangga yang juga pengunggah video tersebut, mengungkapkan kepada infoJabar bahwa peristiwa itu bermula ketika korban, yang diketahui bernama Geri, mengantar ayahnya bekerja.
Geri yang masih berusia remaja dan duduk di kelas XI di salah satu SMAN di wilayah Cikidang, awalnya mengantar sang ayah hingga terminal Pajagan. Namun, saat di terminal, sang ayah menyadari ada barang yang tertinggal di rumah.
“Jadi sekitar pukul 04.00 WIB, anak ini mengantar ayahnya untuk bekerja, diantar sampai ke terminal Pajagan. Sampai di sana, ternyata ada barang yang tertinggal di rumah, nah si anak ini balik lagi ke rumah,” kata Risna.
Setelah mengambil barang yang tertinggal, Geri kembali melanjutkan perjalanan untuk mengantar barang tersebut. Namun, dalam perjalanannya menuju lokasi tujuan, dia terjebak dalam sebuah situasi yang tak terduga.
“Di daerah Tegalega, ada kejadian kemalingan motor. Si pelaku yang diduga mencuri motor lari, dan kebetulan korban ada di belakangnya. Disangka dia pelakunya, lalu tetangga saya itu, si korban itu dicegat dan dihajar,” jelas Risna.
Menurut keterangan Risna, setelah dipukul, Geri dibawa oleh pelaku untuk diperiksa di sebuah klinik. Setelah mendapatkan perawatan, korban akhirnya diantar pulang ke rumahnya.
“Setelah menyadari salah sasaran, para pelaku mengantar korban untuk berobat, lalu setelahnya diantar ke rumah. Sempat ngobrol sebentar, lalu korban dibawa pakai ambulans ke rumah sakit,” imbuhnya. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke Polres Sukabumi malam tadi.
Dikonfirmasi melalui sambungan telepon, kepolisian setempat pun segera merespons laporan tersebut. Kanit Jatanras Satreskrim Polres Sukabumi Ipda MGS Irlansyah, membenarkan peristiwa tersebut.
“Iya betul, kemarin kita cek TKP dan membawa korban ke rumah sakit untuk visum. Hari ini rencana kita lakukan penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya singkat.
Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait peristiwa yang menimpa Geri. Dalam waktu dekat, mereka akan mendalami motif persekusi dan mengidentifikasi pelaku-pelaku yang terlibat dalam tindakan kekerasan tersebut.
Santri Dicekoki Obat Warung
Wanita 41 Tahun Ditemukan Tewas di Kota Sukabumi
Amukan Lutung Liar di Cianjur
Amukan Laut Selatan Cianjur Hancurkan Warung – Hutan Cemara
Remaja Berkaus Loreng Dipersekusi
Seorang perempuan berusia 41 tahun berinisial SL ditemukan tewas dalam kamar kos di Kampung Kebon Manggu, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Saat ditemukan, tubuh korban dalam posisi terlentang dan kondisi kamar gelap gulita.
Peristiwa itu pertama kali diketahui oleh F (35), tetangga kos korban, pada Senin (4/8/2025) sekitar pukul 18.30 WIB. Curiga karena tak ada jawaban saat dipanggil, F memberanikan diri membuka pintu kamar yang tak terkunci. Begitu lampu dinyalakan, korban sudah terbujur kaku.
“Setelah melihat korban tidak merespons dan ditemukan dalam keadaan terlentang, saksi langsung memanggil warga lain untuk memastikan,” ujar Kasi Humas Polres Sukabumi Kota, AKP Astuti Setyaningsih, Selasa (5/8/2025).
Saksi lainnya, AN (30), sempat memeriksa nadi dan pernapasan korban, namun sudah tidak ada tanda-tanda kehidupan. Polisi yang menerima laporan langsung bergerak ke lokasi.
Petugas dari Polsek Sukaraja bersama tim Inafis Polres Sukabumi Kota mendatangi tempat kejadian perkara dan langsung memasang garis polisi. Setelah dilakukan pemeriksaan awal, jenazah korban dibawa ke RSUD R Syamsudin S.H. Kota Sukabumi untuk visum.
“Jenazah perempuan diantar ke rumah sakit sekitar pukul 21.00 WIB oleh pihak kepolisian,” kata Humas RSUD R Syamsudin S.H., Irfan Nugraha.
Hasil pemeriksaan luar mengungkap adanya luka mencurigakan. Ditemukan lebam kecil berukuran sekitar 3×4 cm di bahu kanan, serta luka lecet di jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan. Meski demikian, penyebab pasti kematian belum bisa dipastikan karena keluarga korban menolak autopsi.
“(Informasinya jenazah tidak mengenakan celana?) kondisi jenazah saat diperiksa masih mengenakan pakaian lengkap. Estimasi waktu kematian sekitar dua sampai enam jam sebelum dibawa ke rumah sakit,” tambah Irfan.
Jenazah korban akhirnya dijemput pihak keluarga sekitar pukul 00.30 WIB. Sementara itu, polisi menyatakan tetap melanjutkan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian korban.
Warga Kampung Pasirkuyuk, Desa Girimulya, Kecamata Cibeber, Kabupaten Cianjur, dibuat panik dan resah dengan kemunculan lutung. Pasalnya hewan langka dan dilindungi tersebut tidak hanya masuk ke pemukiman, tetapi menyerang beberapa anak hingga merusak atap rumah warga.
Berdasarkan rekaman video warga, tampak lutung dengan bulu berwarna hitam pekat itu tengah berjalan di atas genting rumah salah seorang warga di Kampung Pasirkuyuk, Selasa (5/8/2025). Dalam video tersebut, warga menjelaskan jika lutung tersebut telah merusak atap rumah.
“Tah ka lembur, ka harepeun imah. Tah Lutung nage dina tangkal, ngarusak genteng imah warga. Geus bareak kenteng na tah. (Tuh ke kampung, ke depan rumah (lutungnya). Tuh lutungnya, ngerusak genting rumah warga. Sudah habis genting nya tuh),” ungkap salah seorang warga.
Uus, Ketua RT 01 Kampung Pasir Ruyuk, mengatakan lutung sudah muncul sejak beberapa bulan terakhir. Namun kemunculannya hanya terjadi beberapa hari dan kemudian menghilang.
“Jadi biasanya muncul selama dua atau tiga hari, setelah itu menghilang. Kemudian muncul lagi di bulan berikutnya,” kata dia, Selasa (5/8/2025).
Menurut dia, kemunculan tersebut membuat resah warga, sebab kerap merusak rumah dan memakan hasil kebun warga. Bahkan beberapa kali juga menyerang anak-anak yang sedang bermain.
“Kalau lagi turun, dia mendatangi anak-anak. Kalau anak-anak lari, dia (lutung) ngejar dan menyerang. Beberapa anak jadi korban penyerangan. Setelah itu kabur ke atap dan merusak genting rumah,” kata dia.
Dia mengaku belum mengetahui asal dari lutung tersebut, namun kemunculannya kerap kali dari arah hutan di dekat pemukiman.
“Apakah memang liar atau ada yang pelihara kemudian kabur kami belum tahu. Warga juga belum berani untuk menangkap secara gegabah karena kan masuk hewan dilindungi. Tapi kami tadi sudah meminta bantuan ke Damkar untuk menangkap dan mengevakuasinya, karena resah dengan kemunculannya,” kata dia.
Di sisi lain, petugas pemadam kebakaran sempat berusaha mengejar dan menangkap lutung dewasa. Meskipun sudah mengejar hingga ke dalam hutan, petugas tak berhasil menangkapnya.
Lutung yang terlihat berada di puncak pohon pun enggan untuk turun meskipun sudah dipancing dengan buah-buahan.
“Kami menerima laporan tadi siang. Kemudian berusaha melakukan evakuasi dengan menerjunkan empat personel dari pos Cibeber. Tapi tidak berhasil menangkapnya,” ujar Reki, petugas Damkar Cianjur.
Menurut dia, evakuasi terkendala dengan alat yang belum memadai. Rencananya Damkar berkoordinasi dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk mengevakuasi lutung.
“Kami akan coba evakuasi lagi besok dengan alat seadanya. Kalau tidak kunjung tertangkap, kita akan hubungi BKSDA,” kata dia.
Sejumlah warung dan hutan cemara di Pantai Apra, Kecamatan Sindangbarang, Cianjur rusak usai dihantam gelombang tinggi laut selatan. Meski wisata tetap dibuka, tetapi pengunjung dilarang untuk berenang atau bermain di tepi pantai.
Pengelola Wisata Pantai Para Yayat Rohyat, mengatakan gelombang tinggi di pantai selatan Cianjur mulai terjadi sejak tiga hari lalu. Ketinggian ombak yang biasanya hanya 1 meter, menjadi 3 meter lebih.
“Karena cuaca ekstrem ombak jadi tinggi. Ketinggian ombak sampai 3 meter, jauh lebih tinggi dari biasanya,” kata dia, Kamis (7/8/2025).
Menurut dia, ketinggian gelombang membuat air sampai ke tepian hingga warung yang berjarak sekitar 30 meter dari bibir pantai.
Akibatnya, lanjut dia, beberapa pohon di hutan Cemara terkikis dan dua unit warung rusak akibat diterjang ombak.
“Ombak yang tinggi merusak hutan cemara dan warung. Sampai barang-barang di warung ada yang tersapu ombak,” kata dia.
Sementara itu, Camat Sindangbarang Ai Poetra, mengatakan gelombang tinggi tersebut tidak menyebabkan abrasi ataupun banjir rob.
“Jadi sebatas airnya sampai ke warung dan pohon Cemara. Kalau sampai abrasi, tidak,” kata dia.
Ai menyebut untuk kunjungan wisata tetap dibuka, tetapi pengunjung diminta untuk tidak mendekati tepi pantai khawatir terbawa ombak yang tiba-tiba tinggi.
“Kalau pantai Apra memang tidak diperuntukkan untuk berenang. Tapi untuk kondisi saat ini, main di tepi pun kita larang sementara,” kata dia.
Kepala BPBD Kabupaten Cianjur Asep, mengatakan pihaknya meminta wisatawan dan warga di selatan Cianjur tetapi waspada, sebab cuaca buruk kemungkinan terjadi hingga 10 Agustus 2025.
“Tetap diminta waspada,” kata dia.
Wanita 41 Tahun Ditemukan Tewas di Kota Sukabumi
Amukan Lutung Liar di Cianjur
Amukan Laut Selatan Cianjur Hancurkan Warung – Hutan Cemara
Sebuah video persekusi yang melibatkan seorang remaja di Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, mendadak viral di media sosial. Video yang berdurasi sekitar 18 info ini memperlihatkan bagaimana seorang remaja yang mengenakan kaus loreng diikat dan dihajar sejumlah orang.
Sejak pertama kali diunggah, video tersebut telah ditonton lebih dari 23 ribu kali, dengan ratusan komentar dan ribuan reaksi yang membanjiri platform Facebook.
Penelusuran infoJabar, peristiwa persekusi tersebut diketahui terjadi pada Jumat (8/8/2025) pagi, di wilayah yang dikenal sebagai kawasan perbatasan antara Kecamatan Cikidang dan beberapa desa sekitarnya.
Risna Yuliawati, seorang tetangga yang juga pengunggah video tersebut, mengungkapkan kepada infoJabar bahwa peristiwa itu bermula ketika korban, yang diketahui bernama Geri, mengantar ayahnya bekerja.
Geri yang masih berusia remaja dan duduk di kelas XI di salah satu SMAN di wilayah Cikidang, awalnya mengantar sang ayah hingga terminal Pajagan. Namun, saat di terminal, sang ayah menyadari ada barang yang tertinggal di rumah.
“Jadi sekitar pukul 04.00 WIB, anak ini mengantar ayahnya untuk bekerja, diantar sampai ke terminal Pajagan. Sampai di sana, ternyata ada barang yang tertinggal di rumah, nah si anak ini balik lagi ke rumah,” kata Risna.
Setelah mengambil barang yang tertinggal, Geri kembali melanjutkan perjalanan untuk mengantar barang tersebut. Namun, dalam perjalanannya menuju lokasi tujuan, dia terjebak dalam sebuah situasi yang tak terduga.
“Di daerah Tegalega, ada kejadian kemalingan motor. Si pelaku yang diduga mencuri motor lari, dan kebetulan korban ada di belakangnya. Disangka dia pelakunya, lalu tetangga saya itu, si korban itu dicegat dan dihajar,” jelas Risna.
Menurut keterangan Risna, setelah dipukul, Geri dibawa oleh pelaku untuk diperiksa di sebuah klinik. Setelah mendapatkan perawatan, korban akhirnya diantar pulang ke rumahnya.
“Setelah menyadari salah sasaran, para pelaku mengantar korban untuk berobat, lalu setelahnya diantar ke rumah. Sempat ngobrol sebentar, lalu korban dibawa pakai ambulans ke rumah sakit,” imbuhnya. Kejadian ini kemudian dilaporkan ke Polres Sukabumi malam tadi.
Dikonfirmasi melalui sambungan telepon, kepolisian setempat pun segera merespons laporan tersebut. Kanit Jatanras Satreskrim Polres Sukabumi Ipda MGS Irlansyah, membenarkan peristiwa tersebut.
“Iya betul, kemarin kita cek TKP dan membawa korban ke rumah sakit untuk visum. Hari ini rencana kita lakukan penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya singkat.
Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait peristiwa yang menimpa Geri. Dalam waktu dekat, mereka akan mendalami motif persekusi dan mengidentifikasi pelaku-pelaku yang terlibat dalam tindakan kekerasan tersebut.